"Lo balik nggak, Jo?" tanya Raven setelah menenggak anggur merah di gelas beningnya.
Joseph hanya terbengong memandangi Raven sambil menuang anggur dari botol ke dalam gelasnya. "Nggak tahu gue, Ven. Di apartemen gue ada Sherena. Takutnya dia keganggu kalau gue balik," balas Joseph sambil menandaskan minumannya dalam sekali tenggak.
Raven membelalak. Tangannya yang sedari tadi memainkan rambut pacarnya lantas terhenti. "Anjir, bohong kali lo?!" serunya. "Cewek baik-baik bego, kenapa lo bawa ke apartemen lo juga?"
Selancar jalan raya pada tengah malam, Joseph menerangkan kronologi yang terjadi beberapa jam silam ketika ia mengantar Sherena ke stasiun, sampai bagaimana Sherena bisa berakhir menginap di apartemennya malam ini.
Raven hanya terkekeh mendengarkan cerita tersebut. Teman SMA-nya ini benar-benar tidak bisa membedakan mana perempuan yang pantas bergaul dengannya dan yang tidak pantas. Apa pun alasannya, seharusnya Sherena tidak berakhir menginjakkan kaki di tempat tinggal Joseph.
"Ya elah, cuma semalem doang," ujar Joseph. "Santai kali. Semuanya udah punya takdir masing-masing, Ven. Mau setelah ini dia nggak deket sama gue atau jadi deket sama gue, itu adalah takdirnya. Iya nggak, Cha?" lanjut Joseph diakhiri kedua alis terangkat, meminta persetujuan Acha, pacar Raven.
Acha mengangguk menyetujuinya sambil bersulang dengan Joseph, sementara Raven justru mengerlingkan mata. Joseph pasti tidak sadar seburuk apa adabnya sampai ia benar-benar tidak pantas berteman dekat dengan seorang Sherena.
"Radin tau nih, Jo?" Acha melontarkan pertanyaan ketika tiba-tiba teringat akan pacar Joseph yang juga teman SMA mereka. Joseph menggeleng. Seteguk lagi anggur merah mengalir ke dalam tubuhnya. "Luna?"
Joseph kembali menggeleng.
"Come on, Babe. Laki kayak dia mana mungkin ngasih tahu pacar-pacarnya kalau dia selingkuh. Bahkan mereka diduain pun mereka nggak akan pernah sadar," balas Raven. Joseph hanya tertawa, berbangga atas hal yang selalu disebutnya sebagai prestasi itu.
Satu lagi tegukan, Joseph kemudian benar-benar mengakhiri sesi minumnya. Ia segera meraih kunci mobilnya di atas meja, kemudian menyampirkan sling bag-nya. "Habisin, Ven. Gue pengin balik. Takut mabuk dan malah nggak bisa pulang," pesannya pada Raven sambil membuka kelima jarinya, siap high five dengan Raven dan Acha.
Joseph meninggalkan ruangan, menghampiri satu-satunya Mini Cabrio di lahan parkir. Joseph mengemudi dalam kecepatan rendah di tengah kantuk yang mulai melanda, ditambah dengan pengaruh alkohol yang baru naik.
Berulang kali ia menggelengkan kepalanya dan mencoba fokus. The Spectre milik Alan Walker yang mengalun dengan volume lumayan keras kini menambah buruk keadaannya. Kepalanya serasa diketuk-ketuk dan dibuat pusing.
Laki-laki itu memijat pelipisnya. Ternyata pulang di saat belum mabuk adalah pilihan yang salah, sebab pengaruh alkoholnya baru tiba di perjalanan pulangnya.
Tiba di apartemen, keadaannya justru semakin parah. Belum sempat Joseph mendekati pintu kamarnya, ia sudah ambruk di atas sofa. Dalam hitungan detik matanya terpejam, semakin terpejam, dan terlelap.
Kemudian satu-satunya hal yang membuatnya bangun ialah teriakan Sherena di pagi buta. "Kok lo pulang?!" pekik gadis yang baru saja hampir melangkah keluar dari kamarnya.
Hening beberapa saat. Joseph secara refleks menerima bantal yang Sherena lambungkan ke arahnya. "Lah, kan ini apartemen gue. Lo yang ngapain di sini?" balasnya. "Kenapa malah gue yang nggak boleh pulang?"
Kini giliran Sherena yang diam. Perasaan, semalam Joseph sudah sepakat untuk tidak pulang supaya Sherena tidak berpikir macam-macam. Apa kesepakatan itu sebenarnya hanya terjadi sepihak, atau sebenarnya tidak ada kesepakatan seperti itu?
Atau Joseph bahkan tidak ingat kalau ia menawarkan Sherena untuk menginap di apartemennya?
"Lo semalam dari mana, Jo?" tanya Sherena. "Minum, ya? Bau alkohol, ih."
Bukannya memberikan jawaban, Joseph justru geming laiknya orang bingung. Setelah berpikir, ia menggeleng dan berkata, "Semalam gue ke Bar sama Raven sama pacarnya, terus tiba-tiba di sini. Emangnya kapan gue pulang, ya, Sher?"
Sherena langsung mengangguk dan meninggalkan Joseph di ruang tengah. Dengan penjelasan sesingkat itu, Sherena langsung paham. Ia memilih untuk tidak memikirkannya, toh tidak ada yang terjadi pada dirinya, sebab ketika ia bangun pun, pintu kamarnya masih terkunci.
"Jo, gue boleh pinjam kaus lo, nggak?" tanya Sherena seraya mendekat ke sofa yang Joseph tempati. Hanya gumaman yang Joseph berikan dan Sherena menganggapnya sebagai persetujuan.
Selang setengah jam sejak Sherena meminta izin untuk meminjam kaus milik Joseph, gadis itu kembali membangunkan sang tuan rumah. "Lo nggak kuliah? Ada kelas bahasa Inggris kan," ujar Sherena seraya mengguncang tubuh Joseph. Tidak ada jawaban, justru bantal yang tadi Sherena lemparkan kini ia pakai untuk menutupi telinganya. "Bolos mulu. Mandi sana, badan lo bau banget anggur. Udah kayak abang-abangan di kampus."
Tidak ada jawaban apapun lagi dari Joseph, sehingga Sherena lebih memilih untuk lantas beranjak. Ia pamit kepada Joseph untuk berangkat kuliah pun tetap tidak mendapatkan jawaban apa pun.
Sherena menghela napas lega. Urusannya dengan Joseph akhirnya usai sampai di sini.
+ + +
Tiba di kelas, Sherena langsung menempati kursi kosong di sebelah Geby, dengan Raven di belakang keduanya yang tampak sibuk dengan ponselnya.
"Semalam kenapa, Sher?" tanya Geby begitu Sherena menaruh tote bag-nya di lantai. Sherena hanya menggeleng sambil menunjukkan senyumnya. "Sori, gue udah tidur semalam, jadi nggak denger lo nelepon."
Senyum Sherena kembali mengembang. "Iya, santai aja," balasnya.
Di pertengahan percakapan keduanya, tiba-tiba Raven mengguncang kursi Sherena. Gadis itu menoleh, kemudian lantas diberi pertanyaan, "Joseph mana?"
"Hah? Ngapain nanya gue?" balas Sherena dengan sebelah alis terangkat. Heran. Selama ini Sherena tidak pernah dekat dengan Joseph, mana mungkin gadis itu tahu di mana keberadaannya?
Tapi, tunggu.
"Lah, kan lo nginep di apartemennya semalam. Masa nggak tau Joseph ke mana? Emangnya semalam dia nggak pulang?" tegas Raven tanpa jeda.
Sherena membelalak tak percaya. Raven mengetahuinya?
Joseph sialan!
Bukan hanya Sherena yang membelalak mendengar pertanyaan Raven, Geby yang semula mulai menyibukkan dirinya dengan ponsel pun serta-merta menoleh ke belakang. "Hah?! Lo nginep di apartemennya Joseph, Sher?!"
Sherena mati kutu.
"Sher, bercanda, kan?" Geby kini mengguncang bahu Sherena, meminta penjelasan. Sherena kini sepenuhnya bingung harus menjelaskan apa kepada Geby. "Lo kenapa sampai bisa nginep di apartemennya Joseph?"
Sherena membutuhkan Joseph untuk membantunya menjelaskan segala kesalahpahaman yang akan timbul pada pikiran Geby. Tetapi laki-laki itu justru tidak ada di sini sekarang.
Ah,mungkin seharusnya Sherena tidak datang ke kelas saja tadi seperti Joseph yangmembolos pagi ini.
YOU ARE READING
Get Drunk
RomanceSetahu Sherena, di kebanyakan kampus-atau mungkin, di seluruh kampus-citra anak Seni Rupa itu sudah kacau balau. Tidak terkecuali di kampusnya, Universitas Pangeran Antasari. Dan sejak Sherena tercemplung di dalamnya selama satu semester, ia bisa me...