Bagian Keempat

14 0 0
                                    

"Oi Rukka, semalam kenapa kita' tinggalkan ka di pesta itu?"
Baru datang, Tenri Ampa' langsung mencak-mencak di depan Singkeru' Rukka yang lagi rapi - rapi di kamarnya.
"Masih pagi pagiji inie, cepatnya marah - marah?"
Rukka bertanya ringan.
"Tidak kita' tahu kah? Semalam saya cariki' lama sekali, pulang tidak pamitki' lagi."
"Siapa bede' yang mulai, kan kita' duluan kerjaika', impasmi sekarang toh."
"Kerjai bagaimana maksudta'?"
Gantian Ampa' yang tidak mengerti.
"Itu, permintaan membaca puisi semalam, apa bukan mengerjai namanya?"
Jelas Rukka.
"Loh siapa yang mengerjai?"
Ampa' makin tidak mengerti.
"Jadi permintaan membaca puisi semalam betul-betul dari Daramatasia?"
"Iya dong dari siapa lagi? Dia juga kan suka puisi."
"Wah kalau begitu minta maafka', kukira kita' yang kerjaika'."
Sambil mengulurkan tangan ke arah Ampa'.
"Makanya jangan terlalu cepat curiga, untung sahabatanki', kalau bukan, pasti tidak kumaafkanki', he . . he . . he . . ."
"Jadi berangkat sama - sama ke kampus?"
Tanya Ampa'.
"Iyalah, ada janjianku dengan Mappasokki pagi ini, tapi mandika' dulu nah? Kalau mauki' minum teh bikin maki' sendiri."
Rukka menyambar handuk dan bergegas mandi.

* * * * *

Tenri Ampa', seorang mahasiswa Fakultas Sastra Unhas, aktif di berbagai kegiatan. Rukka kenalan dengannya dalam sebuah acara parade puisi yang diadakan oleh Senat Mahasiswa Fakultas Sastra dua tahun lalu. Ampa' menjadi panitia pelaksana dan Rukka menjadi salah seorang peserta. Sejak itu mereka menjadi sahabat akrab, bahkan mungkin sangat akrab. Dari Ampa' pulalah dia mengenal Pasampuri, Syamsuddin dan yang lain, termasuk kenal dengan Daramatasia.

* * * * *

"Jam berapa dimulai seminarnya, Ampa'?"
Tanya Rukka suatu pagi di Baruga di tengah riuhnya suara peserta yang mulai berdatangan.
"Rencananya jam setengah sembilan, mudah - mudahan tidak terlambatji pembicaranya."
"Ramai juga pesertanya di'?
"Memang, temanya lagi hangat toh, eh tungguka' dulu nah, duduk maki' dulu di sana, nanti saya menyusul."
"Mauki kemana?"
"Saya kan termasuk panitia, jadi saya ke belakang dulu bantu-bantu."
Rukka memilih duduk di deretan bangku ketiga dari depan. Sambil menunggu acara dimulai, pandangan matanya disapukan ke seluruh ruangan seminar. Hampir dua pertiga kursi yang tersedia di Baruga A.P. Pettarani, pagi itu penuh dengan manusia yang menjadi peserta seminar.
Ampa' baru datang dan duduk di sampingnya setelah acara seminar memasuki sesi tanya-jawab.
"Maaf, baruka' datang lagi."
Katanya singkat setengah berbisik.
Rukka hanya membalas dengan seulas senyum, namun perhatiannya tetap tercurah kepada para penanya yang maju satu persatu.
"Rukka, kita' lihat cewek yang bertanya barusan? Temanku itu, anak Komunikasi, cerdas toh?
Tiba-tiba Ampa' memecah kesunyian.
"Yang mana?"
Tanya Rukka sambil matanya tetap tertuju ke depan.
"Yang barusan bertanya, itu yang pakai jilbab pink."
"Nanti saya kasi' kenalki', biasaka' diskusi dengan dia itu."
Ampa' terus nyerocos, sementara itu Rukka tetap serius mengikuti jalannya diskusi, sesekali tangannya membuat catatan-catatan kecil dalam agendanya.

* * * * *

"Dara . . . , Dara . . . . . , tunggu sebentar."
Ampa' berteriak sambil berlari kecil menyeret Rukka menyusul langkah - langkah panjang Daramatasia yang beranjak meninggalkan pelataran baruga A.P. Pettarani ketika seminar telah usai.
"Hai, ada apa?"
Daramatasia menghentikan langkahnya dan membalikkan badan.
"Maaf, tidak menggangguja'?"
"Tidak apa-apa Ampa'."
"Kayak serius sekaliki' mengikuti seminar tadi."
"Ah itu karena kebetulan temanya menarik bagiku."
"Oh ya, Dara kenalkan temanku, namanya Rukka."
Ampa' menunjuk Rukka.
Yang ditunjuk langsung celingukan pura-pura cuek.
"Oi Rukka, kenalanki' dulu sama temanku, Daramatasia, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik angkatan 1998."
Ampa' ganti menggamit lengan Rukka, senyumnya tetap tersungging ke arah Daramatasia.
Rukka, tetap dengan lagaknya yang cuek menjawab singkat,
"Rukka, anak ekonomi angkatan 1997, masih ada hal yang penting?"
"Engghhh . . . . . , enggak deh, itu sudah cukup."
Jawab Daramatasia sedikit gugup, cuek banget nih orang, pikirnya.
"Dara..., bagaimana acara pelatihanta' nanti, pelatihan apa lagi namanya?
Ampa mencairkan suasana.
"Yang bulan September nanti?"
"Ya, itu yang kumaksud."
"Oh yang itu, namanya Pelatihan Metodologi Penelitian Sosial, emangnya kau mau ikut?"
"Tidak, cuma tanya - tanyaja', kita' iyya Rukka, siapa tahu mauki' ikut."
Ampa' mencoba melibatkan Rukka dalam percakapan mereka.
"Buat apa lagi ikut pelatihan begitu, kalau pelatihan menulis puisi atau cerpen mauja' ikut iyya."
Mendengar kata-kata Rukka, tiba-tiba Daramatasia mengangkat kepala dan berkata,
"Kamu suka nulis puisi Rukka?"
"Bukan suka lagi, hobi, hampir tiap menulis puisiji nakerja."
Bukannya Rukka yang menjawab malah Ampa' yang nyerocos duluan.
"Tidak tonji iyya, cuma kalau lagi tidak ada dikerja, untuk konsumsi pribadiji juga."
Timpal Rukka sekenanya.
"Maaf deh, aku tinggal dulu ya, soalnya aku kuliah jam satu nih, mana makan siang dan salat duhurnya belum. Nanti kita cerita lagi kalau ada waktu."
"Oh iya, makasih nah."
"Ayo Rukka, pulang maki' juga deh."
Menggamit lengan Rukka yang masih berdiri mematung menatap Daramatasia yang makin menjauh.
Rukka menggerutu pelan,
"Anak sok alim, kalau tidak sukako kenalan denganku tidak usah pura-pura pakai alasan mau salat duhur, memangnya kita tidak salat?"
"Aih sudahmi, ayo kita pulang, bel "Oi Rukka, semalam kenapa kita tinggalkan ka di pesta itu?
Baru datang, Tenri Ampa langsung mencak-mencak di depan Singkeru Rukka yang lagi rapi-rapi di kamarnya.
"Masih pagi pagiji inie, cepatnya marah-marah?"
Rukka bertanya ringan.
"Tidak kita tahu kah? Semalam saya cariki lama sekali, pulang tidak pamitki lagi.
"Siapa bede yang mulai, kan kita duluan kerjaika, impasmi sekarang toh."
Ngerjai bagaimana maksudta?
Gantian Ampa yang tidak mengerti.
Itu, permintaan membaca puisi semalam, apa bukan mengerjai namanya?
Jelas Rukka.
Lho siapa yang mengerjai?
Ampa makin tidak mengerti.
Jadi permintaan membaca puisi semalam betul-betul dari Daramatasia?
Iya dong dari siapa lagi? Dia juga kan suka puisi.
Wah kalau begitu maafka, saya kira kita yang kerjaika.
Sambil mengulurkan tangan ke arah Ampa.
Makanya jangan terlalu cepat curiga, untung sahabatanki, kalau bukan, pasti tidak kumaafkanki, he . . he . . he . . .
Jadi berangkat sama - sama ke kampus?
Tanya Ampa.
Iyalah, ada janjianku dengan Mappasokki pagi ini, tapi mandika dulu nah? Kalau mauki minum teh bikin maki sendiri.
Rukka menyambar handuk dan bergegas mandi.
* * * * *
Tenti Ampa, seorang mahasiswa Fakultas Sastra Unhas, aktif diberbagai kegiatan. Rukka kenalan dengannya dalam sebuah acara parade puisi yang diadakan oleh Senat Mahasiswa Fakultas Sastra dua tahun lalu. Ampa menjadi panitia pelaksana dan Rukka menjadi salah seorang peserta. Sejak itu mereka menjadi sahabat akrab, bahkan mungkin sangat akrab. Dari Ampa pulalah dia mengenal Pasampuri, Syamsuddin dan yang lain, termasuk kenal dengan Daramatasia.
* * * * *
"Jam berapa dimulai seminarnya, Ampa?
Tanya Rukka suatu pagi di Baruga di tengah riuhnya suara peserta yang mulai berdatangan.
Rencananya jam setengah sembilan, mudah - mudahan tidak terlambatji pembicaranya."
"Ramai juga pesertanya di?
Memang, temanya lagi hangat toh, eh tungguka dulu nah, duduk maki dulu di sana, nanti saya menyusul.
"Mauki kemana?
"Saya kan termasuk panitia, jadi saya ke belakang dulu bantu-bantu.
Rukka memilih duduk di deretan bangku ketiga dari depan. Sambil menunggu acara dimulai, pandangan matanya disapukan ke seluruh ruangan seminar. Hampir dua pertiga kursi yang tersedia di Baruga A.P. Pettarani, pagi itu penuh dengan manusia yang menjadi peserta seminar.
Ampa baru datang dan duduk di sampingnya setelah acara seminar memasuki sesi tanya-jawab.
Maaf, baruka datang lagi.
Katanya singkat setengah berbisik.
Rukka hanya membalas dengan seulas senyum, namun perhatiannya tetap tercurah kepada para penanya yang maju satu persatu.
"Rukka, kita lihat cewek yang bertanya barusan? Temanku itu, anak Komunikasi, cerdas toh?
Tiba-tiba Ampa memecah kesunyian.
Yang mana?
Tanya Rukka sambil matanya tetap tertuju ke depan.
Yang barusan bertanya, itu yang pakai jilbab pink.
Nanti saya kasi kenalki, biasaka diskusi dengan dia itu.
Ampa terus nyerocos, sementara itu Rukka tetap serius mengikuti jalannya diskusi, sesekali tangannya membuat catatan-catatan kecil dalam agendanya.
* * * * *
"Dara . . . , Dara . . . . . , tunggu sebentar."
Ampa' berteriak sambil berlari kecil menyeret Rukka menyusul langkah - langkah panjang Daramatasia yang beranjak meninggalkan pelataran baruga A.P. Pettarani ketika seminar telah usai.
"Hai, ada apa?"
Daramatasia menghentikan langkahnya dan membalikkan badan.
"Maaf, tidak menggangguja'?"
"Tidak apa-apa Ampa'."
"Kayak serius sekaliki' mengikuti seminar tadi."
"Ah itu karena kebetulan temanya menarik bagiku."
"Oh ya, Dara kenalkan temanku, namanya Rukka."
Ampa' menunjuk Rukka.
Yang ditunjuk langsung celingukan pura-pura cuek.
"Oi Rukka, kenalanki' dulu sama temanku, Daramatasia, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik angkatan 1998."
Ampa' ganti menggamit lengan Rukka, senyumnya tetap tersungging ke arah Daramatasia.
Rukka, tetap dengan lagaknya yang cuek menjawab singkat,
"Rukka, anak ekonomi angkatan 1997, masih ada hal yang penting?"
"Engghhh . . . . . , enggak deh, itu sudah cukup."
Jawab Daramatasia sedikit gugup, cuek banget nih orang, pikirnya.
"Dara..., gimana acara pelatihanta' nanti, pelatihan apa lagi namanya?
Ampa' mencairkan suasana.
"Yang bulan September nanti?"
"Ya, itu yang kumaksud."
"Oh yang itu, namanya Pelatihan Metodologi Penelitian Sosial, emangnya kau mau ikut?"
"Tidak, cuma tanya - tanyaja', kita' iyya Rukka, siapa tahu mauki' ikut."
Ampa' mencoba melibatkan Rukka dalam percakapan mereka.
"Buat apa lagi ikut pelatihan begitu, kalau pelatihan menulis puisi atau cerpen mauja' ikut iyya."
Mendengar kata-kata Rukka, tiba-tiba Daramatasia mengangkat kepala dan berkata,
"Kamu suka nulis puisi Rukka?"
"Bukan suka lagi, hobi, hampir tiap menulis puisiji nakerja."
Bukannya Rukka yang menjawab malah Ampa' yang nyerocos duluan.
"Tidak tonji iyya, cuma kalau lagi tidak ada dikerja, untuk konsumsi pribadiji juga.
Timpal Rukka sekenanya.
"Maaf deh, aku tinggal dulu ya, soalnya aku kuliah jam satu nih, mana makan siang dan salat duhurnya belum. Nanti kita cerita lagi kalau ada waktu."
"Oh iya, makasih nah.
"Ayo Rukka, pulang maki juga deh."
Menggamit lengan Rukka yang masih berdiri mematung menatap Daramatasia yang makin menjauh.
Rukka menggerutu pelan,
"Anak sok alim, kalau tidak sukako kenalan denganku tidak usah pura-pura pakai alasan mau salat duhur, memangnya kita tidak salat?"
"Aih sudahmi, ayo kita pulang, belumpi kita' tahu Dara itu kayak bagaimana orangnya, dia memang super sibuk Rukka, dia itu aktivis."
Jelas Ampa' sambil beranjak menuju parkiran.
"Kanapa kita' bela - belai, sukaki' pasti toh, atau pacarta'?"
"Siapa yang belai kasian, saya memang suka dia karena dia temanku, tapi kita juga jangki' berpikir yang macam-macam, bukanka' kasian levelnya, dia juga kayaknya tidak punya pikiran ke sana, soalnya aktivitasnya banyak."
"Maksudta'?"
Tanya Rukka.
Ampa' diam sejenak, lalu lanjut menjelaskan,
"Dia itu aktivis pembela hak-hak muslimah!"
"Nah, terbukti toh kalau dia itu sok alim, jadi pembela hak-hak muslimah lagi."
"Bukan persoalan alim - tidak alim Rukka, ini persoalan prinsip. Kalau tertindas ya, harus dibela toh!"
"Jadi kita' juga sepakatki' sama dia?
Tanya Rukka.
"Untuk yang itu, iya sepakatka'."
"Auuu makin curigaka', kita suka'ki toh? Kalau memang kita suka'ki, jangki' khawatir, nanti kubantuki', biar tidak terlalu kusuka gayanya, tapi kalau kita sukaki, saya mengikutja'."
Tiba-tiba Rukka jalan mendahului Ampa' dan berteriak sambil tertawa,
"Oiiii . . . Ampa' jatuh cinta oiiii. Ha . . . ha . . . ha . . ."
"Rukka sudah deh, jangki bikin malh, ayo naik."
Ampa' menstarter motornya lalu melemparkan helm kepada Rukka yang masih terpingkal sambil memegang perut.
"Pantas, kalau kuperhatikan, berubah cara berpikirta', kayak makin seriuski', ternyata jatuh cintaki' pale, sejak kapan itu Ampa'?"
Cerocos Rukka sambil duduk di jok di belakang Ampa'.
Suasana hening sejenak ketika motor itu beranjak meninggalkan parkiran Baruga. Hanya deru mesin dan putaran roda yang bertingkah. Setelah berapa lama, barulah Ampa' menjawab pertanyaan Rukka,
"Sebenarnya sudah lama saya kenal itu anak, tapi begitumi, tidak punyaka' keberanian bela untuk mengatakan perasaanku. Tapi awwa, kenapa lagi kita' tanya - tanya begitu?"
"Tidakji, mauja' tahuki, soalnya kayak pernahka' ketemu sebelumnya.
"Ah yang benar, di mana?"
"Entahlah, kulupami."

* * * * *

"Assalamu alaikum, bisa bicara dengan Ampa'?"
Terdengan suara dari balik gagang telepon.
"Waalaikum salam, iyye' saya sendiri, dari mana ini?"
"Ini dari Daramatasia, aku minta maaf ya?"
"Minta maaf karena apa?"
"Soal pertemuan kita di Baruga tempo hari, saat kamu perkenalkan temanmu kepadaku, siapa sih namanya?"
"Oh itu namanya Rukka, soal maaf - maafan tidak mengertika' deh."
Daramatasia berhenti sejenak, setelah beberapa lama,
"Engggg . . . itu, aku pergi tiba-tiba, soalnya temanmu itu menjengkelkan sekali, gayanya cuek banget membuat aku jadi keki."
"Tidak apa - apaji, dia memang begitu orangnya, kelihatan cuek tapi baik hati itu nah."
Ampa' menimpali.
"Eh, Ampa', dia jago puisi ya?"
"Bukan jago lagi, super jago, tapi begitumi, semuanya dia tulis untuk dirinyaji. Kenapa kah?"
"Tidak apa-apa, oh ya, Ampa' sudah dulu ya? Makasih atas maafnya, Ass . ."
"Tunggu Dara! Katanya pernahki' bede' nalihat sebelumnya."
"Siapa? Rukka? Aku merasa belum pernah ketemu dengan dia."
"Mmmmm berarti salah orangki mungkin."
"Mungkin juga, sudah dulu ya? Aku harus kerjakan tugas kuliah nih. Assalamu alaikum."
"Waalaikum salam."
Ampa' meletakkan gagang telepon.

Kupinang Engkau Dengan AlfiyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang