[02]

720 55 0
                                    

"Kamu ngapain tidur di Perpustakaan,sakit?,"Ara mengusap wajah nya untuk memperjelas apa yang di lihatnya kali ini

jika saja dia sedang bermimpi,Ara berdoa agar tidak di bangunkan dari mimpi itu.

Tapi jika ini nyata,tolong rubah wajahnya agar cantik dalam sekejap.

Dia yakin,

ini pasti mimpi.karena jika kenyataan tidak mungkin akan ada lelaki tampan dengan senyuman semanis gula yang mau peduli apalagi menghampiri Ara ketika sedang tidur.

jika ada,pasti itu hanya Davin yang ingin bermain game sambil bersandar seperti tadi,

Karena kurang percaya dengan apa yang dilihatnya,Ara berusaha mencubit pipinya sekuat mungkin untuk memastikan,

"Auh,Mamah sakit!?"

"Eh,kamu gapapa?kenapa pipinya di cubit kayak gitu kan sakit,"Ucap lelaki yang ada dihadapan Ara seraya mengusap pipi gadis itu dengan perlahan,

Ternyata ini bukan mimpi.
Baru kali ini ada lelaki yang ingin berdekatan dan mau menyentuh wajah Ara seperti ini,

"Eh,eum gak papa kok,"Ara buru-buru melepaskan tangan lelaki itu dari wajahnya,karena jantungnya yang tidak sehat jika berlama-lama dalam posisi tadi

Lelaki itu hanya tersenyum menanggapi ucapan Ara,

"Oh yaudah,kalo sakit bilang aja ya aku ada di rak ujung,mau baca dulu"Setelah mengatakan itu lelaki yang membuat jantung Ara hampir meloncat beranjak pergi ke arah rak yang paling ujung bertuliskan'Seni dan Sastra',

"Gak papa kok,kalo gitu Gue ke kelas dulu ya"Lelaki itu hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah Ara

Ara tidak akan kuat jika masih berada di perpustakaan dengan lelaki tadi,

Jika berlama-lama dengan dia pasti hari ini Ara mati karena serangan jantung.

Lain kali jika ingin tidur,Ara akan datang ke uks saja.setidaknya disana dia tidak bertemu dengan lelaki tersebut.

Di tengah jalan Ara berpapasan dengan Davin,namun lelaki itu tidak menoleh ataupun mengejek Ara seperti biasanya jika bertemu.

Kali ini,lelaki itu menatap ke depan dengan tatapan yang serius menuju ke arah perpustakaan yang Ara kunjungi tadi,

Bukan Davin namaya jika pergi ke perpustakaan,lelaki itu memang suka pergi ke perpustakaan tapi jika disana hanya ada Ara.

jadi aneh saja jika sekarang dia pergi ke perpustakaan dengan terburu-buru seperti tadi.

Ara hanya menggendikan bahu nya acuh,
tidak penting memikirkan apa yang akan dilakukan Davin si salah satu pembenci Ara itu,

membuang waktu saja.

Di dalam perjalanan menuju kelas,seperti biasanya tatapan semua murid yang sedang berada di koridor sekolah tertuju padanya.

Bukan tatapan kagum seperti yang sering di ceritakan author cerita lain.

Tatapan ini berbeda,hanya ada kebencian dan rasa jijik yang tersirat di dalam mata mereka,

Memuakkan.

Bukan hanya di sekolah,bahkan di luar sekolah apalagi jika di tempat umum seperti mall,cafe,mini market dan yang lainnya,

Ara akan keluar jika ada yang mengajak.

Ara lebih suka di rumah bermain ps ataupun mengcover lagu bersama kakak laki-laki nya yang jika di bandingkan dengan Ara sangatlah jauh perbedaannya,

Perbedaannya tidak banyak,hanya saja Kakaknya tampan dan dirinya tidak enak di pandang

Jika soal keluar malam,sudah pastinya sering apalagi balapan bersama Bayu.

Abangnya itu  juga tahu kebiasaan Ara,tapi dia hanya membiarkannya karena Abangnya itu juga sering balapan,

Berbicara soal lebih baik berdiam diri di rumah,bukan masalah malu ataupun terbawa perasaan dan sakit hati jika ditatap dan di ejek oleh teman satu sekolahnya,hanya malas untuk sakit hati dan memperdulikan komentar orang lain.

"Oyy,lek!?"Ara sudah tau orang yang menepuk pundaknya itu,

Davin.

jadi dia hanya bersikap acuh dan melanjutkan langkahnya menuju kelas saja.

"Selain harus oplas,kayaknya lo juga harus beli korek kuping yang banyak deh lek,"Ara menghentikan langkahnya dan otomatis Davin yang berjalan di belakang menubruk punggung gadis itu

"Apaan lagi sih Vin!?,kalo mau ngajak ribut mending besok aja deh,gue lagi bahagia nih."Davin mengerutkan dahinya bingung,sejak kapan gadis di depannya bahagia jika berada di sekolah,

Davin mencondongkan badannya ke depan untuk menatap gadis berambut pendek yang sedang tersenyum sendiri sambil menatap ke depan itu,

"Kurang waras nih cewe!?,"Ara menatap lelaki di hadapannya dan menjauhkan wajah lelaki itu dengan telunjuknya

"Jangan deketin muka brengsek lo sama muka suci gue ya!?,"Davin yang mendengar perkataan Ara itu lantas terkekeh dan menyilangkan kedua tangannya

"Gue juga najis kali deket-deket muka lo yang buriknya kek keset welcome,"Ara hanya mencebikan bibirnya kesal,kemudian menatap Davin angkuh

"Yang penting muka gue gak terkontaminasi bedak lima senti kayak yang dipake cabe cabean sekolah,"Ucap Ara sambil menunjuk salah satu siswi yang memakai bedak terlalu tebal di ujung koridor

"Bener juga lo,"Ucap Davin menyetujui perkataan Ara "Kalo gitu gua basket dulu ya,bye bye jelek!?,"Lanjut Davin

Sebelum pergi lelaki itu sempat mengusak kepala Ara,dan melambaikan tangannya sambil memberikan senyuman yang cukup tulus pada gadis itu.

Ara yang di perlakukan seperti itu hanya menatap bingung punggung Davin yang menjauh,

"Tumben,"

Ara pergi ke kelas hanya untuk membawa tasnya,setelah itu pergi untuk membolos bersama Bayu.

seperti niat awalnya,

setelah sampe di parkiran sekolah gadis itu mengepalkan tangannya,

menatap miris ke arah depan.

"BAYU GUE!?,"

×××

MALES CANTIK[ON GOING⚠]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang