Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

Prolog

122K 5.6K 267
                                    




Hakim mengetuk palu, Sashi dan Aryasa resmi bercerai.

Keputusan itu membuat Sashi menunduk dalam, menggigit bibirnya yang bergetar. Tidak, tangis itu tidak boleh pecah lagi karena malam-malam sebelumnya ia sudah menguras semua air matanya. Namun, air matanya tidak kunjung kering, akan keluar bahkan di saat ia tidak menginginkannya.

Saat semua kerabat di ruangan diminta ke luar ruangan, Sashi melirik Rindang. Sementara Rindang tampak mengedikkan dagu ke arah luar, memberi isyarat bahwa mereka akan menemui Ursa yang sejak tadi tidak ikut masuk ke ruangan karena harus menemani bermain anak laki-laki yang bahkan belum genap berusia dua tahun, yang tidak tahu apa-apa tentang orangtuanya, yang tidak akan mengerti bahwa hari ini ia sudah menjadi korban perceraian.

Sashi bangkit lebih dulu, meninggalkan pria yang sejak tadi membeku di sampingnya. Pria itu tampak sangat kacau, kemeja kusutnya yang sebagian keluar dari batas pinggang menunjukkan bahwa hari ini bukan hari yang baik baginya—ia tidak pernah tampak sekacau itu sebelumnya.

"Aru akan ikut aku, Mas." Sashi mengucapkan nama anak laki-laki yang tengah bersama Ursa di luar sana.

Aryasa, pria yang kini sudah menjadi mantan suaminya itu mengangguk. "Iya," ujarnya pelan.

"Nggak ada aturan untuk kamu menemuinya. Kapan pun kamu mau, kamu bisa datang."

"Iya." Pria itu menyahut dengan nada pelan yang sama, dengan ekspresi kosong yang sama.

"Aku pergi." Setelah mengatakannya, langkahnya tertahan karena pria itu menggenggam pergelangan tangannya sekarang.

"Boleh aku peluk? Terakhir," pinta pria itu tanpa mengangkat wajah.

Sashi memutuskan memeluk pria itu lebih dulu, membungkuk untuk meraih pundak lebar yang kini terlihat rapuh itu ke dalam dekapannya. Menepuk-nepuk pelan punggungnya. "Semua akan baik-baik aja, Mas," ujarnya, yang sebenarnya lebih cocok dikatakan pada dirinya sendiri.

Semua akan baik-baik saja, Sashi Kirana. Hidupnya akan tetap baik-baik saja tanpa Aryasa lagi di sampingnya.

SASHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang