"Tetap ikuti saja. Sampai aku beri perintah untuk berhenti," perintah Max dengan jelas pada Pak Suryo. Pria berkumis itu mengangguk. Tentu saja merasa senang karena pekerjaannya sebagai penguntit tetap berjalan. Mengikuti seorang wanita yang dicurigai suaminya lebih gampang daripada pekerjaan mengumpulkan data seperti yang pertama diminta kliennya itu sebelumnya.
Maximillian Brawijaya Lie, dokter kandungan itu mencurigai istrinya menjalin hubungan dengan mantan pacarnya, karena itu memintanya untuk mengikuti keseharian wanita itu. Namun, seminggu ini, Suryo tak melihat ada yang aneh dengan wanita itu. Dia tidak pernah keluar rumah, kecuali menemui suaminya sendiri di klinik, ke rumah orang tuanya yang ada di sebelah rumahnya, dan ke supermarket masih di dalam kompleksnya.
Suryo juga merasa aneh karena mengingat usia pernikahan Max dan Arini yang baru berjalan, adalah hal yang tidak lazim meminta seorang detektif mengikuti istrinya.
"Saya pamit, Pak!"
Max mengangkat tangannya memberi kode agar orang tua itu bisa pergi kapan pun. Sepeninggalan Pak Suryo, Max mengaduk-aduk americano-nya dan memikirkan tentang pernikahannya. Sejak Jayson Malvis muncul, hidupnya tidak tenang lagi. Semula ia pikir kalau pria itu akan mudah disingkirkan, tapi kenyataannya tidak. Pria itu tampaknya masih menyimpan sisa-sisa kenangan bersama istrinya. Kalau benar, Jayson tidak mengharapkan Arini lagi, pada malam resepsi itu, dia tak perlu datang dan memandang Arini dari kejauhan. Max tahu karena memperhatikan gerak-gerik pria itu. Dia takut kalau istrinya akan terpengaruh dengan kehadirannya. Jay memang terlahir tampan dan pastinya membuat banyak wanita tergila-gila. Max bisa mengerti alasan Arini yang tak berpengalaman waktu di Singapura itu bisa sampai menyerahkan dirinya pada Jay. Jay mewakili pria berusia hampir 30an, bertubuh tegap, kulitnya kecokelatan, wajahnya menggambarkan garis aristokrat dengan mata cerdas dan hidung yang mancung, ia juga memiliki sinar mata nakal yang membuat orang penasaran.
Max meraih ponselnya dan memandang foto Arini di layar. Hatinya mendesah. Dia takut kalau Arini akan kembali pada pria itu, meskipun sekarang masih belum terlihat tanda-tanda itu. Max berharap wanita itu bisa benar-benar jatuh cinta padanya dan melupakan pria dari masa lalunya itu. Bagaimanapun, Max-lah yang menerimanya ketika pria itu menolaknya, menerima Arini tanpa syarat dengan janin di rahimnya. Dia benar-benar ingin Arini mencintainya, bukan sekedar menikah dengannya. Ia merasa telah terlambat melangkah. Seharusnya sepuluh tahun yang lalu, ia lebih memaksa Arini agar mencintainya. Atau empat tahun lalu ketika orang tua Arini bertanya tentang universitas yang bagus untuk putrinya. Seharusnya Max langsung mengatakan kalau sebaiknya Arini tidak perlu pergi ke mana pun, dan Max akan menikahinya.
Max melewatkan dua kesempatan, yang kemudian diambil oleh Jay untuk masuk ke dalam hati wanitanya. Max terlambat. Ketika akhirnya wanitanya kembali dengan kondisi yang membuat Max mendapatkan kesempatan ketiganya, hatinya sudah terisi oleh lelaki lain. Max tidak ingin hanya memiliki tubuh Arini, dia ingin namanya terukir di dalam hati wanita itu. Ia akan lebih berusaha sekarang, sampai Arini tidak bisa pergi darinya.
Persetan dengan Jay!
KAMU SEDANG MEMBACA
🌼Istri Pilihan Max🌼
RomanceSudah dibukukan! Tersedia ebook. Bacaan ini tidak cocok untuk yang belum cukup umur. Bacalah cerita sesuai umur. Di sini umur yang disarankan adalah 21 tahun. Arini Putri Primarastri. Sejak kecil Arini benci paman itu. Pria yang beberapa tahun lalu...