بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اللَّهُمَّ صّلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
***
"Nim, ini beneran kamu enggak mau nemenin aku ke toko buku?""Bukan enggak mau, Zara. Cuma aku udah buat janji duluan. Masak iya aku ngebatalin. Enggak enak hati aku, Ra."
Zara mengkrucutkan bibirnya sebal memerhatikan Nimra yang sedang memasukkan laptopnya ke dalam tas.
"Kamu telat sih, Ra. Coba dari kemarin. Kan aku bisa nolak ajakan dia." Nimra menatap Zara tak enak hati.
"Emang siapa sih yang ngajakin kamu? Sampai aku di nomer duakan gini."
Nimra menggelengkan kepalanya seraya meraih kedua tangan Zara. "Bukan gitu, Zara. Aku gak bermaksud kayak gitu. Cuma ya mau gimana lagi,"
Akhirnya Zara menghela napasnya pelan. "Yaudah deh, enggak papa. Tapi besok temenin aku ya?"
Nimra merekahkan senyumnya seraya mengangguk semangat. "Siap, komandan." katanya dengan berlagak hormat.
Zara terkekeh. "Lebay deh,"
"Abis aku beneran enggak enak sama kamu loh, Ra. Kan biasanya aku yang nemenin kamu kemana-mana."
Zara menaikkan sebelah alisnya. "Kok kesannya temanku kayak cuma kamu doang si? Gini-gini aku anak gaul tau," katanya seraya menepuk dadanya bangga.
"Nyatanya gitu. Kamu kan gak bisa jauh-jauh dari aku," Nimra tersenyum sok menggemaskan.
Zara berlagak pura-pura muntah. "Ember mana ember?"
Nimra langsung cemberut seraya memukul bahu Zara. "Jahadnya,"
"Hahaha. Bercanda Nimra, sayang. Baperan ih." ujar Zara diiringi tangannya yang merangkul bahu Nimra. Membuat sang empu yang sebelumnya cemberut, merubah ekspresi wajahnya menjadi tersenyum lebar.
"Kayak kamu enggak baperan aja deh. Apalagi kalo lihat ikhwan-ikhwan yang ada potensi-potensi jadi imam idaman. Auto buka pendaftaran lamaran."
"Ikhwannya macam Adam langsung buka aku, Nim." Zara menangkum pipinya seraya menatap langit-langit ruangan dengan ekspresi kesem-sem membayangkan wajah Adam.
Nimra mendengus pelan. "Istighfar Ra, istighfar."
Seketika Zara menegakkan tubuhnya. "Astaghfirullah.. Khilaf Nim, khilaf."
Nimra menggeleng-gelengkan kepalanya. "Yaudah ya, aku pulang duluan." Katanya seraya mengambil setumpuk buku lalu dipeluknya disisi kiri.
"Iya. Jangan lupa besok-besok temenin aku ya?"
"Iya. Assalamu'alaykum."
"Wa'alaykumussalam warrahmatullah."
***
Dan disinilah Nimra berada. Duduk diam memandang motor mobil yang melintas lewat jendela mobil. Sedangkan di samping kanannya, Arbyan duduk dengan tenang. Fokus mengendarai mobil. Tak menyadari betapa gugupnya seorang gadis cantik di sebelahnya.
Diam-diam Nimra berpikir. Mencari topik pembicaraan untuk menghilangkan suasana canggung diantara mereka. Sebenarnya jika dilihat-lihat, hanya dia saja yang merasa gugup. Arbyan tenang-tenang saja di balik kemudi.
"Nimra."
"Mas Ar."
Nimra tergagap. Tak menyangka jika Arbyan juga memanggilnya. Sedangkan Arbyan terkekeh pelan. Melirik sekilas ke arahnya lalu kembali fokus menatap jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Ku Bersujud
Spiritual-Kupinta dan kutinggalkan cinta. Ketika ku bersujud.- *** Nimra Aisyah Khawla. Diumurnya yang baru menginjak usia sembilan belas tahun, ia sudah harus merasakan bagaimana pahit getirnya kehidupan. Ketika hati berseru 'tidak siap' namun situasi justr...