Konser

575 80 2
                                    

Jangan lupa vote, chingu!
Happy reading!

******

"Oh ayolah, temani aku sekali-kali," pinta Wonho kepada Minhyuk yang terus menolak ajakannya untuk pergi ke konser bersamanya.

Wonho, setelah beberapa percobaan, akhirnya mendapatkan tiket untuk konser Rapper Hun yang namanya sedang banyak disebut oleh orang-orang setempat. Tapi sangking banyaknya pemesanan, ia hanya bisa dapat 2 tiket, padahal ia memesan 3 tiket supaya bisa pergi bersama 2 sahabatnya itu. Ia harus memilih salah satu dari mereka, dan Minhyuk jadi pilihannya karena ia tahu Jooheon akan terkantuk-kantuk bahkan sebelum konsernya dimulai. Sialnya, ternyata Minhyuk dan Jooheon sudah punya tiket untuk mereka berdua, alasannya mereka tidak tahu Wonho tertarik dengan lagu rapper.

Wajah Wonho terlihat murung dan kesal di waktu yang bersamaan. Ia sudah mengerahkan waktu dan uangnya demi tiket itu dan akhirnya tidak terpakai. Seperti buang-buang uang.

"Kenapa tidak ajak Changkyun? Aku dengar dia penggemar berat Rapper Hun, mungkin dia akan mau jika diberi tiket gratis untuk pergi ke konsernya," saran Minhyuk yang dibalas tatapan penuh harapan Wonho.

"Cobalah ajak dia, kalau dia setuju, ini bisa jadi kencan pertama kalian."

Kalimat itu terngiang-ngiang di kepala Wonho dan itu membuatnya tidak fokus. Matanya selalu melirik ke luar kelas dan sudut bibirnya tertarik beberapa kali. Untuk Minhyuk, itu sudah jelas bahwa ia sedang memikirkan betapa senangnya Changkyun ketika dibawa ke konser pemusik favoritnya.

"Hoseok, bisakah kau menjelaskan apa yang saya jelaskan tadi?" Ucap guru sosiologi yang sedang mengajar di depan, membuat Wonho tersentak.

"Ah- Maaf aku-" Wonho terbata-bata saat ingin menjawab, lalu terpotong oleh Minhyuk.

"Maaf, pak, dia memikirkan tentang kencan pertamanya nanti di konser," potong Minhyuk yang dibalas dengan lirikan kepala para murid perempuan di kelasnya itu. Mereka bertanya siapa orangnya, kapan ditanya, dan apakah itu mereka. Dengan senyuman licik khasnya, Minhyuk menjawab mereka semua dengan 2 kalimat.

"Soal kapan, akan mengajaknya nanti malam. Dan siapa, yang pasti bukan kalian."

Mendengar itu, murid-murid yang tadi berbalik kepala berdecak kesal dan ada beberapa yang mengomel sambil membalikkan hadapannya lagi ke depan papan tulis. Guru sosiologi hanya tertawa.

"Dasar anak muda, semoga sukses kencannya, baik, mari kita lanjutkan.."

Pelajaran pun dilanjutkan seperti biasa, Wonho masih belum bisa fokus. Ia hanya tersenyum di pojok belakang, menahan supaya senyumnya tidak terlalu terlihat.

Aku pasti bisa melakukan ini.

Sesampainya di depan rumah Changkyun,

Aku tidak bisa melakukan ini.

Wonho berbolak-balik di depan pintu Changkyun. Ia berpikir apakah gerakan yang akan ia lakukan benar. Ia ragu, sangat ragu. Padahal hanya mengajaknya ke konser. Semua pikirannya terhapus sementara ketika Changkyun membukakan pintu rumahnya dan meminta maaf.

"Maaf, pasti kau sudah menunggu lama, masuk saja," kata Changkyun seraya mempersilahkan Wonho masuk dan duduk di ruang tamu. Sebelum mulai, Changkyun izin ke toilet dulu dan meminta maaf Wonho harus menunggu lagi. Tentunya Wonho tidak keberatan. Ketika Changkyun pergi, ada orang yang baru saja ia lihat. Dia tersenyum biasa dan menyambut Wonho dengan ramah.

"Kau murid Changkyun yang itu ya?" Tanya orang itu. Wonho menganggukkan kepalanya mantap, menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya itu. Orang tersebut langsung menepuk-nepuk punggung Wonho seperti teman lama sambil tersenyum.

"Ia banyak cerita tentangmu, sepertinya ia menyukaimu," ucap orang itu membuat Wonho kaget. Perasaannya campur aduk, antara senang dan malu. Ia hanya mengangguk kecil kepada orang itu. Terdengar langkah kaki Changkyun yang kemudian menyuruh orang itu pergi. Changkyun lalu duduk di samping Wonho dan membuka buku ekonomi.

"Itu tadi siapa?" Tanya Wonho di selingan penjelasan Changkyun.

"Itu Kiki-Hyung, kakak angkatku," jawab Changkyun singkat.

"Kenapa aku tidak melihatnya hari-hari sebelumnya?" Tanya Wonho lagi.

"Kiki-Hyung berkuliah di Seoul, dia berkunjung kesini setiap liburan semester baru, makanya kau tidak melihatnya sampai sekarang," jelas Changkyun.

Wonho mengangguk pelan, "dia tampan."

Mendengar itu, Changkyun terkekeh kecil, "kau bukan orang pertama yang mengatakan itu, posisinya di kampus itu sepertimu, rebutan perempuan tanpa sadar, dia juga menyanyi, jadi perempuan di kampusnya seperti bertarung sampai mati demi mendapatkannya."

Jujur, Wonho lumayan kaget mendengar kakak angkat Changkyun itu segitu populernya. Tapi ia tidak terkejut bahwa dia tampan. Karena walaupun Changkyun dan kakaknya tidak sedarah, mereka berdua punya aspek yang sama; mata indah yang hipnotik. Tentu, mata Changkyun yang memberi efek kepada Wonho. Maka dari itu ia selalu menghindari tatapan dari Changkyun. Karena jika mata mereka bertemu, Wonho merasa terbius, matanya terlalu indah.

Setelah sesi tutor selesai, Wonho mengeluarkan sesuatu dari tas yang ia bawa. Benda itu tidak lain selain sepasang tiket konser Rapper Hun, pemusik favorit Changkyun. Changkyun melongo setelah melihat apa yang dikeluarkan Wonho dan lebihnya lagi, salah satu dari sepasang tiket itu diberikan padanya.

"Aku mendengar bahwa kau menyukai Rapper Hun, dan kebetulan aku punya satu tiket ekstra, jadi aku ingin menawarkanmu untuk pergi bersamaku ke sana," katanya sambil menyodorkan secarik kertas yang merupakan tiketnya.

Changkyun mengambil tiket itu dengan terbata-bata. Entah kenapa ia tidak mau tahu jika ini mimpi. Entah karena Wonho atau akhirnya dia dapat tiker konsernya yang habis ketika ia ingin memesan. Changkyun menganggukkan kepalanya dengan senyumannya yang manis di mata Wonho.

"Tentu aku ikut, aku kesulitan mendapat tiket konsernya, ini penyelamat hidup," kata Changkyun yang lalu melihat kepada Wonho, lalu tersenyum, "terima kasih."

Wonho lega mendengar Changkyun menerima ajakannya ke konser itu. Changkyun menutup pintu setelah Wonho pergi. Ia tidak mengira Kihyun akan menunggunya di ruang sebelah dan terlihat sehabis menguping. Kihyun menyadari adiknya yang melihatnya dengan ekspresi kesal yang terpampang jelas di wajahnya. Bukannya minta maaf, ia malah tertawa renyah.

"Ternyata benar ya kau menyukainya?" Tanya Kihyun yang membuat wajah Changkyun memerah sampai ke telinga. Tanpa segan, ia menjitak kepala orang yang lebih tua darinya itu, membuat ia mengerang kesakitan.

"Suka apanya! Aku tidak melihatnya seperti itu!" Ucap Changkyun dengan maksud membantah pertanyaan Kihyun yang malah dibalas dengan tawa yang semakin renyah.

"Astaga perutku, itu sangat jelas! Dan caramu menerima ajakan kencan itu sudah memberi banyak tanda-tanda," Kihyun menghampiri adiknya itu dan mengelus rambutnya yang lembut.

Changkyun melepaskan tangan Kihyun dari kepalanya dan mendengus kesal. Kihyun selalu menganggapnya anak kecil dan itu kadang membuatnya jengkel. Tapi seorang kakak tetaplah seorang kakak.

Changkyun naik ke lantai atas dan menutup pintu kamarnya. Ia meletakkan tiket konser itu di atas meja belajarnya dan terduduk di kursinya. Ia menumpukan dagunya dengan tangannya di meja tersebut dan melihat tiket itu lekat-lekat. Ia berpikir di kamarnya yang kosong itu dengan ekspresi datar.

Kencan pertama, ya?

To Be Continued.

TUTOR - wonkyun.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang