"Ini beneran gak papa, kita ninggalin Kanha?" tanya Abang Dhruv sambil melirik rumah kami di sebrang. Jam 07:00 WIB aku sudah nangkring di depan rumahnya, jadwal hari minggu pagi adalah jalan barsama lelaki idaman. Yaah ... walaupun cuma lari pagi.
"Yakin seratus persen, Bang. Lagian juga dia belum bangun. Habis bangun subuh tidur lagi. Beda sama Linda, Bang. Habis sholat subuh langsung masak, mandi, beberes rumah, dan suka menabung. Calon istri yang baik buat Abang!" cengiran khas aku tunjukan di hadapannya. Cara yang kali aja akurat untuk memikat, atau mungkin ... tidak.
"Eer ... Linda--"
"Linda siap jadi pendamping hidup Abang!" jawabku antusias sambil sedikit meloncat kecil.
"Maksud Abang, bisa kita mulai jogging sekarang?"
Ups! Sepertinya aku salah. Terlalu semangat menjadi pendampingmu sih Bang. Makanya, punya wajah jangan tampan-tampan. Kan jadi incaran, untung ada Kak Kanha yang jadi garong kalau Abang dilirik cewek cantik.
"Bisa! Ayo, entar keburu panas."
Walaupun banyak orang yang juga jogging atau sekedar menikmati udara pagi, tetap saja dunia terasa milik berdua, dan itu tanpa Kak Kanha. Apalagi kita lagi lari-lari kecil di area taman komplek, berasa jadi Shah Rukh Khan dan Kajol di film-film Bollywood. Hujan turun dong! Biar kaya di drama-drama Korea yang sering ditonton Kak Kanha itu.
PLETAK!
"ADAW!"
"Ngelamun terus! Abang udah dapat lima putaran, Linda masih aja lari di tempat." Dengan nafas ngos-ngosan, Abang Dhruv masih sempat jitak kepalaku? Gak papa, Bang! Aku rela dijitak kamu seratus bahkan seribu kali pun.
"Hehe ... maaf, Bang. Ayo lanjut!"
"TUNGGU!"
Kami menolehkan kepala ke belakang.
"Eh, Kanha. Mau jogging juga?" tanya Bang Dhruv dengan ramah disertai senyum. Sumpah, muka Kak Kanha berbinar-binar. Kalau dianimekan, mungkin matanya udah jadi love-love gitu.
"Jahat ya, Abang Dhruv! Kanha ditinggalin," ucap Kak Kanha dengan suara di manja-manjain. Siapa saja tolong pinjamkan aku sesuatu untuk menendangnya jauh dari sini.
"Kanha sih, matahari udah timbul masih aja molor. Hahah ...," diselingi tawa Abang Dhruv berucap. Ini masih pagi kok panas, ya?
"Ekheem ... bisa kita mulai jogging-nya?" akhirnya aku bersua, menghentikan perbualan mereka yang terdengar membosankan dan menjengkelkan.
"Ayo lanjut!" ucap Bang Dhruv duluan berlari.
"Ya ampun ... aku pengen jadi baju Abang Dhruv!" Kak Kanha memperhatikan Abang Dhruv yang sudah menjauh dengan wajah memuja.
"Linda pengen jadi celananya Abang Dhruv!" ucapku juga tanpa sadar ikut memperhatikan lalaki idaman kami.
"Halah, ikut-ikutan!" sewot Kak Kanha, matanya melotot ke arahku.
"Ya udah! Linda jadi sepatu Abang Dhruv, Kak Kanha jadi kaos kakinya!" ucapku kesal sambil berkacak pinggang.
"Gak papa deh, asal bisa langsung bersentuhan dengan kulitnya. Sekalipun cuma kulit kaki, aku rela mencium bau kaki Abang Dhruv!"
"Kak Kanha?"
"Hmm?"
"H O R O R!"
Lalu kami menyusul Abang Dhruv sambil dorong-dorongan.
"Aku gak akan kalah satu langkah dari kamu, Linda," ucap Kak Kanha sedikit mendorongku.
"Linda juga!" aku berlari lebih cepat menyusul Abang Dhruv, Kak Kanha berdecak kesal dan mempercepat larinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pengejar Cinta
HumorMenceritakan dua orang kakak-beradik yang selalu memperebutkan lelaki yang sama, saling memperjuangkan dan menjadi pengejar cinta para cogan. "Bang Dhruv, nanti kalo kita nikah. Kita bikin lima yang kaya gini ya, Bang. Linda mau bikin tim basket, eh...