Kaki kita menapaki jalan yang sama
Serupa luka, serupa cinta, serupa jiwa
Aku mencintai jiwamu, karena tubuhmu hanya akan membusuk.
Tidakkah kau melihat kekekalan? aku melihatnya, matahari membaur dengan lautan.
Apa kau mencintaiku? jika iya, letakan tanganmu di atas meja biar aku ambil dan aku cium telapakmu.
Jika cinta adalah dosa, kita, kau, dan aku adalah pemicu.
Matahari sedang jatuh, dan mengapa bumi mengikutinya? tidakkah itu akan membuatmu takut.
Air mataku tumpah mengapa tak kau minum? aku ingin melihatmu mabuk, kita berdua mabuk dengan emosi yang tak jelas.
Tubuhmu adalah catatan tiap jengkal aku mengembara.
Tapi apa gunanya jika itu akan jadi bangkai, kau hanya akan membiru dan dihabisi oleh belatung itu.
Jiwamu adalah gairah tiap nafas yang aku hirup.
Sel-sel kita menua, padahal kita bertukar nafas.
Aku tidak pantas memintamu kembali, kau pun sama. kita hanya akan pulang membawa kesadaran, cintamu adalah angin sejuk, dan aku tetap air mata.
Selatan, 2018
YOU ARE READING
KAMAR.
PoetryKumpulan Puisi Kamar Karya Pujo Warsito Tidak ada yang perlu diterangkan, puisi kamar hanyalah kata-kata yang tersembunyi di remang-remang kamar kala kau terlelap.