03. Munculnya musuh

1.6K 159 6
                                    

Dunia sudah damai beberapa tahun terakhir. Selesai pertarungan dengan Union tak ada lagi pertumpahan darah yang terjadi  namun Raizel sebagai sang Noblesse masih khawatir kalau sesuatu yang serupa terjadi lagi.

"Anda masih cemas tuan." Frankenstein datang langsung memeluk tubuh ramping Raizel dari belakang.

Raizel yang kini tengah memikirkan banyak hal sambil memandang keluar jendela hanya kaget. Memandang keluar jendela memang telah menjadi rutinitasnya sejak dahulu.

"Ya. Aku tak mau dunia yang damai ini harus berantakan lagi karena orang-orang tak bertanggung jawab." Raizel membalikan badan menyandarkan kepalanya pada dada bidang Frankenstein.

"Tak perlu cemas tuan. Anda tau sendiri kalau aku akan selalu disisi anda apapun yang terjadi. Sudah seperti itu sejak dulu." Senyum Frankenstein mengembang.

"Kau tau bahwa yang ku cemaskan bukanlah kau Franken."

"Ya ya. Aku mengerti."

Mereka berdua masih asik bersendau gurau sambil menikmati pemandangan indah di luar sana. Mereka tak menyadari atau mungkin tak peduli bahwa ada sepasang mata yang sedari tadi menyaksikan moment bahagia itu.

"Mereka bukan hanya tuan dan pelayan. Apakah mereka kekasih? Dilihat dari sudut pandang manapun mereka sepasang kekasih. Apakah aku juga bisa seperti mereka. Tapi aku masih ragu tentang perasaannya terhadapku." Batin Khun Aguero yang sedari tadi merasa iri terhadap kemesraan Frankenstein dan Raizel.

"Ada apa?" Tiba-tiba Bam datang dan mengagetkan Khun. Bampun melihat apa yang tengah dilihat sahabatnya tersebut. "Apa kau suka salah satu dari mereka?" Bam menerka dengan tampang bodohnya.

"Dasar bodoh. Yang aku suka itu kamu." Batin Khun miris. "Apa kau tak jijik dengan hubungan sesama pria?" Tanya Khun ragu-ragu.

"Jijik? Kenapa harus? Toh itu pilihan mereka. Meskipun banyak wanita di dunia ini kalau mereka tak nyaman dengan wanita bukankah hanya akan menyiksa batin saja?"

Mendengar jawaban dari Bam, Khun merasa seperti ada harapan. Hanya perlu memupuk lagi kebersamaan mereka supaya Bam jatuh ke pelukannya.

//

"HEI KURA-KURA MERAH. KENAPA KALIAN MENINGGALKANKU. HARUSNYA AKU YANG MEMIMPIN KARNA AKULAH SANG PEMIMPIN." Dimana ada Rak. Di situlah terjadi kehebohan. Seperti sekarang ini, Hwaryun, Shaci, dan Rak sedang berjalan-jalan di sekitar tempat tinggal mereka. Namun Rak tak pernah berhenti bicara, atau tak mau berhenti berteriak lebih tepatnya.

"Kaki pendekmu saja yang lamban." Ejek hwaryun.

Mendengar ejekan itu, tentu saja membuat Rak marah. Dia langsung berubah membesarkan badannya membuat orang sekitar menjadi takut.

"Apa yang kau lakukan bodoh,  kau menakuti manusia."

"Rak. Kalau kau tak mengecilkan tubuhmu jatah pisangmu akan aku berikan monyet yang ada di sebrang jalan." Sachi angkat bicara.

"JANGAN BERANI-BERANI MENGAMBIL PISANGKU." Orang yang mendengar hanya bisa salah paham.

Rakpun kembali mengecilkan dirinya takut kalau pisangnya di ambil oleh Sachi. Mereka kembali melanjutkan acara jalan-jalannya. Mereka menikmati suasana kota yang benar-benar berbeda dari menara. Banyak manusia yang tak memiliki kekuatan. Bahkan tak sedikit orang yang terheran melihat buaya bicara. Mereka hanya menganggap itu sebuah cosplay dengan kostum buaya.

Waktu terus berjalan tanpa terasa mereka kini sudah kelelahan. Mereka memutuskan untuk mengakhiri acara melihat-lihat dan melanjutkannya esok hari.

Ketika mereka sampai di rumah, hal yang tak terduga terjadi. Mereka di buat mematung oleh adegan yang begitu erotis. Disana di depan jendela terlihat dua orang pria sedang memagut lidah satu sama lain.

Kebersamaan Dua Dunia (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang