Meet

16 4 0
                                    

.

.

.

"Pouty jangan berlari lari semalam turun hujan kau bisa kotor nanti. Hei!" dia terus berlari hingga tanpa sadar ia telah keluar dari hutan. Dan saat ini ia tengah berada di pesisir pantai pulau tempat dia tinggal.

Isshh mau kemana sih kucing itu? Oh apa dia mencium bau makanan? Ah tampaknya aku sudah mulai gila. Diakan kucing bukan anjing. Aku jadi mengingat Damien. Batinnya.

"Nah tertangkapkan kamu. Dasar Pouty. Eh apa itu? " ia melihat sesuatu di pinggir pantai.

"Poutty apakah itu yang membuat mu kemari?" lalu ia menghampiri sesuatu atau mungkin lebih tepatnya seseorang. Namun...

"Mak-makhluk apa it-tu" dia terkejut saat melihat manusia berkaki ikan.

"Pppoutty sssebaik nya kita pergi dari sini" ucapnya dan hendak berbalik.

"Tt... Oo.. Lllong akhh- ku" ucap orang itu.

Dia menghentikan langkahnya. Hati nuraninya berkata ia harus menolong orang itu tapi dia takut. Hingga akhirnya setelah perdebatan alot antara hati dan otaknya. Ia memutuskan untuk menolong orang itu.

Setelah berusaha sekuat tenaga dia membopong orang itu. Akhirnya ia sampai di gubuk tuanya. Ia lalu membaringkan orang itu di atas kasur usangnya.

"Huftt.... Berat sekali" ucapnya sambil menyeka keringatnya dengan lengan baju.

"Eh!" ia kembali terkejut ketika tiba tiba ekor 'orang itu' berubah menjadi sepasang kaki.

"Astaga... Makhluk apakah yang aku tolong tadi" ucapnya seraya mengambil baju di dalam lemarinya dan memakaikannya kepada orang itu.

"Ok baiklah. Sepertinya yang aku tolong bukan manusia" gumamnya.

Ia lalu terduduk di samping orang yang dia tolong tadi, sambil memperhatikannya dari atas sampai ke bawah. Tak lama kemudian suara lenguhan terdengar dari orang yang ditolongnya.

"Apa kau sudah bangun? " tanyanya.

"Hnghh" jawab orang itu.

"Eh apa kau tidak bisa bicara sepertiku?" tanyanya dengan polos.

"Tentu saja bisa bodoh" jawab orang itu dengan nada kesal.

"Hei kau santai saja. Tidak perlu mengatakan aku bodohkan?" sungutnya juga ikut kesal.

"Hihihi"

Suara kekehan itu membuat nya berpaling dan menatap orang itu dengan tatapan seolah bertanya apakah ada yang lucu?.

"Hahaha kau ini lucu sekali" ujar orang itu.

Dia hanya mengangkat sebelah alisnya. Apa orang ini sudah gila? Ah tidak dia kan bukan orang. Batinnya.

"Sudahlah aku lelah. Oh iya perkenalkan aku Arel. Aquarel Queensly. Dan kau? Siapa nama mu? " tanya Arel.

"Ak... Aku tidak punya nama," dia menunduk sambil memainkan jarinya.

"Benarkah? Lalu orang orang memanggilmu apa? "

"Dulu nenekku hanya memanggil ku dengan sebutan nona kecil.Hihi lagipula disini tidak ada orang selain kita. Hanya ada hewan dan tumbuhan tidak mungkinkan mereka memanggil nama ku? " jawabnya.

"Ahh kau benar juga, tunggu maksudmu tidak ada orang apa? Dan oh dimana ini?" tanya Arel kebingungan.

"Entah lah aku juga tidak tau yang pasti aku berada di sini sendirian dan saat aku menemukanmu aku sangat senang. Yahh walau awalnya aku sempat kaget melihat kau memiliki ekor seperti ikan" jelasnya.

Lalu wajah Arel menyendu. Ia kembali teringat saat orang tua dan adiknya menangis karena dia meninggalkan mereka. Dan juga mengingat kenyataan bahwa dia bukanlah manusia. Setidaknya aku tidak mati setelah jatuh dari tebing itu. Batinnya.

"He-hei apa aku salah bicara?"

"Tidak, aku hanya teringat tentang orang tuaku."

"Oh begitu"

"Sudahlah jangan di pikirkan. Lebih baik kita mencari nama untuk mu" kata Arel.

"Na-nama? "

"Iya"

"Hmmm bagaimana kalau Lala? Tidak tidak itu terlalu anak anak. Ah atau Mona? Tidak tidak nama itu tidak cocok dengan mu. Hahhh apa ya?"

Sementara Arel sibuk berfikir dia bermain dengan Poutty. Lalu Arel melihat kucing yang ada di gendongannya itu. Matanya langsung berbinar binar.

"Hei apa itu kucingmu?"

"Hmmm"

"Puss kucing manis ayo kesini. Puss pus-"

"Dia tidak akan mendengarkan mu. Dia punya nama kau bisa panggil dia Poutty"

"Hebat sekali kucingnya saja memiliki nama kenapa dia tidak? Aneh sekali orang ini" gumam Arel hampir tidak terdengar.

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Ti-tidak" gugup Arel. Lalu tak lama....

"Aha! Bagaimana kalau kau ku beri nama Fory? Cukup bagus ku rasa" ujar Arel.

"Tidak apa apa aku juga suka nama itu" jawabnya sambil tersenyum tipis.

"Oh iya ada yang inginku tanyak-"

Bruuk

"Suara apa itu? He-hei Fory jangan bilang kalau itu binatang buas" Ujar Arel ketakutan.

"Aku tidak tau. Tapi kelihatannya bukan." jawab Fory.

"Ayo kita lihat" sambungnya.

"Ta-tapi bagaimana kalau itu-"

"Ck kalau tidak mau ikut aku saja yang keluar" kesal Fory sambil melangkah keluar gubuk.

"He-hei! tunggu aku!!!" teriak Arel.

Setelah sampai di luar mereka dikejutkan oleh sesuatu yang berada di luar gubuk. Sesuatu itu terlihat sedang meringis kesakitan. Dan setelah di amati ternyata ia memiliki sayap.

"Ya tuhan. Apakah ini karmaku karna terlalu sering menangkap kunang kunang sebagai penerangan di rumah. Sehingga ratu kunang kunang sendiri yang mendatangi ku. " ujar Fory polos.

Pletakk

"Auh apa yang kau lakukan. Ini terasa sakit. Shhhh"

"Dasar bodoh yang kau lihat itu bukan ratu kunang kunang itu adalah peri"

"Kau ini suka sekali mengatai ku bodoh. Dan kau bilang apa? Peri?"

"Hmm. Baiklah ayo kita tolong dia" ujat Arel sambil berjalan duluan.

Aisshh dia pikir dia itu siapa?. Batin Fory.

"Hei! Ayo cepat" teriak Arel.

"Iya iya"




Tbc

21-09-2019

The Wizard Girl [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang