"Abang pilih ...."
Krik
Krik
Krik
Suasana sunyi, tak ada suara kecuali deru kendaraan yang lalu lalang. Kami semua, termasuk para pengunjung penasaran menunggu Abang Dhruv menentukan pilihannya.
"Bentar, Bang. Linda narik nafas dulu. Huh ... hah ... huh ... haaah ...," aku mengatur nafas agar tidak pingsan nanti, Kak Kanha juga dari tadi meminum sedikit demi sedikit air yang di pesannya. Dengan cara mengisi mulut, itu cukup membantu menenangkan kegugupan Kak Kanha.
"Lanjutkan, Bang," ucap Kak Kanha. Matanya penuh harap.
"Abang pilih ... Linda. Ma'af Kanha."
Aku bersorak dalam hati, sorot kekecewaan terlihat dari mata Kak Kanha. Para pengunjung mengurut dada lega, ada juga yang tak terima. Lalu mereka kembali pada aktivitas semula.
"Maafkan Abang, Kanha," ujar Abang Dhruv menatap Kak Kanha sendu, gadis cantik itu tersenyum pilu.
"Gak papa, itu hak Abang untuk menyukai dan memilih siapa aja. Kanha gak berhak melarang," jawabnya mencoba tegar.
"Kak Kanha ...," Kak Kanha memelukku erat, lalu meleraikannya setelah beberapa detik. Lalu meninggalkan restoran Om Galih yang menjadi saksi patahnya hati seorang Kahnaya Rahma.
"Kak Kanha!" teriakku mencoba mengejarnya, tapi ditahan oleh Abang Dhruv.
"Kanha butuh waktu sendiri untuk menstabilkan emosinya," jelas Abang Dhruv lembut.
"Tapi Kak Kanha, Linda takut Kak Kanha bunuh diri," bantahku
"Kanha gak sebodoh itu, Linda. Mending kita lanjut makan, besok baru bicara sama Kanha," balas Abang Dhruv. Lalu kuputuskan melanjutkan makan, namun rasanya tak senyaman sebelum Kak Kanha pergi.
"Abang Dhruv, kita pulang sekarang!"
"Oke."
Setelah sampai di rumah, aku langsung menuju kamar. Mencari keberadaan Kak Kanha ke seluruh sudut rumah. Namun, tak menemukannya. Kemana Kak Kanha? Sampai esok pagi, aku menanyakan ke Pak Darwo, ia juga tak tahu. Aku menceritakan pada Bang Dhruv, ia juga bingung.
***
Sudah enam bulan lamanya Kak Kanha menghilang sejak kejadian itu. Ia tak meninggalkan pesan apapun, hanya meninggalkan beberapa pakaiannya dan biaya sewa rumah. Aku harus banting tulang membayarnya sendiri. Biasanya, dibantu dengan uang Kak Kanha. Jika ada Kak Kanha, aku tak perlu repot memasak subuh-subuh buta. Hari-hari aku lalui dengan mandiri, tak ada lagi perkelahian diantara kami, tak ada lagi suara-suara menyebalkan Kak Kanha, tak ada lagi yang mengirimi makanan untuk Abang Dhruv.
Walaupun ada Abang Dhruv sebagai penghibur hati, tetap saja Kak Kanha yang aku cari. Sejak kepergian Kak Kanha, aku selalu mencarinya ke mana-mana. Dari menanyakan ke teman-teman dekatnya, atau ke orang-orang yang sekilas melihat dia, ke media sosial seperti akun fb, ig, line dan Whats'App-nya, semua of. Nomer hp-nya juga tidak aktif. Sampai-sampai aku mengunggah foto Kak Kanha dengan caption 'dicari orang hilang'
Tapi tak ada satupun informasi."Abang Dhruv, Kak Kanha kemana, ya?" tanyaku pada Abang Dhruv. Sekarang kami berada di taman komplek. Aku teringat kejadian jogging dulu, aku sangat merindukan Kak Kanha.
"Abang gak tau, ini semua salah Abang. Coba aja Abang gak memilih siapa-siapa, mungkin Kanha masih sama Linda, masih merebutkan Abang," jawabnya sendu.
"Ini semua bukan sepenuhnya salah Abang. Positif thingking, Bang. Mungkin Kak Kanha menenangkan diri di suatu tempat, seperti ... surga mungkin," ucapku menerawang jauh.
"Jadi, Linda pikir ... Kanha mati, gitu?" tanya Abang Dhruv kaget. Matanya melotot dengan wajah syok.
"Ish! Bukan mati, di suatu tempat yang indah kaya di Korea, atau di Jepang gitu. Liburan-liburan mewah!" balasku agak kesal, mana mungkin Kak Kanha ... mati. Mungkin aja sih, tapi jangan dulu. Karna dia punya hutang yang belum dibayar.
"Abang Dhruv ...."
"Hmm?"
"Kita ... udahan aja, ya?" raut wajahnya sedikit terkejut.
"Kenapa, Linda? Abang gak pernah selingkuh kok, Abang setia loh," balasnya meyakinkan.
"Abang memang gak pernah curang, tapi Linda rasa hubungan kita ini gak bener. Linda rasa hubungan ini salah. Kalau jodoh gak kemana, Bang. Maafin, Linda," ucapku menunduk. Abang Dhruv menoleh ke arahku. Ia tersenyum manis, sebenarnya Linda gak rela Bang!
"Baiklah, Abang harap kita berjodoh. Abang pamit," balasnya meninggalkanku di kursi panjang ini.
"Maaf, Bang." Aku menatap punggungnya yang kian menjauh.
Ternyata, rasa terhadap Abang Dhruv bukanlah cinta, dan aku baru menyadari kalau ini hanya perasaan kagum semata. Masih terlalu polos untukku memahami rasa yang singgah di hati, sehingga telah membuat seseorang bersama cinta terluka. Maaf, Bang. Cintamu bukan milikku.
"Kak Kanha ... mungkin ini yang disebut karma. Ada seseorang yang bikin Kakak kecewa, dan ada yang membalaskan kekecewaan Kakak. Tanpa sengaja, Linda juga malah bikin Abang Dhruv kecewa. Kakak di mana sih?" ucapku bermonolog sambil menatap foto kami berdua di layar ponsel.
"Linda harap Kak Kanha pulang," lanjutku mengalihkan pandangan menatap mega merah yang mulai merekah.
-TAMAT-
HAYOOO!
Kak Kanha pergi, menurut kalian. Apa dia akan kembali?
Apa dia benci Linda?
Beneran udah ending ini, Gengs!

KAMU SEDANG MEMBACA
Pengejar Cinta
HumorMenceritakan dua orang kakak-beradik yang selalu memperebutkan lelaki yang sama, saling memperjuangkan dan menjadi pengejar cinta para cogan. "Bang Dhruv, nanti kalo kita nikah. Kita bikin lima yang kaya gini ya, Bang. Linda mau bikin tim basket, eh...