| 03. |

473 65 1
                                    

"Ada lagi yang mau di beli?" tanya Sowon.

Jaemin melihat catatannya sambil men-ceklis barang-barang yang sudah di beli.

"Udah semua kok kak, ayo pulang.." ujar Jaemin setelah selesai memastikan barang belanjaan yang ingin dibeli sudah semua.

Hari ini, Sowon dan Jaemin pergi belanja keperluan MOS untuk Jaemin. Sebenarnya Jaemin seharusnya pergi bersama Irene, tapi karena panggilan kerja mendadak tadi pagi, akhirnya Sowon yang menggantikan.

Jaemin sendiri tidak tau hal itu karena ia masih tidur, tiba-tiba saja pintu di gedor dengan brutalnya dan pelakunya adalah Kim Sowon yang dimintai tolong oleh Ibu Negara.

Masa MOS tinggal sehari dan besok adalah puncaknya. Selama MOS, Jaemin bisa dibilang cukup bersenang-senang karena teman-teman kelompoknya sudah mulai akrab. Selama MOS juga, Jaemin yang dulunya tidak ingin muncul ke permukaan, akibat hukuman di hari pertama, ia yang sekarang justru populer dimana-mana.

Bahkan kakak kelas pun juga ada yang memanggil atau meminta kontaknya dan tentu saja Jaemin menolaknya. Tapi, masih ada saja yang menghubunginya dengan mengatakan, "add back yaa.." karena hal itu, Jaemin jadi jarang membuka sosmed sekarang. Jaemin sendiri tidak tahu dimana mereka semua mendapat kontaknya.

"Aku perhatiin, kamu populer banget ya Na.." ujar Sowon di perjalanan pulang mereka.

"HAH?! KENAPA KAK?!" Balas Jaemin sambil berteriak karena ia yang sedang membawa motor sekarang.

"ENGGAK JADI! KAMUNYA BUDEG!!" Teriak Sowon tidak mau kalah.

Jaemin mendengus kesal, sedangkan Sowon tertawa pelan. Diam-diam, ia juga memikirkan tentang kepopuleran Jaemin di sekolah. Entah mengapa sulit sekali bertemu dengannya, kecuali saat di rumah. Hanya ke-5 sahabatnya saja yang tau kalau Sowon dan Jaemin itu saling kenal dan sangat akrab.

"Taruh aja dulu di atas kursi kak, aku mau ambil makan. Kakak mau nggak?" tawar Jaemin.

"Minum aja, Na. Haus banget soalnya," ujar Sowon sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan kanannya.

Jaemin mengangguk, kemudian pergi menuju dapur. Begitu kembali, ia membawa dua toples biskuit dan dua gelas es teh.

"Waah biskuit buatan Mama Irene! Duuh.. kangennn!" Sowon segera membuka biskuit coklat yang ada di dalam toples dan memeluk toplesnya dengan erat.

Jaemin hanya bisa geleng-geleng kepala. "Apa semua cewek begitu..?" ucapnya pelan.

"Katanya minum doang, dibawain biskuit Mama, malah mau di habisin.." cibir Jaemin.

Sowon tidak memperdulikan ucapan Jaemin dan terus memakan biskuit buatan Irene yang menjadi favoritnya. Yah, Jaemin juga sebenarnya sengaja membawa biskuit itu, karena ia tau, Sowon pasti menyukainya.

Sowon memakan habis biskuit buatan Irene, lalu ia membantu Jaemin mengerjakan beberapa tugas MOS yang tidak dimengerti Jaemin, bermain game, menonton TV, hingga akhirnya Irene pulang saat sore.

"Maaf yaa ngerepotin, Wonie.." ujar Irene saat mengantar Sowon ke depan pintu.

"Ngga apa, Mama.. lagian Wonie udah pernah ngelewatin MOS, trus Nana nggak punya temen seumuran di sekitar sini, jadi kasian mau tanya-tanya kalau ada yang di mengerti soal MOS, tapi nggak ada temennya.." ujar Sowon.

Irene tersenyum lembut. "Syukur masih ada kamu. Oh iya, kamu yang abisin biskuit coklat yang di toples kuning yaa?" goda Irene.

Wajah Sowon seketika memanas. Ini pasti ulah Nana, pikirnya. Siapa lagi kalau bukan Jaemin yang melapor soal biskuit, padahal Sowon sudah mengancam akan membeberkan kontaknya pada anak-anak perempuan kalau sampai ia memberitahu Irene soal biskuit itu.

difficult | ksj • njm (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang