Jangan lupa vote chingu!
happy reading!***
Wonho sibuk bolak-balik lemari untuk mencari baju yang pantas digunakannya ke rumah Changkyun. Tutor selanjutnya akan dilakukan di rumah Changkyun entah apa alasannya. Apapun itu, Wonho sekarang panik. Ia membongkar lemari bajunya tapi tidak ada yang pantas. Tapi lantas untuk apa dia panik?
"Ayolah harusnya masih ada disini! Belum juga dipakai lagi!" Ujar Wonho merutuki dirinya sendiri.
Setelah beberapa menit mengomel dan mendumel sambil mengacak lemarinya, akhirnya ia menemukan baju yang dicari-cari itu. Sebenarnya hanya sehelai kemeja flannel merah, namun diantara bajunya yang rata-rata ketat dan tidak berlengan, itulah pakaian paling sopan.
Setelah menemukan barang yang ia cari-cari tadi, Wonho langsung bergegas membersihkan dirinya. Ia berpakaian dengan buru-buru dan langsung berangkat ke rumah Changkyun. Selama menyetir ke kediaman tutornya itu, entah kenapa dia merasa gugup. Seperti mau dipertemukan dengan mertua, padahal pernah saja tidak. Apa-apaan, Wonho?
Wonho memarkirkan mobilnya di garasi rumah tutornya itu. Kebetulan sedang hujan, jadi dia terguyur hujan meskipun sedikit, membuat rambutnya basah. Ia mengetuk pintu depan rumah Changkyun. Tidak ada jawaban. Ia mengetuk pintu itu lagi.
"Yaa.. tunggu.." ujar suara seseorang dari dalam yang terdengar seperti Changkyun. Changkyun membuka kunci pintu tersebut dan membukanya. Yang tidak Wonho sangka, Changkyun muncul dengan jubah mandi dan rambut yang basah. Wonho langsung menutup matanya.
"Apa yang kau pakai?!" Ujar Wonho sembari masih menutup matanya.
"Aku baru selesai mandi, dan kau tidak perlu begitu, kita berdua sesama laki-laki," jawab Changkyun santai.
Wonho dengan canggung menurunkan tangannya. Ia masuk ketika dipersilahkan oleh si tuan rumah. Ia duduk di sofa yang terletak di ruang tamu. Rumahnya sangat luas, setidaknya itu di pikiran Wonho. Sepertinya dia dari keluarga yang lumayan kaya. Tapi, terlepas dari luasnya tempat itu, disana sangat sunyi, seperti tidak ada kehidupan. Warna rumah itu tidak seperti warna rumah biasanya. Cat yang berwarna putih pucat itu cocok dengan suasana rumah itu sendiri, sepi.
Wonho masih terlihat menerawangi sekelilingnya saat Changkyun muncul dengan pakaian yang lebih sopan, kaus hitam lengan panjang dan celana training hitam.
"Apa tempat ini memang sesepi ini? Dimana orang tuamu?" Tanya Wonho ketika Changkyun melangkahkan kaki ke ruang tamu.
"Ya, orang tuaku bekerja di luar negeri dan aku terpaksa tinggal sendiri setelah pembantu rumah tanggaku berhenti bekerja," jelas Changkyun sambil mendudukkan diri di sofa yang lain. Wonho mengangguk dan mereka memulai sesi tutor mereka. Di seling-selingan tutor Wonho bertanya akan hal-hal yang berkaitan dengan materi, biasanya. Kali ini, dia bertanya sesuatu yang lain.
"Kenapa kau tidak menawarkanku ini 3 hari yang lalu?" Wonho bertanya sambil melirik Changkyun.
"Ponselku terguyur hujan waktu itu, dan sangat sulit menemukanmu setelah jam sekolah, makanya aku memilih bolos untuk sekalian mencarimu," jawab Changkyun sambil mengerjakan soal-soal yang diberikan untuk dikerjakan bersama.
Mendengar itu, Wonho menghembuskan nafas lega, "kukira kau masih marah denganku," tanggapnya sambil melanjutkan soal-soal itu.
"Oh aku masih marah," Changkyun meletakkan pensil mekaniknya yang ia gunakan untuk menulis, "tapi sudah mereda, tidak separah itu."
"Baguslah, aku kira kau akan menyimpan dendam seperti Pak Mars," kalimat yang baru saja Wonho ucapkan membuat Changkyun menyetak sedikit senyuman pada bibirnya. Wonho menyadari itu dan tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum juga. Kata orang-orang bahwa Changkyun adalah balok es yang sulit dilelehkan itu benar, namun tidak sesulit yang Wonho kira.
Sesi tutor malam itu sudah selesai setelah 2 jam dan mereka berencana untuk melakukan tutor langsung lebih sering. Akhirnya Wonho bisa menunjukkan diri tanpa takut Changkyun sadar dan marah. Pikiran itu membuat Wonho lega.
Sesampainya di apartemen, Wonho ganti baju yang nyaman untuk tidur dan menidurkan diri. Ia hanya melihat langit-langit kamar yang lampunya sudah dimatikan dengan pikiran yang lumayan penuh. Bukan penuh karena apa-apa, namun Changkyun. Entah bagaimana caranya, tutornya itu membuat otaknya berpikiran kemana-mana, dan ia tidak bisa menolak untuk tersenyum seperti orang bodoh. Sekarang ia malah malu-malu sendiri. Setelah terlalu lama membayangkan hal-hal tersebut, ia pun diantar ke alam mimpi.
Esoknya, ia pergi ke sekolah seperti biasa. Namun yang tidak biasa, dia senyum-senyum entah karena apa. Melihat itu, Jooheon bertanya padanya apa yang terjadi dengan dirinya, karena tidak biasanya ia menemukan Wonho sebahagia ini.
"Ada apa denganku? Memang aku kenapa?" Tanya Wonho karena tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Jooheon.
Jooheon memutar matanya, "kau senyum-senyum dari tadi! Apa yang membuatmu kesetanan?!"
Mendengar itu, Wonho malah tertawa terbahak-bahak karena Jooheon mengira dia kesetanan, "aku pun tidak tahu, setelah tutor kemarin malam aku tidak bisa berhenti tersenyum."
"Tutor? Bukannya Changkyun sudah mencampakkanmu?"
"Ternyata tidak, ponselnya rusak kala itu dan tidak bisa menghubungi, makanya ia mengajak tutor di rumahnya," jawab Wonho, "pertama kali aku melihatnya senyum padaku secara langsung walaupun cuma sekilas, itu sangat manis."
Jooheon mendengar itu dan mengangguk mantap, ia tahu kenapa sahabatnya bertindak seperti itu. Ternyata Wonho menyukai Changkyun.
"Setelah lama menjadi pemain hati wanita ternyata akhirnya kau menyukai laki-laki ya, Lee Hoseok?" Canda Jooheon yang dibalas dengan pukulan ringan dari Wonho ke lengannya.
Wonho tertawa lagi mendengar itu, tapi emang tidak bisa menolak, dia mulai merasa tertarik pada sosok yang disebut balok es berjalan itu.
Di tempat lain, Changkyun sedang bersama temannya Hyungwon. Mereka terlihat sedang membahas tugas tulis yang diberikan guru sejarah seminggu yang lalu. Changkyun sebenarnya bisa mengerjakan tugasnya, hanya dia terlihat tidak fokus dan sering kali memegangi kepalanya. Hyungwon menyadari ada yang salah dengan rekan belajarnya itu.
"Ada apa? Kamu terlihat pucat, kamu sakit?" Tanya Hyungwon dengan wajah panik. Changkyun melihatnya dan menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak apa-apa, tenang saja," jawab Changkyun menenangkan Hyungwon.
"Kamu terlihat seperti anak anjing yang sakit," Hyungwon menempelkan tangannya ke dahi Changkyun, "astaga, Changkyun tubuhmu panas!" Sudah jelas dia memang terkena demam.
Changkyun masih menolak fakta bahwa ia sedang sakit dan melanjutkan sekolah sampai pukul 3 sore, dan semakin jelas kalau dia sedang sakit. Tubuhnya tidak tegak dan linglung. Wajahnya sangat pucat ditambah lagi warna bibirnya yang hampir menghilang. Ia sampai tidak kuat jalan sendiri, sehingga harus diantar pulang dengan Hyungwon. Wonho yang tidak mengetahui itu celingak-celinguk ke kelasnya mencari tutornya itu. Seorang siswi dari kelas Changkyun menginformasikan bahwa dia sakit dan pulang lebih awal dari biasanya yang selalu menambah isi buku catatan.
Mendengar itu, Wonho tidak percaya dan muncul sedikit rasa khawatir.
To Be Continued
***
Maaf dipisah-pisah yaa, kalo dilanjut disini takutnya kepanjangan, ditunggu bagian 2nya ya!
-author k
KAMU SEDANG MEMBACA
TUTOR - wonkyun.
Fiksi PenggemarPertama kali Wonho - anak kepsek tapi tukang bolos - bilang dia butuh tutor emang buat Jooheon dan Minhyuk kaget, secara dia tidak pernah peduli soal nilainya di kelas. Banyak murid perempuan yang daftar jadi tutornya tapi tidak ada untung, tidak ad...