06. Pengganggu

1.5K 137 27
                                    

"Ah, sudah lama sekali aku tak kesini." Jari jemarinya yang panjang menyibakkan poni yang selalu menutupi mata. "Bagaimana ya kabar mereka?" Senyum yang begitu narsis terus saja terukir di wajah bodohnya.

Langkah kakinya berjalan pelan menikmati silirnya terpaan angin. Kadang kaki-kaki itu melompat dari gedung satu ke gedung yang lain. Tak lupa ia goda tiap ada perempuan ketika kakinya berpijak di tanah.

Langkahnya terhenti di sebuah bangunan rumah yang sudah tak asing lagi. Tanpa rasa canggung ia memasuki rumah yang kini telah berubah menjadi neraka.

"APA KALIAN SEMUA MAU MATI." Aura dark spear begitu kuat menguar di seluruh ruangan. Orang-orang yang ada di dalamnya langsung ciut nyalinya. Hanya sang tuan yang selalu santai di setiap moment-moment menegangkan. "ADAKAH YANG MAU MENJELASKAN KEKACAUAN INI!" Frankenstein belum tenang dari amarahnya. Bahkan aura dark spearnya kian menakutkan.

"Eh bos, apa yang kau lakukan?" Karius yang baru saja muncul Langsung mendapat pelototan tajam. "Aku tak ikut campur bos." Cengiran Karius tak pernah lepas dari bibirnya.

Frankenstein paling benci dengan hal yang berantakan. Ia begitu menyayangi barang-barangnya. Meskipun dia kaya tapi dia tak ingin barangnya hancur tanpa sebab. Apa jadinya kalau dia tau dulu si Rael pernah menghancurkan dapurnya. Pasti Darkspear sudah bersarang di dada putra Kertia tersebut.

Dengan tenang Raizel bangkit dari duduk manisnya. Tangannya yang lembut menyentuk pipi yang sudah akan berubah warna menjadi ungu. Tanpa sepatah kata bibir mungil itu mencium sang kekasih yang sudah akan melahap para anak buahnya. Seketika aura Darkspear terkontrol dan perlahan menghilang. Memang hanya Raizel yang bisa menjinakkan singa yang menggila.

"Kau bereskan kekacauan ini Tao. Sebelum bosmu menggila lagi." Raizel menuntun Frankenstein untuk menjauh dari kekacauan itu. "Karius. Tentu kau ada yang perlu di katakan." Sejenak Raizel berhenti dan berbicara dengan Karius. Matanya mengisyaratkan untuk dia mengikutinya.

Tanpa bertanya hal lain Karius mengikuti kedua orang itu. Meskipun dia masih ngeri dengan tatapan Frankenstein yang siap membunuh siapapun ketika dia tersinggung.

"Semangat bekerja." Karius memberikan semangat kepada Tao. Dan kembali berjalan mengikuti Raizel.

Tao tertunduk lesu. Matanya meminta pertolongan kepada Takio dan M21. Karena mereka setia kawan mereka bekerja sama membersihkan kekacauan yang disebabkan Tao.

"Memangnya apa yang kau lakukan hingga semua kacau begini?" M21 mengomel kepada Tao. Padahal di antara ketiga orang M21 lah yang paling pendiam.

"Aku hanya mencoba bereksperimen. Tapi tanpa sengaja malah meledak." Cengir Tao tanpa rasa bersalah. Mereka hanya menggelengkan kepala tak tau akan mengatakan apa lagi.

"Terima kasih kalian juga membantu." Tao berterima kasih kepada Bam dan kawan-kawan.

"Tak masalah. Di sini kami tak punya keluarga. Dan kalian sudah ku anggap keluarga. Jadi tentu aku harus membantu keluargaku kan?" Putra V begitu lembut. Dia yang sedari kecil tak pernah merasakan kehangatan keluarga tak pernah menyia-nyiakan teman. Dia selalu menganggap orang-orang yang di sayanginya keluarga sendiri.

"Kau begitu baik. Pantas saja pria es itu begitu menyukaimu."

Perkataan Tao membuat Bam tersipu. Ia tak menyangka kalau di dunia yang baru bagi mereka ini adalah tempat mereka mengatakan perasaan masing-masing. Kenapa tak dari dulu mereka saling jujur. Kenapa tak dari dulu Bam menyadari kalau A.a juga menyukainya. Kenapa harus terdampar barulah keduanya bersatu. Tapi Bam mensyukuri keadaannya yang terdampar di dunia asing ini. Karena dengan ini Ia akan selalu bersama dengan kekasih hatinya.

Kebersamaan Dua Dunia (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang