"Yang salah tidak selamanya akan salah dan yang benar belum tentu selalu benar."
September, 14, 2019
-----
Iren tengah mengajari Kle membuat pangsit isi ayam di dapur, sementara Rose yang sama sekali tidak bisa memasak hanya berseliweran kesana-kemari tanpa sedikitpun memiliki keinginan untuk membantu. Dan setelah mengambil sekaleng minuman dari dalam lemari pendingin, Rose memutuskan untuk duduk di kursi meja makan sambil bermain game di ponselnya.
"Kau yakin rasanya sudah pas, Ren?" Kle mencolek sedikit adonan dengan jari telunjuknya kemudian menjilatnya sambil berkecap-kecap.
Sebenarnya Iren tidak begitu mempedulikan mengenai cita rasa pangsit yang sedang mereka buat. Tapi matanya lebih memperhatikan kepada tanda merah yang terpampang jelas di beberapa bagian leher sahabatnya itu.
"Ngomong-ngomong siapa tersangka yang berhasil melakukan tindakan penusukan padamu semalam?"
Mendengar kata 'tusuk-menusuk' Rose langsung menoleh ke arah keduanya dan diam-diam menguping pembicaraan mereka.
"Bagaimana kau bisa tahu?" Kle tampak terkejut, kemudian saat mata Iren mengarah pada bagian lehernya, Kle meringis malu. "Matamu jeli ya Ren."
Iren hanya mendesis lirih, tapi kemudian dia bertanya lagi, "Senjata yang dia gunakan semacam pistol atau granat?"
"Aku menganggapnya selaras panjang, kau tahu kan bentuk yang seperti itu?" Kle terkekeh sendiri, tapi detik berikutnya gadis itu mengaduh saat tidak sengaja jarinya menyentuh panci panas.
"Pelurunya kira-kira meluncur sampai berapa kali? Tepat sasaran tidak?"
"Hanya sekali sebenarnya, tapi sebelum itu mulutku yang lebih banyak bekerja sih."
"Pantas saja semalam kau tidak ada kabarnya," Rose akhirnya ikut bersuara. "Ngomong-ngomong, kau belum pernah melihat orang gila menaiki pagar rumah orang dan mengamuk disana kan?"
Kle yang memang tidak mengerti mengenai duduk perkaranya, lantas menatap Iren untuk meminta penjelasan. Tapi sepertinya Iren tidak memiliki niatan untuk membuka aibnya sendiri. Aib seorang wanita-yang dia anggap-bermartabat tinggi yang bahkan rela memasuki rumah orang secara paksa hanya demi sebuah pertanggungjawaban.
"Lain kali jika kau ingin bercinta, perintahkan pria itu untuk memakai pengaman, Kle, " alih-alih membahas soal tindakannya yang sangat tidak waras, Iren mulai memberi nasehat pada satu sahabatnya yang kerap melakukan seks bebas. "Ada saatnya keberuntungan itu tidak selalu ada di pihakmu. Mungkin saja sekarang ini kau masih bisa selamat, tapi siapa yang tahu kalau besok atau lusa ada bayangan satu zigot yang tiba-tiba bersarang di perutmu."
"Kau seperti tidak tahu saja kalau cita-citanya sejak dulu kan ingin hamil di luar nikah, Ren," sedetik setelah celetukan Rose terdengar, sebuah sendok melayang nyaris mengenai kepalanya. Beruntung saja Rose langsung merunduk sebelum sisi kepalanya berubah jadi benjol.
Dan kalau saja tidak ada suara bel rumah yang tiba-tiba berbunyi, Iren yakin Kle dan Rose akan melanjutkan aksi mereka untuk saling berdebat atau bahkan saling mencakar wajah sampai keduanya sama-sama merasa puas. Rose tentu tidak ingin melewatkan kesempatan baik ini untuk kabur dari dapur dan memilih berlari kecil ke ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DONNA (21+) Hunrene, Kaistal, Chanrose
Romance"Wanita bukanlah pakaian yang bisa kau pakai dan kau lepas semaumu. Mereka terhormat dan memiliki haknya. Kalau kau datang hanya untuk menyakitinnya, kemari kau, hadapi aku sekarang juga!" Sean berdiri tepat membelakangi Iren dengan bola mata yang...