Name 12 : Eomma

3K 645 185
                                    

Percayalah, sepi itu indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Percayalah, sepi itu indah. Seperti, bagaimana kamu bahkan dapat mendengar deru angin yang menyapu jagat raya. Lepasnya penat dan beban di pagi hari, terkubur dengan hangatnya selimut bersama orang terkasih. Atau menemukan secercah cahaya yang berasal dari mahluk kecil yang bernamakan kunang-kunang.

Bagi beberapa orang mungkin ada yang tak menyukai kesepian, kesendirian, bertemankan bayangan sendiri di sudut kamar. Namun, Seongwu termasuk ke dalam beberapa orang yang menyukainya.

Kesepiannya yang kini terasa begitu syahdu. Dengan rembulan yang bersinar terang memasuki jendela kamar rawatnya. Menciptakan pantulan cahaya di dinding yang Seongwu gunakan untuk menggerakan jemarinya, membentuk hewan-hewan seperti kelinci dan semacamnya, yang ia pelajari melalui internet.

Kedua bola mata Daniel yang begitu jernih, begitu jujur tanpa sandiwara. Yang kerap menatapnya penuh kekaguman kini tertutup kelopak mata.

Seongwu melirik ke arah sofa panjang kosong, tempat Daniel harusnya berbaring sekarang. Tapi tidak karena anak itu justru memilih tertidur dengan sisi kepala yang menempel pada ranjang rawatnya.

Sisanya, para temannya menggelepar seperti ikan sarden dengan gulungan selimut tebal dan saling merapatkan diri dari dinginnya lantai rumah sakit.

Seongwu terkekeh tertahan ketika melihat Jaehwan, yang awalnya begitu menentang Daniel menginap dan tidak rela sofa panjang tempatnya menjemput mimpi direbut. Kini sudah membuat pulau di lengan baju Minhyun.

Maksud hati tidak ingin membangunkan Daniel yang terlihat begitu lelap meski di dalam posisi tidur yang kurang baik. Tapi, mengingat tubuh anak itu bisa sakit-sakit pagi harinya, membuat Seongwu menggerakan tangannya. Mengelus pelan puncak kepala Daniel dan berbisik.

"Daniel.. bangun sayang. Tidurnya pindah ke sofa yuk?"

Seongwu bahkan tidak mengerti kenapa setiap kata yang ia lontarkan untuk Daniel keluar dengan begitu manis. Yang dibangunkan hanya menggeram marah, tak suka tidurnya terusik.

"Besok pagi badanmu bisa sakit semua dan kamu akan merengek," kata Seongwu membujuk. Kini Daniel telah terduduk, meski matanya masih terpejam erat. Bibirnya bergerak-gerak, memprotes tanpa suara.

Seongwu yang tidak habis akal, menggeser posisi berbaringnya. Kini tangannya sudah tak ada selang infus lagi, sehingga pergerakannya semakin leluasa tidak seperti siang tadi.

"Kemari," pintanya. Kedua tangan terbuka dan si pengantuk Daniel masuk ke dalamnya.

Terharu ketika di saat Daniel yang sedang mengantuk, anak itu masih saja secara otomatis memposisikan dirinya berada di paling pinggir ranjang rumah sakit. Menghadap menyamping dengan lengan masuk ke perpotongan leher Seongwu. Lalu memeluknya begitu protektif.

Bahkan di bawah alam sadarnya, ia terus melindungi Seongwu.

Sang produser lagu semakin menyamankan posisi. Menepuk-nepuk punggung si pembuat onar yang berhasil menakuti perawat rumah sakit saat infusnya dilepas tadi. Kekehan tertahan mengingat kejadian tadi sore.

My Name is DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang