| 04. |

469 65 13
                                    

Masa MOS sudah berhasil di lewati, kini Jaemin tengah bersantai di ruang tengah sambil menonton TV. Makanan ringan di sebelah kanan, dua gelas Bubble Milk Tea di atas meja kopi di hadapannya, dan di sebelah kirinya terdapat seorang perempuan galau.

Hembusan nafas pajang sudah terdengar untuk kesekian kalinya dan Jaemin mulai merasa terganggu. "Kak, kakak kenapa sih?" tanya Jaemin untuk kesekian kalinya juga.

"Anak kecil gaboleh tau," jawab Sowon cuek sambil menghembuskan nafas sekali lahi.

Jaemin yang sebal, mencubit atau lebih tepatnya menarik pipi kanan Sowon sehingga membuat Sowon mengaduh kesakitan dan meminta Jaemin untuk melepaskan tangannya dari pipinya.

"Ngapain sih?! Sakit tauuu!" Protes Sowon sambil mengelus-elus pipinya.

"Daditadi ngeluh, buang nafas, marah-marah sendiri mulu. Yang liat sebel tau! Kakak kenapa sih?!" Jaemin jadi ikut ngegas karena sudah tidak tahan.

Sowon diam.

"Tuhkan diem lagi!" Protes Jaemin, karena Sowon tidak kunjung menjawab, ia pun memperbesar volume TV nya dan melanjutkan tontonannya.

"Na, balik dulu ya." Ujar Sowon tiba-tiba sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Lha?" ujar Jaemin kaget.

"..ada temenku mau main ke rumah," ujar Sowon.

Jaemin segera menyingkirkan semua cemilannya dan siap bangkit, tapi Sowon menghentikannya. "Udah, kamu nonton aja. Aku kakak mu, bisa pulang sendiri." Sowon menepuk pundak Jaemin.

Jaemin menatap Sowon ragu, kemudian ia menuruti perkataan Sowon. "Yauda, kakak hati-hati," ujar Jaemin pada akhirnya.

Sowon mengangguk. "Nitip salam buat mama Irene, daaah!" Sowon mengacak-acak rambut Jaemin, lalu pergi meninggalkan rumah Jaemin.

"Kakak mu.. hmmmm..." Jaemin meminum es tehnya dan melanjutkan tontonannya.

***

"Jadi, ada perlu apa lo kesini?" tanya Sowon cuek saat melihat siapa yang sedang berdiri di depan gerbang rumahnya.

Disana, Jaehyun, berdiri dengan hoodie abu-abu dan moge hitamnya yang diparkir di pinggir jalan.

Jaehyun mengangkat kepalanya begitu mendengar suara Sowon. "Gua mau lurusin pembicaraan kita di sekolah tadi," ujarnya sambil menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya.

Sowon memutar matanya malas. "Jae, udah gue bilang.. cukup, tinggalin gue sendiri. Apa susahnya sih?!" Bentak Sowon.

"Lo liat ini," Jaehyun menyerahkan secarik kertas pada Sowon.

Sowon melirik kertas itu dengan sinis. "Apaan? Tagihan?" Ujarnya dengan sarkas.

Jaehyun menghela nafas pasrah. "Bisa jadi wasiat," ujar Jaehyun tidak kalas sarkas.

Sowon melirik ke arah Jaehyun dengan sedikit terkejut. "Ya makanya lu liat dulu," ujar Jaehyun sambil tertawa pelan melihat reaksi Sowon.

Sowon mendengus kesal, kemudian merampas kertas itu dari tangan Jaehyun. Membukanya dengan kasar dan mulai membaca isinya perlahan. Semakin lama, semakin dalam kerutan di dahi Sowon, lalu tidak lama ia menatap tidak percaya ke arah Jaehyun.

"Gue dari dulu mau cerita ama elu, tapi nggak lama surat brengsek itu muncul. Ngancem bakal nyelakain lo, makanya gue ngga pernah cerita apa-apa ama lo," jelas Jaehyun.

difficult | ksj • njm (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang