Di rumah, Changkyun terkapar di ranjangnya terselimut dengan selimut tebal dan handuk basah di keningnya. Kepalanya sangat berat dan begitu pun kelopak matanya. Kakinya serasa rapuh dan tidak kuat menopang tubuhnya sendiri. Tubuhnya sama sekali tidak bisa diajak kompromi.
Toilet....
Changkyun berusaha bangun dari posisinya dengan tenaga yang tersisa dalam tubuhnya. Ia mengalami kesulitan untuk berdiri, jadi ia harus menopang dirinya dengan benda-benda sekitarnya. Ia menuju kamar mandi dengan langkah kaki yang perlahan. Ia melewati dapur dan terdengar seperti orang memasak, bau masakannya juga enak. Ia mengira ibunya pulang. Ia mendekati sosok itu dengan mata yang setengah terbuka dan bertanya memasak apa.
"Sedikit makanan untukmu, aku dengar kau sakit dari teman sekelasmu jadi aku memutuskan untuk berkunjung dan membantu masak," jawab sosok itu.
Suaranya bukan suara ibunya, ataupun suara wanita. Suara yang ia biasa dengar di telfon pukul 7. Suara yang sempat dia benci itu. Dengan refleks, ia menjauhkan tubuhnya yang sempat menempel pada tubuh sosok tersebut.
"Lee Hoseok!? Bagaimana caramu masuk?!" Tanyanya hampir berteriak.
"Pintu, sepertinya kau lupa mengunci pintu," jawab Wonho santai sambil masih memasak untuk Changkyun.
Changkyun masih kebingungan atas apa yang baru terjadi. Orang yang dulu ia benci mati-matian menyelinap masuk ke rumahnya yang tidak dikunci dan memasak untuknya? Mimpi apa lagi yang ia alami sekarang?
Changkyun menggelengkan kepalanya cepat dengan maksud untuk 'membangunkan' dirinya. Wajahnya semakin kebingungan ketika ia sudah merasa terbangun tapi masih tidak nyata, entah apa yang ada di pikiran bocah ini. Mencoba untuk meluruskan pikirannya, ia bertanya pada Wonho.
"Kenapa mau repot-repot masak disini?" Tanyanya pendek.
"Memang aku tidak boleh melakukan ini untuk teman?" Tanya Wonho balik.
"Kau menganggapku teman?" Balas Changkyun bertanya lagi.
"Memangnya tidak boleh?" Tanya Wonho membalas pertanyaan Changkyun.
"Aku tidak menganggapmu lebih dari seorang murid," jawab Changkyun tanpa menyaring kata-katanya.
"Maka anggap ini sebagai ucapan terima kasih," ucap Wonho sembari tersenyum walau sebenarnya tanggapan Changkyun itu lumayan mengecewakan.
"Sudah selesai, duduk di meja makan sana," perintah Wonho sambil menuangkan makanan itu ke piring. Changkyun menurut tapi tidak langsung duduk, dia menuju kamar mandi lalu baru duduk di meja makan. Makanan tadi sudah disajikan dan aromanya menggiurkan. Changkyun mengambil sendok dan menyendok makanan itu. Pipinya tiba-tiba merah merona saat sudah memasukkan makanannya ke dalam mulutnya yang mungil.
"Enak?" Tanya Wonho dengan lembut sambil melihat ke mata Changkyun.
Changkyun mengangguk pelan, pipinya masih merah, "enak."
Wonho lega mendengar itu dari orang yang lebih muda darinya itu. Wonho membelai rambut Changkyun yang lembut, "habiskan," ucapnya sebelum masuk lagi ke dapur dan mengambil segelas air dan obat sirup, "minum ini sebelum tidur, 2 sendok makan, 2 kali sehari, perut kosong."
Changkyun hanya mengangguk pelan dan menikmati makanannya kembali. Masakan Wonho memang enak, tapi itu bukan hal yang membuatnya berpikir keras saat kondisi tubuhnya tidak enak itu. Sebagian besar adalah kenapa Wonho sebegitu baiknya saat ia memperlakukan Wonho seperti sampah. Mengingat kata-kata yang ia ucapkan dan menuduhnya bekerja sama dengan Gunhee membuat dadanya sesak. Ia tidak tahu bahwa Wonho bisa memperhatikannya sampai begini.
Selesai ia makan, Changkyun bergegas naik ke kamarnya lagi membawa obat dan segelas air yang diambilkan oleh Wonho. Ia menyelimuti dirinya lagi dengan selimut tebal. Sangat berharap ia bisa tertidur, tapi tetap tidak bisa, karena satu hal; Wonho mengekorinya. Ia menatap Changkyun lekat-lekat, membuatnya tidak nyaman memejamkan matanya.
"Apa yang kau lakukan disini? Aku sudah minum obatnya, aku bukan anak kecil lagi," tanya Changkyun seraya protes.
"Baik, aku akan pergi, kalau ada apa-apa hubungi saja aku, bagaimana itu?" tawar Wonho.
Changkyun berdecak sebal, "yasudah yasudah, aku butuh istirahat," ucap Changkyun sambil mengurungkan dirinya lebih dalam di selimutnya dan menghadap ke arah kanan.
Melihat sikap Changkyun yang seperti itu, Wonho tidak bisa menahan senyum untuk tercetak di wajahnya. Itu sangat menggemaskan baginya. Ingin rasanya memeluknya supaya ia menjadi hangat. Tapi ia tentu menahan diri secara Changkyun sendiri tidak menganggapnya lebih dari murid.
Wonho berdiri dari posisinya di ujung ranjang Changkyun dan berjalan menuju pintu kamarnya. Ia berhenti dan melihat ke arah Changkyun, "cepat sembuh," lalu langsung menutup pintu kamarnya itu.
Changkyun tidak langsung tidur malam itu. Ia masih terbangun dan memikirkan apa yang baru saja terjadi. Ia berpikir untuk apa Wonho bergaya manis dan perhatian kepadanya yang sedang sakit. Semakin ia pikirkan semakin jantungnya ingin melompat keluar dari rongga dadanya. Wajahnya terasa semakin panas dan ia mengetahui itu. Buru-buru ia memejamkan matanya secara paksa memberi perintah untuk segera tidur kepada otaknya.
Sialan kau, Wonho, menyebalkan.
To Be Continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUTOR - wonkyun.
FanficPertama kali Wonho - anak kepsek tapi tukang bolos - bilang dia butuh tutor emang buat Jooheon dan Minhyuk kaget, secara dia tidak pernah peduli soal nilainya di kelas. Banyak murid perempuan yang daftar jadi tutornya tapi tidak ada untung, tidak ad...