Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

2 : Thoroughbred Horse

80.8K 8.5K 920
                                    




Sashi melangkah terburu ke arah workstation. Ujung rambut hitam sebahunya yang mencuat keluar ikut mengentak-entak seiring dengan langkahnya yang terayun cepat. Ia menyimpan tasnya di desk dan cepat-cepat menyalakan komputer. Sesaat, tangannya merapikan blazer khaki yang dikenakannya sebelum mengalungkan id card dan menggeser roda kursi mendekat ke arah desk.

"Telat terooos," sindir Venti yang kubikelnya tepat berada di belakang Sashi. Satu tangannya memegang satu kemasan besar keripik kentang, sementara tangan yang lain sibuk menjejalkannya ke mulut. Selain sering mencuri waktu makan di jam kerja, Venti juga salah satu pegawai yang paling cuek soal penampilan. Contoh kecilnya, rambut melewati bahu yang sekarang dicepol asal-asalan itu.

"Ampun, Mbak. Gue udah berusaha sekuat tenaga membereskan pekerjaan perbabuan secepat mungkin tapi nggak berhasil juga," jelas Sashi seraya meraih kaca kecil dari kotak di atas meja, menyisir rambutnya yang pagi ini tidak sempat di-blow dan diperburuk oleh helm ojek online yang dikenakannya tadi.

Sudah lama ia memutuskan untuk tidak membawa Vios 2012-nya ke kantor karena seringnya justru mobil itu malah menghambat perjalanan. Selain macet yang tidak bisa dijadikan alasan lagi, ban mobil itu juga pernah kempes beberapa kali dan membuat Sashi sangat telat datang ke kantor.

"Mbak, Babas naro burger tadi di meja lo," ujar Meirin, yang kubikelnya berada di samping Venti, memutar kursinya ke belakang, membuat rambut panjang yang di-curly itu bergoyang. Wanita berkulit sawo matang itu menunjuk burger kecil yang masih terbungkus rapi dengan tulisan Burger King di sudut meja Sashi.

Sashi menatapnya takjub. Tidak lama, Bastian yang merupakan teman samping kubikelnya, datang membawa paper cup berisi Milo. "Ulang tahun, Bas?"

Bastian menggeleng. "Kagak, lah. Memangnya lo nggak ingat ulang tahun gue kapan?" Bastian menyimpan Milo dan mulai menggerakkan mouse sehingga layar monitornya kembali menyala. "Ada promo kupon Maret tadi, dapet Beef Cheese Burger tiga cuma lima puluh ribu." Ia membenarkan simpul dasinya dengan gerakan elegan, lalu mengusap pelan rambutnya yang kaku oleh Pomade.

"Thanks, Bas," ujar Sashi seraya log in ke komputer dan membuka beberapa aplikasi di sana. "Thanks juga karena udah mau gue titipin absen."

"It's okay, Mbak. Santai."

Setelah itu, ada jeda cukup lama yang hanya mengizinkan suara ketikan jari di atas keyboard, deru AC, dan suara deringan telepon. Semua sibuk. Tenggelam dengan pesan-pesan yang berjejal di layar komputer. Membalas mention, direct message, juga e-mail yang masuk ke akun resmi Firefly Airlines, salah satu maskapai penerbangan besar di Indonesia.

Oh, iya. Tentang Sashi dan ketiga teman kantornya. Mereka adalah travel assistants yang bertugas mengelola segala macam sosial media Firefly. Seperti membalas semua pesan yang berhubungan dengan jadwal penerbangan, peraturan penerbangan, tiket pesawat, dan lain-lain. Pekerjaannya memang membuat jenuh, apalagi jika sudah terjadi kendala penerbangan dan beritanya mencuat ke publik. Pesan masuk dan mention pasti membludak, mereka pun jadi sering kewalahan.

Setelah resmi bercerai dengan Aryasa, ia harus membiayai hidupnya sendiri. Oke, Aryasa memang bertanggung jawab untuk semua kebutuhan Aru, semuanya, hingga apartemen yang ditinggalinya saat ini pun Aryasa yang membayar uang sewanya. Namun, untuk kebutuhan Sashi? Ia tidak mungkin mengandalkan uang Aryasa dengan tidak tahu malu. Untuk membeli skincare misalnya, walaupun katanya Aryasa tidak keberatan.

Setelah bercerai di usia dua puluh tiga tahun, ia mencari pekerjaan. Namun, dengan statusnya sebagai wanita yang pernah menikah dan tidak punya pengalaman bekerja, ia berkali-kali ditolak di setiap perusahaan yang dilamar. Sampai akhirnya, dengan terpaksa menerima uluran tangan Aryasa, bekerja di kantor tempat pria itu bekerja.

SASHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang