Lebih menyenangkan mana, berusaha melawan takdir atau meronta pada realita?
Aurora Ridha Zetana
"Besok Ayah kamu pulang dari Belanda dan malamnya kita pergi buat hadirin ulang tahun pernikahan rekan bisnis Ayah kamu." Kira-kira begitulah sapaan yang aku dapatkan pagi ini begitu aku sampai di meja makan dan tidak sama seperti pagi sebelumnya kali ini entah ada angin apa ibuku masih berada di rumah
" Hmm. " hanya jawaban singkat itu yang mampu keluar dari mulutku karena sejujurnya aku sungguh ingin menolak ajakan ibu untuk pergi ke acara tersebut tapi sekali lagi sudah dapat dipastikan beliau tidak akan menerima penolakanku
"Jangan lupa dandan yang sepantasnya dan gak mempermalukan kami dengan sikap menyedihkan kamu itu." yang kali ini aku hanya mampu membalasnya dengan mengangguk singkat walau dalam lubuk hati aku merasa sesuatu yang tajam berhasil menggoreskan luka didalam sana.
Mempermalukan ya? Tuhan kenapa rasanya bisa sesakit ini saat kata itu meluncur manis dari bibir orang yang kuanggap malaikat itu, tanpa kusadari beberapa butir air mata telah meluncur dengan sempurnanya dari dalam mataku lalu cepat-cepat ku hapus agar tidak terlihat oleh ibu
"Ibu heran ya sama kamu Ra, kamu itu diarahin buat jadi orang yang sukses dan dapat citra baik dimata orang lain tapi malah gak pernah ada senengnya sama sekali, ibu sama bapak itu kepengen kamu sukses biar jadi orang bukannya malah ngelukis gak jelas gitu. Lagian apa sih hebatnya seorang pelukis, Berapa uang yang bisa kamu dapat dari melukis hah? Paling juga gak ada setengahnya dari gaji ayah kamu"
"Bu, gak semua pekerjaan yang kita pilih itu dilihat dari uangnya. Percuma kerja dan dapat uang banyak kalau seandainya kita tertekan ngejalaninya, buat apa? Gak ada gunanya sama sekali" untuk kali ini aku benar-benar kagum pada mulutku yang berhasil melontarkan kalimat tersebut
"Cihh, jangan belajar jadi perempuan munafik Ra, memang kita bisa apa tanpa uang? Kamu fikir kamu hidup didunia ini mulai dari bayi gak pernah berkaitan sama uang? Jangan bodoh Aurora uang memang bukan segalanya tapi kalau kita bisa menjadikan uang segalanya, why not"
"Terserah Ibu. Aku gak nyangka kalau ibu bener-bener udah berubah,tapi aku berterima kasih karena entah dengan terpaksa atau enggak ibu udah mau ngelahirin aku didunia meskipun kalau disuruh milih jujur aku lebih baik gak usah ada disini. Aku harus pergi kuliah sekarang, biar bisa jadi Sukses dan punya banyak uang"
Lalu, dengan langkah mantap aku keluar dari rumah tanpa menghiraukan apa yang sedang ibu lakukan sekarang. Aku memang ada kuliah pagi ini tapi sepertinya moodku sedang tidak baik jika aku memaksakan pergi ke kampus pagi ini jadi aku memilih membolos sehari ini.
To: Melati
Mel, tolong absenin aku ke temen sekelas ya, aku gak masuk kelas hari ini.
From: Melati
Yee, bukannya kemarennya loe udah gak masuk ya, terus sekarang kenapa lagi nih gak masuk?
To: Melati
Biasa tadi kebetulan ibu ada di rumah jadi ada sedikit masalah
From : Melati
Tumben banget nyokap loe ada dirumah pagi-pagi gini, terus loe mau kemana sekarang?
To : Melati
Kayaknya aku bakal ke bogor, ke rumah nenek kamu
From : Melati
Ohh oke, nanti gue absenin. Yaudah loe tenangin diri dulu aja dan titip salam buat nenek gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gapai
Teen FictionMenyakiti. Satu kata yang sebisa mungkin akan ku lakukan di akhir hidupku atau bahkan tidak sama sekali. Tapi jika takdir menentukan bahwa aku yang harus tersakiti, haruskah menerima merupakan jalan utama? Atau memberontak menjadi solusi bicara? Sel...