PERKENALAN: Singkat dan Pergi

55 7 0
                                    

Menginjak usia dewasa banyak pertanyaan pada diri sendiri. tentang cita-cita dan apa yang akan kita lakukan dikemudian hari. tentang dengan siapa yang akan menemani kita sepanjang waktu. apakah seorang anak yang memasuki masa transisi dewasa perlu memikirkan hal seperti itu? namun nyatanya hal yang aku gampangkan itu datang lebih dulu dari yang kubayangkan.

Setahun lalu tepatnya awal masuk kuliah aku bertemu dengan seseorang wanita yang sangat menjaga dirinya, tiada yang terlihat dibalik kain yang menyelimutinya selain kedua matanya. namun mataku tau jika dia tersenyum. Perkenalanku dengannya mungkin terbilang aneh, aku bertaruh tentang pertandinga sepakbola kala itu, siapa yang kalah dia harus berkenalan dengan seseorang yang dia suka, dan kala itu aku yang kalah. bagiku ini adalah kekalahan yang aku suka.

perkenalan itu berlanjut, gadis yang aku kira tidak akan pernah kudengar suaranya ternyata berbicara denganku. percakapan kami terasa berbeda dan terkadang terbawa suasana, yang awalnya pembicaraan tidak penting hingga yang intim. kehidupan pribadiku dan pribadinya tidak menjadi rahasia lagi, kadang percakapan itu membaur dengan perasaan yang tumbuh subur karena selalu disiram dengan obrolan hingga larut malam.

hingga pada akhirnya buahnya dipetik sebelum matang, kami harus berpisah. dia tidak bisa menghabisakan bangku kuliah yang keras, aku tau itu berat baginya. setiap malam dia selalu bercertita tentang kedua orang tuanya yang mulai renta, apalagi dia anak tunggal. aku mengerti dan coba memahami bagaimana jika aku diposisinya juga bagaimana berada diposisi ayahnya. itu pilihan sulit.

berpisah tanpa beremu itu memang berat, tanpa mengucapkan hati-hati dan selamat tinggal itu bagaikan memasak sop tanpa kuah. aku tau kami tidak akan sama seperti sebelumnya, aku dan dirinya kini membuat jarak yang masing-masing terasa asing.

JATUH DAN PATAHWhere stories live. Discover now