Chapter 3

1.8K 156 54
                                    

Happy reading all 😄

. . .

Anak yang belajar dengan cepat.
Anak yang bisa diandalkan.
Anak yang menyenangkan.

Ae terkenal seperti itu di sekolah penerbangan. Meski tampangnya sekilas begitu galak dan menakutkan, namun dia adalah pribadi yang hangat dan mudah berkawan, bukan hanya dengan sesama pelajar tetapi juga beberapa senior. Itulah sebabnya setelah lulus, Ae dengan mudah mendapat pekerjaan melalui koneksinya.

Sementara itu, Saint tetap meneruskan rencana orang tuanya untuk berkuliah di Universitas dalam negeri dengan jurusan pilihan mereka. Saint bukan tipe yang mengeluh soal kehidupannya yang diatur, dia tetap berusaha menjadi mahasiswa yang baik yang membuatnya mendapat hadiah apartemen dari orang tuanya karena mendapat nilai yang memuaskan. Dan semenjak pindah ke apartemen itu, semenjak Ae mulai bekerja, tanpa sepengetahuan orang tua Saint, keduanya tinggal bersama untuk mengganti kerinduan-kerinduan yang menumpuk ketika Ae sibuk belajar di sekolahnya.

"Terima kasih." Ae berkata pada Saint yang baru selesai memasangkan dasi di kerah kemejanya. Bibirnya tersenyum, kedua tangannya dilingkarkan ke pinggang ramping pemuda di hadapannya lalu menariknya mendekat.

"Oke." Saint membalas dengan terkekeh sambil mengusap kepala Ae lembut.

Keduanya saling menatap, kemudian mendekatkan wajah satu sama lain untuk berciuman. Ae yang mulai kehilangan kendali, menguasai dengan memperdalam ciumannya.

"Heh kau menggigit!" keluh Ae ketika menarik wajahnya dan melihat Saint yang tersenyum tanpa dosa.

"Karena kau tidak mau berhenti, sementara kita harus sarapan!" Saint melepaskan dirinya, berjalan keluar kamar dan menuju meja makan.

Ae menyusul di belakangnya dengan wajah cemberut, sampai di tengah pintu dirinya berhenti.

"Tapi sakit tahu!" Ae berkata, mengeluhkan sikap Saint yang tadi mengigit bibir bawahnya agak kasar.

"Aku minta maaf. Duduk sini, nanti aku beri obat." Saint menepuk kursi di sebelahnya membuat Ae menuruti.

Ae duduk di sebelahnya, segera menghadap sang kekasih yang langsung menangkup wajahnya dengan kedua tangan lalu mengecup bibirnya beberapa kali.

"Sudah sembuh, kan?" Saint bertanya sambil tersenyum pada Ae yang terlihat menahan senyuman bahagianya.

"Sudah," katanya tersenyum lalu mengecup bibir Saint sekilas.

"Dan kau dimaafkan," tambahnya.

"Sekarang kita sarapan. Aku membeli nasi goreng dan rumput laut kering di restoran sebelah." Saint menyiapkan makanan tersebut ke dalam piring untuk Ae.

Keduanya makan dengan tenang, sambil kadang menyuapi satu sama lain. Setelah selesai, Saint membereskan tempat makannya ke dapur lalu kembali dan mendapati Ae sedang sibuk dengan ponselnya.

Saint duduk di sebelahnya lagi, menyandarkan kepalanya ke bahu Ae lalu mengintip kekasihnya yang sedang membalas sebuah pesan.

"Senior ku bilang, kalau jam terbang ku sebagai first officer sudah banyak, aku akan mudah dipromosikan." Ae berkata setelah selesai membalas pesan, menoleh untuk menatap wajah Saint di pundaknya.

"Itu sebabnya kau sampai tidak libur?"

"Ya begitu lah. Target ku adalah jadi pilot utama sebelum kau lulus kuliah." Ae menyingkirkan rambut yang menutup kening Saint lalu mengecupnya lembut.

"Jangan terlalu memaksakan dirimu, aku tidak mau kau kelelahan."

"Ini tidak lelah sama sekali, aku suka pekerjaan ku. Pergi ke tempat baru, bertemu orang baru, pengalaman baru-"

THE GREATEST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang