Pontianak 2018 ditahun itu kota tersebut tidak lagi seperti di tahun 1945 yang dulunya kita sulit sekali menjumpai gedung-gedung tingggi bahkan melihat kendaraan seperti sepeda motor, mobil, bis, kereta api, kereta angin, kereta tanah, kereta air atau apalah itu yang jelas jauh berbeda dengan sekarang yang begitu indah nanelok, namun pertanyaanya apakah keindahan mampu membantu menahan kelaparan?... DI SITULAH CERITA INI DIMULAI.
Terlihat segerombolan anak muda tepat di depan ruko yang halamannya begitu luas kini sedikit demi sedikit dipenuhi puluhan anak muda yang berdatangan dari berbagai penjuru kota, mungkin lebih tepatnya penjuru negeri, eh maksutnya penjuru galaxy.
Anak-anak muda tersebut "bergulat" di komunitas Berbagi Nasi, ingat bergulat di sini bukan beradu fisik melainkan beradu melawan diri sendiri untuk meringankan tangan agar saling memberi, bukan memberi harapan janji yang udah begitu cintanya kini lari dan pergi tanpa ada kejelasan yang pasti,,,Aseek,,,
Anak-anak yang luar biasa ini memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi dan sudah jelas apabila menjadi bagian dari hidup mereka kita akan merasa aman, tentram, damai, adil makmur sentosa atau apalah itu apalagi salah satu dari mereka bersedia menjadi pendamping hidup sampai mati "WOW". Seperti yang dialami oleh Mai Munah bahwa cinta yang baik itu dimulai dari hal-hal yang baik, itu lah alasan pertama kenapa Mai Munah bergabung di komunitas tersebut.
Jum'at malam pun tiba, di mana anak-anak komunitas Berbagi Nasi kembali melakukan ritualnya, terlihat sebagian dari mereka sibuk membungkus nasi dengan kantong plastic yang mereka dapatkan dari donator-donatur luar biasa, selain itu ada sebagian dari mereka bermain HP, bermain petak umpet, kelereng, kejar bulan, nyuci motor, nyuci piring, nyuci foto mantan bahkan ada yang nyuci beras karena cinta tak dibalas-balas hingga kini meninggalkan bekas yang teramat pedas,,,"WOW",,,. Tidak begitu lama datanglah sosok seorang wanita nan begitu rupawan tepat berada di tengah kerumunan anak-anak komunitas Berbagi Nasi, melihat kehadiran sosok wanita tersebut dengan seketika suasana menjadi sunyi seolah-olah bumi sejenak berhenti, tukang Gojek berhenti, tukang las berhenti, tukang tambal ban berhenti, untung saja diwaktu itu tidak ada pesawat yang melintas, coba saja ada pesawat yang melintas,,,"WOW",,,. Sontak saja dengan kedatangan sosok wanita tersebut para kaum adam sibuk mencari perhatian, sebut saja si Junaidi yang awalnya lagi bermain lompat karet kini beralih profesi menjadi SBN (Sibuk Bungkus Nasi), selain itu ada juga si Jamaludin yang awlnya sibuk nunjukin kalo dia jago kayang kini berubah profesi menjadi MBN (Marketing Berbagi Nasi) yang secara lukas menjelaskan tentang komunitas kepada wanita tersebut. Tak berapa lama wanita itupun dimintai untuk memperkenalkan dirinya
Mai Munah : perkenalkan teman-teman nama ku Mai Munah, aku bertempat tinggal di desa kuala dua kabupaten Kubu Raya, motivasi aku ingin masuk ke komunitas ini hanya semata-mata ingin memiliki teman-teman yang memiliki jiwa sosial tinggi.
Walaupun niat awal si Mai Munah tidak seperti itu namun itu lah hidup terkadang kita butuh sandiwara agar cerita lebih indah dan berwarna.
Setelah Mai Munah memperkenalkan diri dilanjutkanlah oleh teman-teman yang lain agar mereka saling mengenal satu dengan yang lain tak terkecuali si Sumanto yang tak perduli dengan acara perkenalan tersebut karena baginya itu buang-buang waktu, ia kalo pejuangnya hanya belasan orang, coba pejungnya juataan orang, bisa-bisa nasi yang sudah dibungkus ditumbuhi akar-akar pohon ubi, pohon tomat, pohon cabe, pohon ketumbar, pohon kunyit, pohon garam, pohon micin dan rempah-rempah lainnya. Sumanto sosok yang berbeda dengan yang lain, tujuannnya mengikuti komunitas Berbagi Nasi memang betul-betul peduli dengan kaum duafa, tak sedikit ia dijauhi oleh teman-temannya namun ada juga yang peduli kepadanya, sebut saja Abang Gimbal yang biasanya mencari botol-botol plastic bekas untuk ia gunakan sebagai hiasan gerobaknya. Sedikit informasi tentang Abang Gimbal, ia adalah raja preman di kota Pontianak, tidak ada preman kelas kakap yang berani kepadanya karena ia memiliki latarbelakang mental yang kusut alias "gila".
Bersambung...
YOU ARE READING
Dari Nasi Turun ke Hati
Teen FictionKisah ini terjadi di sebuah komunitas sosial yang mayoritasnya diikuti oleh anak-anak muda baik dari kalangan pekerja, pengangguran, mahasiswa, mahadewi, maharoko, makantoko, sampailah makan nasi atau apalalah itu yang jelas membuat pembaca sedikit...