بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اللَّهُمَّ صّلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
Bibirku terlalu kelu untuk sekedar mengucap salam kepadamu. Hingga akhirnya, aku hanya menitipkan salamku kepada-Nya untukmu melalui hembusan angin. Berharap kamu merasakan bahwa aku begitu merindukanmu.
🍁🍁🍁
"Nimra, sudah selesai belum?"
"Sebentar lagi, Ma. Nimra lagi pake kaos kaki."
"Oke. Mama tunggu di bawah ya,"
"Iya."
Selesai memakai kaos kaki, Nimra mengambil tas kecilnya yang berada di atas meja rias. Sejenak ia terdiam menatap pantulan dirinya di dalam cermin. Gamis berwarna mocca dipadukan dengan kerudung lebar berwarna hitam.
Nimra membenarkan sebentar letak kerudungnya yang sedikit miring. Menghela napas sebentar, sebelum akhirnya tersenyum.
"Apa kabar ya, dia? Masihkah dia ingat aku?" Nimra bermonolog dengan bayangannya.
"Kuatkan hatimu, Nimra."
Gadis sembilan belas tahun itu tersenyum tipis. Sebelum akhirnya beranjak menemui Mamanya yang sudah menunggu di bawah.
"Ayuk, Ma." ajaknya ketika sudah sampai di hadapan Santy.
Santy berdiri dari duduknya lalu mengangguk. "Ayuk. Tante Vina sama anaknya sudah menunggu kita."
Sambil berjalan menuju mobil, Nimra bertanya. "Memangnya kita ke sana mau ngapain si, Ma? Kok Nimra juga ikutan? Kenapa enggak Mama aja? Nimra malu, Ma."
"Memangnya kamu gak kangen sama dia? Udah lama 'kan kalian enggak ketemu? Em... Tiga tahunan, mungkin? Atau malah empat tahun?"
"Ya sekitaran itu pokoknya, Ma. Kalau di bilang kangen sih, kangen. Mana mungkin Nimra enggak kangen sama teman Nimra. Ya, walaupun usia kita agak beda jauh."
"Ah, cuma 5 tahun. Mama sama Papa yang selisih 7 taun aja bisa nikah. Apa lagi kamu? Ya 'kan?" Santy menaik-turunkan alisnya menggoda puterinya.
Seketika Nimra salah tingkah. Pipinya tiba-tiba memanas mendengar godaan Mamanya. "Mama apa sih. Bisa aja 'kan dia udah punya calon?"
"Iya. Ini calonnya." Santy menoel dagu Nimra seraya tertawa pelan.
Nimra semakin salah tingkah dibuatnya. "Mama ih,"
"Bercanda, Sayang. Kalau beneran sih, alhamdulillah." Santy terkekeh pelan. "Tante Vina itu ngadain acara syukuran kecil-kecilan menyambut kepulangan anaknya. Nah, kebetulan kita diundang sama beliau. Sekalian temu rindu. Soalnya udah lama juga Mama enggak ketemu Tante Vina." lanjutnya.
Sekedar informasi, Imran--Papa Nimra--dengan Hadi--suami Tante Vina--itu bersahabat dekat. Bahkan ketika mereka masih duduk di bangku SMA. Lalu ketika menikah, tak sengaja Santy yang merupakan sahabat Vina, bertemu dengan Imran yang ternyata sahabat dari Hadi. Dari pertemuan tak sengaja itulah akhirnya Imran dan Santy menjadi orang tua Nimra. Setelahnya ikatan persahabatan mereka berempat pun menjadi semakin erat.
Mengikuti jejak orang tua mereka, Nimra dan anak dari sahabat orang tuanya pun berteman akrab. Tentu tetap dengan batasan antara laki-laki dan perempuan. Meskipun selisih umur mereka yang terbilang cukup jauh. Wajar saja, saat itu Vina yang masih muda memilih untuk menikah dengan Hadi yang sudah dewasa. Berbeda dengan Santy yang lebih memilih berkarier dulu, baru menikah. Alhasil Imran harus sabar menunggu sampai Santy siap untuk dinikahi. Dan lima tahun kemudian, impian Imran dan Santy akhirnya terwujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Ku Bersujud
Spiritual-Kupinta dan kutinggalkan cinta. Ketika ku bersujud.- *** Nimra Aisyah Khawla. Diumurnya yang baru menginjak usia sembilan belas tahun, ia sudah harus merasakan bagaimana pahit getirnya kehidupan. Ketika hati berseru 'tidak siap' namun situasi justr...