Update! Update! Go read❤
Mobil mewah yang dikendarai Diki, berhenti di depan rumah mewah yang berada di komplek elite di tengah ibu kota. Ketiga pria itu menatap rumah yang mereka datangi. Keheningan yang terjadi di antara mereka terpecahkan saat Valen membuka suara sembari berteriak seperti orang yang kehilangan otak.
"Anjir ...! Ini beneran rumah yang bakal kita tempati? Gila! Lebih gede dari yang kemarin, brow!" teriak Valen histeris tidak menyangka sembari membuka pintu mobil.
"Woi, Len! Nanti dulu goblok ... kan kita belum tau ini apa bukan rumahnya," ucap Brian yang tidak habis pikir dengan tingkah sahabatnya itu.
Tetapi Valen tidak mendengarkan ucapan Brian itu. Ia justru semakin menjadi-jadi. Valen menaiki pagar sembari berteriak memberi salam. "Samlekom .... Mamank! Samlekom," teriak Valen terus menerus yang membuat Brian muak dengan sikap sahabatnya itu.
"Turun gak lu, monyet!" teriak Brian, sembari menarik celana Valen yang membuat pria itu menarik celananya terus menerus.
"Woi, celana gua melorot bego! Lepasin, Len goblok!" celoteh Valen sembari menatap Brian di bawah yang masih memegang celananya itu.
"Makanya, lu turun cepat ...malu, Len, malu," balas Brian yang melunak agar Valen mengerti maksudnya.
Namun, Valen terdiam sebentar. Ia kemudian turun dari pagar dan langsung merapikan celananya yang sudah turun sampai paha. "Malu mana sama gue yang sedari tadi keliatan kolor gara-gara lo, ha?!" ketus Valen menatap Brian tajam
Brian hanya diam tidak membalas ocehan Valen yang sedari tadi tidak berhenti, seolah mulutnya terus berkomat kamit menyumpahi Brian.
"Oalah, Mas Diki, maaf Mas, saya tidak kedengaran sewaktu Mas datang. Soalnya saya tadi pakai microfon," jelas lelaki itu.
"Earphone, Pak," jelas Diki sembari tertawa mendengar ucapan lelaki itu. "Btw, Bapak siapa, ya?" tanya Diki sembari menatap pria tua di depannya itu.
"Ohh iya, Mas, saya Pak Joko, yang akan menjaga rumah ini sekaligus membersihkan taman, Mas. Saya diutus Pak Toni untuk menjaga Mas Diki, Mas Brian dan Mas Valen," jelas lelaki itu.
"Masuk, Mas," ujar Pak Joko sembari membuka gerbang tinggi rumah itu.
"Terima kasih, Pak," ucap Diki sembari memberikan senyum hangat kepada lelaki itu dan dibalas hangat olehnya.
Ketiga lelaki itu masuk ke dalam rumah, sembari mengelilingi setiap sudut rumah. Melihat semua isi rumah dan memilih kamar mereka masing-masing.
"Ini kamar gue," ucap Brian sembari menunjuk kamar yang berada di kiri.
"Oke, kalo gitu gua yang ... nah, yang itu," sembari menunjuk kamar yang ada di sebelah kanan.
"Dikk ... lu kamar tengah, oke?" ucap Brian sembari mengacungkan jempol.
"Oke," jawab Diki dingin.
"Udah, sekarang lu pada siap-siap, go to party!" ujar Brian yang langsung meninggalkan Diki dan langsung disusul oleh Valen yang masuk ke dalam kamarnya. Sementara Diki masih terdiam dengan sifat kedua sahabatnya itu.
"Aku tidak pernah tau sampai kapan, mereka akan terus menjadi orang penting yang berdasar kata sahabat dihidupku tuhan. Yang pasti, aku tidak akan pernah berhenti bersyukur telah kau berikan sahabat yang benar-benar bodoh dan idiot."
***
Diki mengebas-ngebas rambutnya yang masih basah. Ia sangat merasa lelah dengan hari ini dan langsung membantingkan tubuhnya ke atas kasur sembari menghela nafas berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Sephia
Подростковая литература"Coba sekarang kamu senyum, kamu sangat terlihat manis saat lengkungan itu terlihat dari dua sudut bibirmu." -Dikii Alvano Chandra "Suatu hari nanti kamu akan menciptakan ceritamu sendiri. Tidak hanya terus membaca cerita orang lain. Dan aku yakin...