Seusai pesta aku dan kedua orang tuaku kembali kerumah dengan keadaan hening dimobil. Aku tak yakin sejak kapan tapi setiap kali kita bertiga seperti ini entah kenapa rasanya berbeda sekali dengan dulu. Dulu disaat kami naik mobil bertiga ayah selalu melempar candaan ringan yang mampu menghilangkan kesunyian kami, tetapi saat ini kami rasanya seperti orang asing yang kebetulan duduk dalam satu mobil yang sama. Waktu yang membawa perubahan ini akan tetapi aku selalu berharap waktu juga dapat mengembalikannya.
"Kamu masih mau melamun dimobil sampai pagi?" terdengar suara Ayah yang menyadarkanku, kutolehkan kesekeliling ternyata saat ini sudah didepan rumah, ibuku bahkan sudah tak terlihat lagi sepertinya beliau sudah masuk kerumah.
Setelah aku turun dari mobil entah kenapa kakiku melangkah ke balkon kamar bukannya memilih mengistirahatkan tubuhku ditempat tidur. Ah, aku paham sepertinya aku masih mengingat momen dirooftop bersama pria asing tadi dan entah kenapa sekelebat penyesalan kini muncul di hatiku, aku menyesal mengapa tidak kutanya namanya, mengapa tidak kutanya nomer hapenya, mengapa tidak kutanya alamat tinggalnya dan masih banyak kata mengapa yang ingin kukeluarkan sebagai bentuk penyesalanku. Aneh tidak biasanya aku begini pada seseorang yang bahkan baru kutemui beberapa jam lalu, rasanya nyaman berada didekatnya seolah aku tak memiliki beban apapun. Malam ini aku memohon dalam hatiku agar sekali saja Tuhan berbaik hati mempertemukanku dengan pria tadi, agar semua mengapa yang kuucapkan tadi bisa terjawab, semoga.
🌺🌺🌺
Pagi ini aku pergi kuliah dengan Randi yang sudah sejak pagi tadi berada didepan rumahku pukul 06.00 pagi yang bahkan aku sendiripun masih bergelung dibalik selimut, hari ini aku memang mempunyai jadwal kuliah pagi yaitu pukul 08.00, Randi sediri katanya juga mempunyai matkul di jam yang sama denganku itulah alasanya dia ada didepan rumahku pagi-pagi sekali.
"Tau darimana alamat rumahku?" tanyaku begitu mobil Randi sudah menjauh dari halaman rumahku
"Oh itu, aku tanya Melati kemarin"
jawaban darinya itu tentu tidak membuatku percaya mungkin memang dia tau alamat rumahku dari Melati tetapi aku tau pasti Randi memaksa Melati untuk memberitahukannya perihal alamat rumahku,biarlah nanti akan ku tanyakan pada Melati apa yang sebenarnya terjadi kemarin sampai Randi bisa mendapatkan alamat rumahku dari nya.
"Oh, terus kenapa kamu dateng sepagi itu padahal kamu sendiri tahu kalau jam matkul ku bukan jam 06.00 pagi"
"Karena aku gak mau kalo sampe kamu berangkat duluan kekampusnya makanya aku rela nungguin kamu dari jam 06.00 pagi asalkan aku bisa berangkat bareng kamu" Jawabnya disertai senyuman manis bagi para pecinta Randi tentunya, tapi itu tidak berlaku untukku.
"Seharusnya kamu gak perlu repot-repot buat dateng kerumahku dengan dalih berangkat bareng, karena jujur aja aku kurang nyaman. Maaf kalo ucapanku menyinggung kamu" Itulah yang aku rasakan saat ini,sangat tidak nyaman hanya berdua dengan Randi di mobil lebih tepatnya aku ingin cepat-cepat berada dikampus saat ini.
"Gitu ya, tapi gimana dong aku udah punya keinginan buat berangkat bareng kamu dari lama dan aku tipe orang yang selalu punya keinginan harus dituruti jadi mumpung sekarang waktunya kenapa gak aku nikamtin aja berdua sama kamu "
"Sinting kamu". ucapan panjang lebar Randi hanya ku balas dengan dua kata itu karena rasanya malas sekali terlibat percakapan dengannya. Dan perlu kalian tahu bahwa tentunya aku tidak dengan sukarela untuk mau pergi kuliah berdua dengannya, tadi begitu aku membuka gerbang rumah Randi sudah bersandar dimobil nya dan menatapku dengan tatapan anehnya dan begitu dia megucapkan kata dengan maksud ingin mengajakku berangkat bersama tentunya aku langsung menolaknya mentah-mentah tetapi dia tidak membiarkan hal itu Randi mengancam akan terus berdiri didepan rumahku sampai aku mau untuk pergi kuliah dengannya dan ya pada akhirnya aku berada satu mobil dengannya saat ini.
"Oh ya satu lagi aku juga punya keinginan buat jadiin kamu milik aku,menurut kamu kapan kira-kira aku bisa penuhi keinginan aku itu" Ucap Randi diselingi senyuman kearahku tapi nyatanya aku justru hanya mampu diam tanpa membalas omongannya. Rasa tidak nyamanku kepada Randi sepertinya kian bertambah karena mendengar ucapannya tadi tidak hanya itu, rasa takut juga mulai menyusup dalam diriku. Aku takut Randi akan menyakiti aku maupun orang-orang disekitarku jika sampai keinginannya untuk memilikiku tidak tersampaikan. Bingung, apa yang harus ku lakukan untuk menghindari Randi agar tidak mengangguku lagi.
"Hey, kita udah sampai lho kamu gak mau turun" saking khidmatnya melamun aku sampai tidak sadar bahwa mobilnya sudah ada dipelataran parkir dan saat ini Randi sudah membukakan pintu mobilnya untukku, jujur rasanya risih sekali melihat perlakuannya ini tapi aku hanya bisa menghela nafas lelah tanpa mau berkomentar apa-apa.
"Makasih. kalo gitu aku ke kelas dulu" kataku yang langsung berjalan menuju kelas tanpa mau menunggu jawaban Randi. Aku berjalan dengan memainkan Hp untuk mengabari Melati agar mau menemuiku di Cafe depan kampus nanti, Melati memang sedang tidak ada jadwal kuliah saat ini jadi aku tidak mungkin bertemu dengannya dikampus nanti.
🌺🌺🌺
"Sorry banget ya Ra, sumpah gue gak maksud buat ngasih tau Randi alamat rumah loe soalnya kemarin dia ngancem bakal ngapa-ngapain gue diperpus kalo sampe gue gak kasi tau mana perpus lagi sepi banget kemarin"
Penjelasan Melati perihal Randi itu tentu dapat aku maklumi kalaupun aku diposisi Melati sepertinya aku juga akan melakukan hal yang sama. Saat ini kita sedang berada di food court di salah satu Mall di jakarta, ya pada akhirnya aku tidak jadi bertemu Melati di Cafe depan kampusku tadi.
"It's okay Mel, ya meskipun jujur aku gak nyaman banget tadi waktu berdua dimobil sama dia"
"Tuhkan. sumpah gue gak enak banget Ra lagian si Randi juga gak ada kapok-kapoknya sama sekali sih buat deketin elo padahal kan udah jelas kalo loe gak suka sama dia"
"Ya mau gimana lagi gak mungkin kan kita ngelabrak Randi cuman buat bilang supaya gak deketin aku lagi " Pada akhirnya aku tidak atau belum siap memberitahu Melati perihal ucapan Randi yang akan melakukan apapun agar aku mau menjadi miliknya, aku tidak mau Melati khawatir dan menyebabkan dia berfikir terlalu keras tentang aku biarlah saat ini aku simpan semuanya.
" Loe tenang aja nanti kita sama-sama cari cara supaya Randi jauhin loe"
"Okee aku percaya sama kamu kita pasti temuin caranya. lebih baik sekarang gak usah ngomongin Randi lagi jujur aku gak nyaman banget kalo ada hal hal yang berkaitan dengan Randi" Kataku yang memang benar rasanya aku muak sekali hanya untuk membahas perihal Randi lagi.
"Siapp. Eh gimana kalo habis ini kita main Timezone, udah lama juga kan kita gak main Timezone" ucapan Melati barusan rasanya langsung mengembalikan moodku yang sempat berantakan gara-gara Randi tetapi begitu mendengar timezone rasanya bahagiaku kembali.
"Okay, pokoknya kita harus main sepuasnya" balasku senang
"Tenang hari ini biar gue yang traktit koinnya" Ah, rasa senangku bertambah berkali-kali lipat rasanya.
Saat ini aku menunggu Melati yang kebetulan sedang di toilet menuntaskan beban sisa makanannya mataku berpendar disekeliling Mall melihat lalu lalang orang dari berbagai macam kalangan, tetapi pandanganku berhenti pada satu objek yang sangat menarik perhatianku. Pria itu, ya aku melihatnya lagi dia pria yang sama yang kutemui di rooftop waktu itu saat ini aku melihatnya disalah satu restoran Mall dengan seorang wanita yang entah siapa aku tidak melihat rupa wanita itu karena dia membelakangiku, ketika sedang asik menatapnya tatapan pria itu juga tertuju pada mataku rasanya aku tidak akan mau jika harus mengalihkan pandanganku darinya. Tetapi memang bukan aku yang mengalihkan tatapanku tetapi pria itu bahkan dia tidak melihatku kembali, jarak aku berdiri dengan restoran itu memang tidak terlalu jauh dan seharusnya dia melihatku secara jelas tetapi kenapa sepertinya dia bersikap seolah tidak pernah bertemu denganku. Rasa senang dalam hatiku perlahan pudar saat melihatnya tersenyum manis pada wanita didepannya bahkan tatapannya hanya terpaku pada wanita didepannya itu.
"Sorry ya Ra lama soalnya mules banget perut gue gila" tiba-tiba saja Melati sudah menarik tanganku untuk segera pergi dan lagi aku menoleh ke arah restoran tadi dengan harapan pria itu kembali melihatku tapi harapanku patah saat melihat dia masih menatap wanita didepannya dengan senyuman manisnya tadi. Ingin sekali aku berlari menghampirinya, ingin berlindung dalam pelukan menenangkannya tapi rasanya itu semua terlalu mustahil ku lakukan saat ini.
Tbc.
"Datang kemari dan kuajak kau melengkapi kisah kita" ~penulisasa
Sampai jumpa part selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Gapai
Teen FictionMenyakiti. Satu kata yang sebisa mungkin akan ku lakukan di akhir hidupku atau bahkan tidak sama sekali. Tapi jika takdir menentukan bahwa aku yang harus tersakiti, haruskah menerima merupakan jalan utama? Atau memberontak menjadi solusi bicara? Sel...