"Iya, Mah. Rencananya malam ini Dhruv makan di restoran Om Galih, sekaligus jenguk Tante Hilma yang baru lahiran," ucap Abang Dhruv, sesekali ia menyeruput es dawet peneman sore.
"Wa'alaikumussalam." ia mengakhiri perbincangan dengan calon mertuaku.
"Abang Dhruv!"
"EH MOCOMOT!"
"Hehehe ... Abang Dhruv lucu deh, Kanha jadi gemes ih!" ujar Kak Kanha melehang-melehong dengan gaya alay.
"Kanha, ngagetin aja."
"Ini, Bang. Kanha tadi bikin kue tapel." Gadis berjilbab hijau itu menyerahkan rantang berwarna oren.
"Ya ampun, Kanha. Gak usah repot-repot. Kan Abang jadi enak," ucap Bang Dhruv menerima dengan senang hati.
"ABANG DHRUV! JANGAN DI MAKAN, TADI LINDA LIAT BIKINNYA DIBEJEK-BEJEK SAMA KAK KANHA!" teriakku dari atas balkon.
"BIKINNYA EMANG GITU BAMBANG! KIDU YA KAMU, GAK BISA BIKIN KUE TAPEL!" balas Kak Kanha sambil berteriak.
Kue tapel adalah salah satu makanan khas dari Cirebon, dengan bahan dasar kelapa, pisang, dan gula merah. Membuatnya cukup susah bagi pemula, karna harus berkutat dengan wajan dan api, di bejek-bejek pisang dan gula merahnya sampai hancur merata diatas kelapa yang sudah duluan ditaruh, kalau sudah jadi, lalu dilipat dua seperti kue terang bulan. kue tapel sudah jarang ditemui bahkan pembuat kue tapel tidak banyak. Untuk lebih jelasnya, silahkan datang ke Cirebon, lihat sendiri cara membuatnya atau cari tau dari Mbah Google. Kak Kanha dapat ilmu membuat kue ini dari seorang nenek penjual kue tapel waktu ia bertugas di Cirebon. Bukan Kahnaya Rahma jika tak bisa mendapatkan sesuatu yang baru.
"HATI-HATI BANG! TAKUTNYA DIKASIH PELET SAMA KAK KANHA!" teriakku lagi dengan keras.
"FITNAH!"
"FAKTA!"
"DASAR LIUR BASI!"
"DASAR ILER BAJANG!"
"LINDA! KANHA! GAK PAGI-PAGI BUTA! GAK SORE, MALAM, SIANG, TENGAH MALAM, SETIAP JAM, MENIT, DETIK! RUSUH MULU!" teriak Pak Darwo, ia sedang menyiram tanaman hiasnya di sana. Sepertinya terganggu.
"Yee ... Pak Darwo iri kan? Gak bisa ngerusuh juga!" Kak Kanha menjulurkan lidahnya.
"Hariku selalu saja terganggu sama mereka, huh!" lelaki bersarung itu menghempaskan selang yang sudah mati ke tanah, lalu masuk ke rumahnya.
Kak Kanha kembali fokus ke arah Abang Dhruv, begitupun aku.
"Jangan percaya, Bang. Dia itu suka menjelekkan Kanha di depan Abang, Abang percaya kan?" dalih Kak Kanha.
"Eee ... gimana, ya?" pasti bingung antara percaya atau tidak.
Untuk mencegah Kak Kanha nempel terus di sisinya, aku putuskan untuk menemui mereka. Takutnya nanti ada pihak ketiga, kan bahaya.
"Tadi Linda denger dari atas, Abang Dhruv malam ini mau ke restoran, kan? Linda ikut ya, Bang," ucapku sudah diantara mereka. Dari tadi aku memang memperhatikan Abang Dhruv dari atas, dan sedikit ... menguping.
"Kanha juga ya, Bang!" seru Kak Kanha di sebelah kiri Abang Dhruv. Posisi kami adalah pria di tengah-tengah, itu dilakukan untuk menghindari pertikaian seperti di taman kemarin.
"Gimana, ya? Abang gak yakin," ucapnya sambil mengetukan jari telunjuk di bawah dagu.
"Ayolah, Bang," rengek Kak Kanha dengan wajah diimut-imutkan. Sumpah, kotor! -_
"Iya, Bang!" timpalku lagi. Sepertinya kali ini kami harus bekerja sama agar mencapai tujuan.
"Tapi, ada syaratnya," kata Abang Dhruv melihat kami bergantian. Aku dan Kak Kanha saling melempar tatapan ke arahnya, menunggu ia kembali bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengejar Cinta
HumorMenceritakan dua orang kakak-beradik yang selalu memperebutkan lelaki yang sama, saling memperjuangkan dan menjadi pengejar cinta para cogan. "Bang Dhruv, nanti kalo kita nikah. Kita bikin lima yang kaya gini ya, Bang. Linda mau bikin tim basket, eh...