Bismillah...

10 3 1
                                    

"siapa bilang gue mau pacaran sama lo?

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di pikiran Maryam. Apa maksudnya Nazar mengatakan itu? Bukannya tadi dia sedang mengutarakan perasaannya, lalu kalau bukan pacaran apa lagi? Oh tidak, jangan-jangan...

Baru saja Maryam ingin menghapus pikiran buruknya terdengar suara mobil yang masuk ke halaman rumahnya. Disibaknya gorden yang menghalangi. Itu bukan mobil Abi. Gumam Maryam . Maryam sampai menutup mulut tak percaya dengan apa yang dilihatnya. NAZAR!

Seketika jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Mulutnya masih menganga lebar dan perasaannya berkecamuk di dalam. Bagaimana ini?  Kakinya seperti tertanam dalam tanah hingga tidak bisa bergerak sedikitpun. Ia mengusap-usap dada menenangkan jantungnya meskipun sebenarnya itu tidak ber-efek sama sekali.

Belum selesai ia menguasai diri pintu di ketuk dari luar. Suara Ummi memanggil namanya semakin membuat Maryam tidak bisa tenang. Berkali-kali ia mengatur napas tapi jantungnya tidak tenang-tenang juga.

"I-Iya, Mi. Maryam keluar sebentar lagi." Jawab Maryam susah payah membasahi tenggorokannya yang entah kenapa tiba-tiba mengering. Setelah beberapa saat akhirnya detak jantungnya kembali normal. Ia segera bersiap-siap dan perlahan keluar menemui keluarga Nazar di ruang tamu.

"Maryam. Bantu Ummi di dapur, nak!" Panggil Ummi. Langkah Maryam seketika berbelok kearah dapur ketika mendengarnya.

"Um-Ummi... I-itu K-ke-kenapa pada ke sini?" Tanya Maryam tergagap.

"Oh, itu keluarganya nak Nazar. Yang waktu itu datang waktu khitbah kakakmu. Tadinya Ummi kira datang karena mau silaturrahmi. Tapi ternyata mereka datang dengan membawa niat baik juga." Jelas Ummi. Kaki Maryam seketika melemas. Ia mengerti maksud perkataan Umminya tapi ia belum benar-benar siap sekarang. 

"Nih, kamu yang anterin minumannya gih! Ummi mau beresin dapur dulu." Ummi menyodorkan baki berisi lima gelas teh yang disambut tangan Maryam yang lemas.

"Kenapa harus Maryam yang ke sana?" Keluh Maryam. 

"Yah sekalian kamu kenalan sama Nazar. Tadi katanya dia juga mau ketemu sama kamu." Kaki Maryam semakin melemas. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ternyata ini maksud perkataan Nazar waktu itu!

"Emangnya kenapa sih? cuma nganterin minuman." Ujar Ummi. Ummi gak tahu aja gimana ini jantung dag-dig dug-dar! Gerutu Maryam dalam hati. Dengan hati berdebar Maryam mengantarkan minuman itu.

"Silahkan di minum." Suara Maryam begitu kecil  tapi masih bisa terdengar. Baru saja Maryam hendak bangkit, Abi menahan tangannya.

"Tunggu dulu. Abi mau kamu dengar apa yang ingin disampaikan sama keluarganya Nazar." Tahan Abi. Jantung Maryam tidak tenang itu nampak jelas dari tangannya yang bergetar gugup.

"Jadi, nak Nazar ini anak saudara dari nak Fathur, dan dia kesini mau menyampaikan sesuatu yang insya Allah baik untuk kamu. Bukan begitu nak Nazar?" Terang Abi. Maryam hanya bisa menunduk sedari tadi, tak berani menengok wajah Nazar yang sedari tadi pun menahan diri untuk tidak menatap wajah.

"I-iya. Insya Allah saya datang kesini untuk mengkhitbah kamu." Nazar berusaha menjaga suaranya agar tidak bergetar. Entah kenapa saat bicara dengan Abi Maryam ia tidak gugup, tapi saat harus dihadapkan dengan Maryam, tingkat kegugupannya meningkat cepat.

"bagaimana, Nak? Apa jawabanmu?" Tanya Abi. Jujur, Maryam tidak tahu apa yang dirasakannya saat ini, malu, bahagia, takut. Semuanya bercampur jadi satu.

"Eum... Maryam boleh minta waktu untuk berpikir? Kayaknya Maryam harus memantapkan diri dulu untuk menjawab." Jawab Maryam dengan suara kecil.

"Ohh, iya nggak apa-apa. Saya akan menunggu jawaban kamu." Ujar Nazar. Pemuda itu mengigit bibir bawahnya.

Setelah itu, Nazar izin untuk undur diri karena ada urusan. Abi Maryam mengiyakan dan mengantarkannya sampai depan pintu.

"Saya permisi dulu, Om. Assalamualaikum." Ucap Nazar.

"Wa'alaikumsalam warahmatullah, hati-hati di jalan!" Jawab Abi Maryam.

Malam harinya Maryam melaksanakan sholat istikharah. Ia berdoa sampai tak terasa ia menangis. Ya Rabb, inikah kehendakMu? Atau Kau hanya sedang mengujiku  dengan ini. Apakah memang ia yang Engkau takdirkan untukku, atau ada orang lain diluar sana? Tak sadar, ia tertidur diatas sejadahnya setelah berdoa.

-*-


maafin ya, kalau part yang ini pendek banget.Aku lagi tiba-tiba mentok mau nulis apa. Tapi tenang aja, insya Allah aku dalam beberapa minggu kedepan aku bakal update seminggu sekali. Kalian tunggu aja,ya...

Oh ya, maaf juga aku jarang banget update kemarin-kemarin, karena aku kan masih mondok jadi jarang update.... Tetap setia tungu ceritaku,yaa...

Salam

Author :)

Antara Kita dan Illah[SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang