Rekonsiliasi

24 5 4
                                    

harimu kini penuh dengan aktivitas, kamu sibuk dengan kesibukanmu dan aku sibuk menanti kabarmu. sengaja tidak ingin memulai percakapan lebih dulu, aku ingin tau bagaimana sikapmu setelah jarak mengambil peran antagonis. aku juga ingin didambakan seperti aku mendambakanmu. entah gengsimu yang terlalu tinggi atau salahku yang meninggikan ego sehingga kita semakin asing. hati sebagai kompas tidak menunjukkan pertanda baik, kabar yang aku nanti justru menjadi pemicu meledaknya rasa resah serta sahabatnya yaitu gelabah. dalam fikiranku hanyalah kamu sudah tidak seperti dulu yang tidak membiarkan setiap detikku sendiri.

waktu terlalu cepat merubah, seseorang yang dulu periang bertransformasi menjadi pemurung. sepertinya sulit untuk melewati masa-masa ini tanpa ada sedikit perhatian.

Selang waktu antara penghujung tahun dan awal tahun, aku menemukan jalan baru yang membuatku bisa meredakan rinduku padamu, mengobati sakit hatiku, menemukan keceriaan dibalik pilu kemarin. Untuk pertamakalinya aku terbang diatas awan. "Jika aku mati hari ini, setidaknya sakit hati ini tidak aku terbawa mati, terhempas dari udara lebih baik daripadah terhempas dari tingginya ungkapanmu dulu" tapi tuhan memberikan kesempatan untuk tersenyum lagi. Ternyata untuk bisa biasa-biasa saja memakan waktu yang lama, memendam-mendam sesuatu yang hatus diungkapkan, dan rencana yang mulai dijalankan. Semua itu terasa bahagia sebelum menjadi petaka.

Apakah semudah itu aku lupa?
Tentu tidak, hanya saja aku terbiasa sedikit tidak bergantung padamu. "Sial" aku menulis namamu diatas backdrop yang penuh dengan tanda tangan pecinta alam. Tinta menulis namamu lagi lewat tanganku, aku tanda tangan sebagai bukti bahwa namamu adalah nama yang sangat ingin aku aja ke tempat yang indah ini. Atau sebagai latihan untuk menandatangani buku nikah yang pernah kita wacanakan dulu.

Sudah, kisah ini aku simpan aja agar ada hal yang aku bisa tertawakan setelah terbiasa tanpamu. Kisah ini juga bisa menjadi bukti untuk kita ceritakan tentang perjuanganku tanpamu jika nanti kita memang ditakdirkan bersama.

Tidak ingin berharap

Adalah fase dimana aku tidak ingin lagi mengulang masa-masa bodoh, menyesali waktu yang terbuang hanya untuk merindukan seseorang yang tidak merindukanku. Rekonsiliasi hati, ini adalah cara untuk terbiasa agar tidak mencarimu. Pelan-pelan pasti akan berhasil, namamu tidak lagi menjadi prioritas dihatiku, berharap akan ada seseorang yang mengisi dan membuatku jatuh hati.

Tapi lain kali hati-hati agar tidak menjatuhkannya pada jurang.

JATUH DAN PATAHWhere stories live. Discover now