ZV || Siapa dia?

48 1 0
                                    

"Yang jelas bukan siapa siapa mu."

Ada apa dengan orang itu. Bicaranya ngelantur. Pikir, Fahma.

Wajahnya tidak terlihat jelas karena remang-remang. Tapi terbesit dipikiran Fahma sebuah pertanyaan. Apakah dia adalah ikhwan di asrama sebelah?

"Sebaiknya kamu kembali pesantren mu. Sebentar lagi akan ada pertemuan malam jam 10 diruangan gurumu."

Loh kenapa sosok itu bisa tau? Sebenarnya dia siapa?

"Kamu siapa sebenarnya? Jika kamu tidak ada sangkut pautnya dengan tujuanku datang kesini, sebaiknya bantu. Aku butuh bantuanmu,"

Sosok diseberang terdiam. Setelah 1 menit berlalu, ia menarik nafas dan menghembuskannya kuat hingga Fahma memicingkan mata.

"Jangan diam. Kamu tidak sopan jika tidak membalas bicaraku. "

"Kembali saja. Ikhwan yang kamu cari tidak ada disana. Kamu salah jalan." sosok itu berbalik meninggalkan Fahma dengan seribu pertanyaan.

"Tunggu dulu!" Fahma berteriak memanggil. Sosok itu berhenti namun tidak membalikkan badan.

Fahma berlari menuju sosok itu, sebenarnya ia bermaksud mendekat agar tidak bicara terlalu jauh. Tetapi tiba-tiba sosok itu berbalik dan merentangkan satu tangannya kedepan seraya berkata,

"Berhenti. Jangan sembarangan mendekatiku."

Fahma terkejut dan berhenti secara mendadak. Detak jantungnya berpacu cepat, karena tangan sosok didepannya hampir saja menyentuh bagian dadanya jika saja Fahma tidak segera berhenti.

Situasi ini berlangsung kurang lebih satu menit. Mungkin karena sama sama terkejut. Kemudian,

"Maaf. Aku tidak bermaksud." sosok itu salah tingkah, ia bicara sambil menggaruk tengkuk serta menoleh kekanan dan kiri.

Di tempat lain, aku.

Aku masih memikirkan kejadian tadi. Aku kenal sekali dengan suara Hilda. Tapi setelah aku berbalik badan hasilnya nihil. Apa aku berkhayal? Apa pikiranku terobsesi dengan hilangnya Fahma?

Sebentar lagi jam 10, teman sekamarku juga belum kunjung berdatangan. Kemana semua mereka? Seingatku tidak ada jadwal untuk malam ini.

Biarlah. Kalau begitu, aku saja yang menjadi perwakilannya. Aku akan bergegas menuju ruangan abi. Setelah beberapa menit aku bersiap, aku dibuat terkejut untuk yang kedua kali.

Ini aneh. Seperti bukan pesantren. Kenapa terlihat kumuh sekali. Seperti tidak berpenghuni. Aku bukan mimpi kan?

Aku bergegas keluar untuk memastikan. Mencari ruangan abi. Aku menyusuri lorong. Melewati kamar demi kamar. Sama sekali tidak ada pencahayaan kecuali kamar yang aku tinggalkan barusan. Untungnya diluar sedang bulan purnama, jadi tidak terlalu gulita.
Tapi ini benar benar aneh. Seperti nyata. Lorong yang aku lewati seperti benar benar tidak terawat. Cat mengelupas disana sini, lantai kotor, berdebu. Pesantrenku tidak seperti ini!

Pikiranku berkecamuk, dan aku mulai ketakutan. Aku berlari, perlu melewati 3 belokan agar aku sampai keruangan abi. Aku terus berlari tanpa menoleh sedikitpun. Akhirnya aku sampai. Aku segera mengetuk pintu ruangan abi.

Astagfirullah, Pintu ini rapuh. Sebenarnya aku dimana?

"Abiiiii. Assalamualaikum abii."

Aku mulai gelisah saat aku menyadari ada orang yang mengintip dibalik tembok.

"Abiii, kumohon buka!" aku mulai menangis dan terisak.

Seketika pintu terbuka.

"Waalaikumsalam, ya allah zahra kamu kenapa?" Itu ummi. Ummi yang membukakan pintu. Aku kaget. Ruangan abi terlihat terang dan penuh dengan para santri.

Kulihat sekelilingku, ramai. Ramai para santri lalu lalang. Bahkan Hilda pun ada disitu, lagi duduk dan bercerita ria dengan teman sekamarku.

"Zahra?"

Aku terkejut saat ummi memanggilku.

"Kamu kenapa?"

Aku menatap ummi tidak percaya. Pasti ini mimpi!

"Ummi, tolong bangunkan zahra dari tidur sekarang! Apa yang terjadi?!!" aku membentak ummi.
Membuat mereka yang berada disekitar kami menoleh. Ummi terlihat bingung.

"Kamu ada apa? Kenapa ini?"

Aku terisak.

"Ini bukan pesantren ummi, ini bangunan tua. Zahra melihat bangunan tua. Ini bekas bangunan tua. Ummi, ini bukan pesantren. Tolong bilang pada abi. Ini bukan pesantren kita!"

•••Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pesan-TrendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang