[ 01 ]

1.1K 108 2
                                    

Sudah lima belas menit berlalu sejak detik pertama Sherena berdiri di titik ini. Sudah lima belas menit pula hampir sepuluh driver ojek online meng-cancel pesanannya. Malam sudah terlalu larut. Bulan bahkan sudah bersinar semakin terang saking gelapnya langit. Sial sekali nasibnya malam ini. Tahu begini, tadi Sherena seharusnya menginap di indekos Geby saja!

Sudah pukul 22.55, tetapi Sherena belum beranjak dari kawasan kampus. Mau tiba di rumah pukul berapa? Belum lagi Sherena harus menunggu kereta tujuannya datang, melewati perjalanan panjang menuju stasiun terakhir, lalu perjalanan dari stasiun menuju ke rumahnya.

"Ish, tahu gitu tadi ngerjain UTS di rumah," gerutu Sherena sambil terus mengulang pesanan ojeknya.

Jalan raya di depan matanya yang terlampau sepi membuatnya kian cemas. Ditambah lagi lampu yang berkedip-kedip di atasnya seolah akan mati, diperparah dengan dinginnya angin malam. Sherena ketiban sial berkali-kali lipat! Dan sekarang, tidak mungkin jika Sherena kembali ke gedung jurusan. Untuk apa juga? Menginap? Tidak akan ada anak perempuan yang menginap di gedung jurusan laiknya anak laki-laki.

Di tengah kecemasannya menunggu driver ojek online, satu telepon masuk membuyarkan segala pikirannya. Semakin cemas rasanya ketika ia melihat nama yang terpampang di layar ponselnya.

Sherena menghela napasnya, berusaha tenang sebelum akhirnya mengangkat telepon dan menyapa dengan nada bicara yang sangat diusahakannya untuk terdengar aman-aman saja, "Halo, kenapa babe?"

Fadly yang menelepon. Pacarnya yang kini tengah menjalani hubungan jarak jauh dengannya sebab Fadly berkuliah di Surabaya. Dari seberang sana, laki-laki itu menjawab, "Kok chat aku nggak kamu balas. Kamu udah pulang atau masih di kampus?"

"A ... aku...." Pandangan Sherena menyapu lingkungan sekitarnya, mencoba mencari kebohongan paling logis yang bisa Fadly terima. Sebab tidak mungkin Sherena mengatakan padanya kalau ia belum beranjak dari lingkungan kampus karena tidak ada driver ojek online yang menjemputnya. Bisa-bisa Fadly marah besar. "Aku nginap di kosan temanku karena tadi ngerjain tugas UTS bareng."

"Oh, begitu." Sesingkat itu balasan Fadly.

"Udah dulu ya, babe. Aku mau keluar cari makan sama temanku," kilahnya, menghindari pertanyaan lebih lanjut dari Fadly. Tanpa menantikan balasan, Sherena memilih untuk mengakhiri sambungan telepon.

Sherena berdesah berat. Dan bertepatan dengan bulatnya keputusan Sherena untuk kembsali ke gedung jurusan, satu cahaya lampu menembaknya dari kejauhan, membuatnya ingin lebih menggerutu kesal. Di saat kesal-kesalnya begini, justru lampu itu membuatnya silau dan meningkatkan kekesalannya.

Namun, sapaan ramah dari sang pengendara membuat Sherena kehilangan rasa kesal. Seorang pemuda dengan kaus hitam bertuliskan Jack Daniels' berhenti di pinggir jalan, tepat di depan Sherena. "Kok lo belum pulang, Sher?" tanyanya.

Malaikat!

"Gue dari tadi pesen ojek online, tapi semuanya di-cancel, gila sebel banget gue, Jo!" ujar Sherena kesal. "Gue takut ketinggalan kereta terakhir."

Laki-laki dengan kucir kuda tersebut menoleh ke belakang, melihat kursi penumpangnya kosong. "Ayo, gue antar ke stasiun," katanya. Sherena membelalak tidak percaya. Diantar ke stasiun padahal laki-laki ini tinggal di apartemen yang jaraknya hanya seratus meter dari kampus?

Mengingat fakta itu, Sherena menggeleng. "Nggak usah, Jo. Apartemen lo kelihatan dari sini, masa lo ngantar gue ke stasiun yang nggak kelihatan dari sini," tolak Sherena halus.

Namanya Joseph, berada di kelas yang sama dengan Sherena. Mereka tidak begitu dekat, tetapi kali ini Joseph membujuk Sherena untuk menerima tawarannya. Lagi pula, Sharena tidak ada tempat berteduh kalau ia sampai tertinggal kereta terakhir.

Get DrunkWhere stories live. Discover now