Langkah 3

131 6 0
                                    

Langkah 3: Sengaja bertemu dengannya lagi, tapi anggap pertemuan itu tidak disengaja.

Woohyun mungkin tidak pernah lagi memakai kacamata itu, tetapi ia tetap duduk di samping Sunggyu selama perkuliahan. Sayangnya, selain dari sapaan singkat yang mereka saling ucapkan satu sama lain, mereka hampir tidak pernah berbincang. Sunggyu melakukan pekerjaannya dengan serius. Dan Woohyun berpura-pura serius untuk mengimpresi Sunggyu. Memang pada minggu kedua, mereka akhirnya bicara. Woohyun meminjam pensil. Dan hari berikutnya, mereka bicara lagi. Sunggyu meminta pensilnya kembali.

Woohyun tidak puas dengan interaksi minor semacam itu. Ia punya perasaan terhadap Sunggyu. Ia merasa nyaman di dekat laki-laki itu, bahkan saat mereka tenggelam dalam lima menit keheningan yang canggung ketika mereka duduk berdampingan sebelum kelas dimulai. Oke, terkadang memang benar-benar canggung. Tetapi itu karena mulut Woohyun begitu gatal untuk memulai pembicaraan, sementara Sunggyu hanya akan menyibukkan diri dengan menata letak peralatan tulis dan buku catatannya.

Siapa sebenarnya mahasiswa sesungguhnya di kelas ini?

Woohyun berpikir, mungkin jika ia bertemu tanpa sengaja dengan seniornya itu di luar kelas, jauh dari pensil-pensil dan suasana belajar-mengajar, percakapan mungkin akan mengalir apa adanya.

Hm. Ia tergoda untuk mencoba.

Oleh karena itu, Woohyun mulai memutar otak.
Ruang kerja Sunggyu (yang dibagi bersama dua puluh mahasiswa lainnya) terletak di dekat ruang latihan vokal, atau lebih tepatnya di dekat toilet di samping ruang latihan vokal. Woohyun bukan seorang penguntit. Lokasi ruang kerja Sunggyu tertulis di silabus, dan saat kuliah perdana, ia telah diberi tahu bahwa ia bisa mengikuti tutor bersama siapa pun senior yang ia pilih sendiri.

Dan Woohyun sepenuhnya siap menerima penawaran itu... kecuali jika ia tidak memerlukan. Lucunya, padahal ia mendapat ranking mendekati yang terbawah di sekolahnya dulu, tetapi kini ketika tidak ada siapa pun yang memaksanya mengambil tutor biologi dan aljabar, nilainya tiba-tiba melonjak. Ia menjadi mahasiswa terbaik di kelas. Dan Sunggyu tahu; laki-laki itu yang mengoreksi seluruh hasil tes. Jadi, seorang mahasiswa terbaik mengunjungi tutor untuk belajar akan terdengar sangat mencurigakan, namun untuk seorang mahasiswa yang rajin berlatih vokal, itu terdengar cukup masuk akal. Tetapi, keganjalan lainnya lagi adalah ketika seorang mahasiswa—Woohyun—berdiam di toilet selama berjam-jam, hanya karena ingin berpapasan dengan Sunggyu saat laki-laki itu masuk maupun keluar ruang kerjanya. Namun, ia tidak peduli lagi dan tidak ingin terlalu berpusing ria lagi.

Lalu setelah empat minggu berlalu, Woohyun akhirnya bertabrakan dengan Sunggyu. Dalam arti, benar-benar saling menubruk.

"Aw!" Sunggyu mengerang. "Maaf, aku tidak lihat... Oh! Woohyun? Apa yang kau lakukan di sini?"

Woohyun menunjuk pintu-pintu toilet di belakangnya. "Bukankah sudah jelas?" ia bertanya balik sambil tertawa kecil.

Sunggyu merunduk dan mengangguk. "Um... iya, sih." Kemudian kepalanya tiba-tiba kembali terangkat. "Oh, ya, aku baru saja menilai tesmu. Kau kembali mendapat nilai terbaik. Selamat!" ia berkata sambil menyemat senyum—yang terlihat—bangga.

"Benarkah? Bisakah aku melihatnya?" Woohyun bertanya dengan kasual, memasukkan tangannya yang baru dibasuh (dan mungkin masih basah) ke dalam saku celananya.

Sunggyu mengangguk. "Tentu, boleh. Sini, sini," laki-laki itu menjawab sambil melambai dengan antusias, mengajak Woohyun mengikuti ke ruang kerjanya.

Di dalam kantor itu, berjejal deretan kubik-kubik minimalis yang hampir tak menyisakan ruang bagi para murid untuk mengistirahatkan sikut mereka di atas meja. Sunggyu meletakkan telunjuknya ke depan bibir, mengisyaratkan Woohyun agar tidak berisik sembari menyusuri lekuk jajaran kubik-kubik tempat beberapa mahasiswa tengah bekerja. Sunggyu dan Woohyun menghampiri meja Sunggyu yang dipenuhi oleh pembungkus makanan instan dan kertas-kertas hasil tes. Diam-diam Woohyun tertawa kecil, menyadari bahwa rutinitas Sunggyu 'membariskan pensil' setiap hari hanya sebuah fasad yang digunakan laki-laki itu untuk membangun kesan mahasiswa teladan yang rapi dan tertib, sementara keadaan mejanya menggambarkan sebaliknya. Setelah menyelip di antara tumpukan kertas, Sunggyu mengeluarkan salah satu satu lembarannya. "Ini," laki-laki itu berbisik dengan semringah.

"Terima kasih," Woohyun menerima hasil tesnya dari Sunggyu. Laki-laki itu benar. Nilai ini adalah yang terbaik, bahkan mungkin yang paling baik yang pernah ia dapatkan seumur hidupnya terhitung sejak ia duduk di bangku taman kanak-kanak.

Setelah selesai memindai hasil tesnya, Woohyun kembali memandangi Sunggyu, mulai berpikir bagaimana cara menstimulasi percakapan mereka. Dan Sunggyu sama sekali tidak membantu. Laki-laki itu malah sibuk membenahi mejanya, mengabaikan Woohyun. Woohyun memutar otak dalam kebisuannya, mencari topik dalam kepalanya, tetapi justru matanya yang menemukan sebuah ide.

"Oh? Kau menyukai Nell?" Woohyun bertanya setelah sorot pandangnya menangkap tempelan poster mini yang melekat pada dinding kubik kerja Sunggyu.

Sunggyu menyembulkan kepala. "Um, iya. Mereka band favoritku."

Woohyun mengangkat bahu. "Mereka lumayan."

Selanjutnya, Sunggyu menghabiskan satu setengah jam untuk beragumentasi tentang bagaimana Woohyun, terlepas dari nilai-nilainya yang spektakuler, tidak memiliki selera yang baik tentang musik. Ia bahkan memaksa Woohyun mendengarkan beberapa lagu, sementara Woohyun hanya akan merespons dengan mengangkat bahunya dan bergumam bahwa ia telah mendengar lagu-lagu yang jauh lebih baik. Sukses memancing Sunggyu untuk membalas dengan lebih menggebu-gebu, menantangnya untuk menyebutkan band-band lain yang menurut Woohyun 'jauh lebih baik' itu.

Percakapan mereka berakhir ketika tiba-tiba mahasiswa lainnya mulai berdecak sebal dan meminta mereka untuk diam. Sunggyu mempersilakan Woohyun pergi dengan catatan bahwa urusan mereka belum selesai dan akan berlanjut lagi nanti (kapan pun ketika terdapat waktu yang pas).

Woohyun tersenyum penuh kemenangan. Nell adalah salah satu band favoritnya.

*****

How to Make Someone Fall in Love with You in Less than a YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang