Eirene

26 2 0
                                    

Lens

by penPallll

Tuk tuk tuk

"Psst dia Eirene kan?"

"Aku dengar dia kecelakaan dan menjadi buta. Bagaimana bisa ia tetap bersekolah disini?"

"Bukankah akan sangat merepotkan kalau dia tetap sekolah di sekolah normal begini?"

"Entahlah, mungkin dia gengsi untuk pindah, aib bukan bagi wajah cantik begitu tapi matamu buta hahahah"

Tuk tuk tuk

Gadis itu mengabaikan bisikan-bisikan aneh tentang dirinya. Dengan mengandalkan tongkatnya, ia melangkah perlahan menuju kelasnya. Penampilannya tetap sama, wajahnya yang sangat cantik, kulitnya yang halus dan pakaiannya yang rapi menguarkan aroma lembut parfum mahal. Sebuah jam berwarna rose gold kecil dengan permata di sekeliling bundarannya melingkar apik pada pergelangannya yang mungil.

Yang berbeda kini, hanyalah poninya yang dibiarkan tumbuh hingga menutupi area matanya, dan tongkat pembantu tunanetra yang ada pada genggamannya, menggantikan posisi buku yang dulu selalu setia mengisi genggaman gadis cantik itu.

Well tidak sepenuhnya.

Ia masih menggenggam buku 'spesial' di tangannya. Buku yang dipenuhi titik-titik timbul kecil, buku Braille. Tiba-tiba sebuah tangan besar menggenggam pergelangan tangannya, dan menuntunnya menuju ke ruang kelas. Eirene mengangkat hidungnya sedikit, lalu seulas senyum simpul terlukis pada wajah cantiknya.

"Terima kasih Jungkook oppa, kau masih setia bersamaku walau aku sudah berubah" ucapnya setelah mendudukkan diri pada bangkunya. "Hm, jangan salah tangkap. Aku membantumu kemari karena ada yang perlu aku bicarakan soal kita" jawab pemuda yang dipanggil Jungkook itu dingin. "Oh, apakah kita akan pergi nanti malam?" Tanya Eirene antusias. Namun, senyumnya segera luntur saat mendengar nada suara Jungkook yang begitu dingin. "Tidak, tidak akan ada lagi kencan" tukas Jungkook dengan nada ketus. "Artinya... kau mau kita..." "Putus. Cukup sampai disini saja. Anggap kita tidak pernah kenal satu sama lain sebelumnya" tandas Jungkook lalu melenggang pergi, meninggalkan Eirene yang mulai terisak pelan. Bulir-bulir airmata terjun membasahi pipinya yang berubah pucat. "But... why?" Tanya Eirene lirih, menggenggam tangan sang kekasih erat, yang lalu ditepis kasar oleh sang empunya.

"Bukankah sudah jelas? Kau buta. Mana mungkin kau bisa melihat saat aku akan menciummu, atau saat aku berolahraga. Lagipula, orang buta itu menyusahkan. Aku tidak mau harus membacakan menu makanan untukmu, atau membimbingmu saat berjalan. Aku sudah menemukan gadis lain sebagai penggantimu, jadi kau tidak perlu lagi berlarian memanggilku atau meneleponku. Kita putus" jelas Jungkook lalu pergi meninggalkan Eirene, yang sedari tadi meneteskan airmata, kini mulai menangis tersedu-sedu. Ia tak percaya, orang yang seharusnya ia jadikan pegangan untuk berdiri, alasannya tetap bertahan untuk mengejar pendidikannya, kini malah berlalu meninggalkannya.

"Hey minggir gadis buta" seru seorang gadis dengan rambut berponi pada Eirene yang sedang menangis. "Lisa? Kau juga?" Lirih Eirene disela tangisannya. "Minggir, apakah kau juga sudah tuli hah?!" Sontak Eirene berdiri, merapikan barangnya dengan penuh emosi, lalu berlari keluar kelas, walaupun sesekali ia harus menahan nyeri akibat bertabrakan dengan meja atau siswa lainnya. Dengan bantuan tongkatnya, ia berjalan tertatih menuju tempat rahasianya di sekolah. Tempat dimana ia biasanya berteriak frustasi akibat tekanan dan beban yang ia derita, atau tertawa bahagia saat ia merasa begitu senang.

BRAK

Pintu rooftop sekolah terbuka kasar, menampakan sosok Eirene yang terlihat kacau, dengan tongkatnya terkalung pada pergelangan tangannya.

When Dawn BreaksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang