KKB.1

13 1 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

اللَّهُمَّ صّلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ

Perbanyaklah istighfar di rumah kalian di jalan, di pasar, dan di mana saja kalian berada, karena kalian tidak tahu kapan turunnya ampunan.

-Al Hasan Al Basri-

🍁🍁🍁

"Assalamu'alaykum, Nimra."

Salam yang terdengar begitu riang membuat Nimra yang sedang berjalan di koridor kampus menoleh seraya tersenyum lembut menatap sahabatnya yang tengah tersenyum lebar.

"Wa'alaykumussalam, Sholehah."

Dipanggil 'Sholehah' yang merupakan bukan nama aslinya membuat gadis yang berada di samping Nimra tersenyum malu sambil memukul pelan lengan Nimra.

"Jangan panggil aku begitu, Nimra. Belum pantas untukku."

"Kenapa belum pantas? Kamu mau aku panggil Sholeh?"

Gadis itu mencebikkan bibirnya. "Ya enggak itu juga kali,"

Nimra terkekeh. "Yaudah, gak papa dong aku panggil Sholehah?"

"Tapi aku belum jadi wanita yang sholelah, Nimra."

"Apa salahnya meng-aamiin-kan do'a baik? Mubadzir loh itu kalau di tolak begitu,"

"Aamiin ya Allah aamiinn...."

Nimra terkekeh melihat sahabatnya itu langsung berlagak seperti orang berdo'a dengan kepala menengadah, lalu diakhiri kedua telapak tangan meraup wajahnya.

"Zara, Zara. Yuk ah ke kelas."

Sahabat Nimra yang bernama Zara itu menganggukkan kepalanya membalas ajakan Nimra. Alhasil keduanya berjalan menyusuri koridor di temani lantunan sholawat dari bibir tipis Nimra yang terdengar begitu merdu. Membuat siapapun yang mendengarnya, pasti tak ingin cepat sudah. Seperti Zara contohnya. Dia selalu tenang bila mendengar sholawat, terlebih jika dilantunkan oleh sahabatnya itu. Pernah suatu hari ia menyarankan Nimra untuk mendaftarkan diri di salah satu ajang mencari bakat. Tapi dengan lembut Nimra menolaknya.

Katanya, 'Didengar oleh Allah dan Rasul-Nya, sudah cukup bagiku.'

Betapa Zara mengagumi sosok Nimra yang begitu lembut, seperti namanya.

Sesampainya di kelas yang ternyata sudah cukup ramai, Nimra menghentikan sholawatnya. Sebenarnya tidak ada yang memermasalahkan, hanya saja ia malu saja jika ada yang mendengar suaranya. Kecuali terhadap Zara tentunya.

"Kenapa berhenti?"

"Enggak papa. Malu aja, hehe." Nimra menyengir sambil duduk di bangkunya yang berada nomor dua dari depan. Tepat bersandingan dengan Zara.

"Kenapa malu? Dari pada dengerin Dodo yang nyanyi gak jelas, lebih baik mendengar kamu bersholawat. Lebih berfaedah."

Nimra tersenyum. "Bukankah sebelumnya aku pernah bilang. Sudah cukup bagiku Allah dan Rasulullah saw. yang menjadi pendengar setiaku?"

"Termasuk aku."

Nimra terkekeh kecil. "Masa sih?"

"Iya. Suara kamu itu bagus loh, Nim."

"Bisa aja kamu ini."

"Eh eh gays, katanya bakalan ada mahasiswa baru. Pindahan dari luar negri katanya. Waah pasti ganteng!"

Ketika Ku BersujudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang