THIRD PERSON [3/3]

5K 333 63
                                    

[you can play the background music if you want to feel it deeper]

[you can play the background music if you want to feel it deeper]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

なあ on Pixiv




Pintu bercat putih itu dibuka dan yang ia dapatnya ada kesunyian yang terasa berbeda. Mikasa tidak berada di rumah, tentu saja. Setelah Levi membuatnya menangis, mana mungkin Mikasa sudi tinggal bersamanya lagi. Memikirkan hal tersebut membuat Levi melupakan makan malam dan langsung pulang ke rumah.

Ia berjalan melewati ruang tamu, meletakkan tas kantornya. Levi melonggarkan dasi yang terasa semakin melilit lehernya. Ia berjalan menuju dapur, hendak mengambil air mineral dari refrigerator.

Matanya menangkap makanan di atas meja, Levi lantas berbelok arah menuju meja makan. Ia menatap sendu pada makanan yang terlihat menggugah selera tersebut, tetapi nafsunya sedang tidak pada tempatnya. Dan disana tidak terdapat note yang Mikasa tulis seperti biasa.

Deringan ponsel menyadarkannya. Levi menatap nama si pemanggil, ibu mertuanya. Levi menarik napas dalam dan menghembuskannya.

"Halo, Mom?" sapanya setelah mengangkat panggilan.

"Levi, kau sudah pulang?" tanya suara di seberang sana.

"Sudah, Mom," jawab Levi tidak bersemangat.

Hening beberapa saat hingga ibu kandung Mikasa tersebut kembali bersuara. "Mikasa bilang, ia sedang merindukan rumah. Mikasa ingin menginap disini malam ini, kau tidak apa-apa, kan?"

Bibir pucatnya tersenyum pahit. Memangnya Levi akan percaya?

Tetapi ia memilih tidak menyahut untuk beberapa saat. Ia tentu tahu alasan sebenarnya kenapa Mikasa tidak mau tidur di rumah mereka malam ini. Dan Mikasa memang bukan tipikal wanita yang akan mengadu pada ibunya.

"Ya, Mom. Tidak apa-apa," balas Levi akhirnya.

"Mikasa sudah membuatkan makan malammu sebelum kesini. Jangan lupa dimakan, ya!"

Mata Levi kembali menatap berbagai jenis makanan di atas meja. Ia mendesah berat.

"Akan ku makan." ujarnya.

Tolol. Benar-benar tolol.

"Mom, teh hijaunya juga..." suara pelan itu sedikit terdengar dari seberang sana. Levi tersenyum miris. Setelah apa yang ia lakukan pada Mikasa, wanita itu masih saja memberi perhatian padanya.

Jika Kuchel tahu bahwa Levi menyakiti menantu kesayangannya, mungkin saja Levi tidak akan bisa berkembang biak lagi.

"Teh hijaumu juga, ya..." tambah ibu mertuanya.

Levi mengangguk seolah itu bisa dilihat oleh orang di telepon. Ia berucap serak, "Sampaikan salamku pada Mikasa, Mom..." Setelah sosok di seberang sana mengiyakan dan Levi berpamitan, panggilan tersebut terputus.

Levi & Mikasa Oneshot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang