17 - ex

2.7K 212 0
                                    


Sekitar 15 menit dari sekolah, banyak kegetiran dalam diriku ketika sedang berada di perjalanan bahkan beberapa kali Renjun melontarkan pertanyaan hanya kujawab dengan satu kata. Aku sedang tak fokus, aku khawatir apa yang terjadi dengan Jendra sekarang hingga Maliq pun harus cabut meninggalkan tasnya. kami sudah sampai disebuah warung dimana didepan warung sudah terdapat beberapa anak sma yang kukenal sebagian berseragam dari sma ku dan yang lainnya dari luar. Mereka melihat kearahku dan Julian yang baru saja datang

"Jendra mana?" tanya Julian dengan mereka yang ada didepan

"tuh didalem, goncengan baru Jul?" celetuk salah satu dari mereka

"itu Alea goblok, cewenya Jendra" jawab Haris ternyata dia sudah ada disini mengenakan seragam pantas saja seharian aku tak melihatnya di sekolah. "masuk aja" setelah disuruh oleh Haris, Julian pun melajukan motornya masuk kedalam. Jadi warung ini depannya ya warung biasa, tapi disampingnya ada sebuah gerbang dan ketika masuk terdapat halaman yang sangat luas penuh dengan rerumputan dan pepohonan yang jarang, nah berdiri juga sebuah payon disebelah kiri disitulah Jendra dkk berkumpul. Aku segera turun dari motor diikuti oleh Julian dibelakangku

"makasih ya al" kata Maliq tiba-tiba yang menghampiriku dan Julian untuk mengambil alih tasnya. dibalik gerombolan yang sedikit jauh dariku terdapat Jendra yang wajahnya sudah babak belur terduduk disana dan tebak, disampingnya ada cewek cantik. Dia Kalila, Aku tau persis itu dia, walaupun belum pernah bertemu langsung hanya dalam sebuah foto tapi aku tau persis itu Kalila, dia satu-satunya cewek yang ada disitu

"yaudah yok al, katanya mau ketemu Jendra?" kata Julian mengajakku untuk bertemu dengan gerombolannya

"enggak kok, gue cuma mau nganter tasnya Maliq" jawabku namun mataku tak lepas dari sosok Jendra disana yang sedang memperhatikanku, dan beberapa temannya juga, termasuk Kalila "yaudah gue balik dulu ya" ucapku tersenyum sebelum melangkahkan kakiku untuk kembali

"Al temuin Jendra bentar" ucap Maliq setelah meraih tanganku untuk menahanku pergi. Aku diam sejenak dan sedikit ragu disamping itu aku juga penasaran ada apa dengan Jendra hingga wajahnya dipenuhi memar dan sedikit darah di beberapa sisi

Akhirnya aku mau dengan ajakan Maliq untuk menemui Jendra walaupun agak tidak sanggup untuk bertemu Kalila. Aku berjalan kearah gerombolan itu, hingga tinggal beberapa langkah lagi aku sampai dengan Jendra yang terus menatapku, Kalila tiba-tiba saja berdiri dan menghampiriku

"hai, Alea?" sapa Kalila kemudian mengulurkan tangannya kearahku yang kusambut dengan kaku "gue Kalila, lo juga boleh panggil Lila kok"

"Alea" jawabku pelan dan tentu dibalut oleh rasa minder yang begitu besar. Saat dia duduk disamping Jendra tadi, mereka sangat serasi, sangat.

"eh al, cowok lo ini susah ya dibilangin? Coba lo kasih tau, siapa tau dia nurut kalo sama lo" ujar Kalila sembari menepuk pundakku pelan, dia benar-benar ramah entah apa yang dilakukannya sekarang memang sifatnya yang seperti itu atau hanya karena ada Jendra. Berpikir positif saja "eh, siapa nih yang mau bakso? Pak Ujang lewat tuh"

"gue mau"

"gue gue"

"boleh lah"

"dibayar, kita mah hayuk aja"

"yaudah sana buru pesen" kata Kalila yang kemudian semua anak-anak yang menggeromboli Jendra pada keluar untuk jajan bakso kata Kalila, kupikir dia memang sudah mengenal seluruh teman Jendra "kalian ngobrol gih" ucap Kalila tersenyum kearahku "eh al, mau bakso gak?" dia menawariku sebelum pergi

"enggak deh" jawabku menolak halus dan sedikit tersenyum tipis

"gue jajan dulu ya" kata Kalila kemudian meninggalkanku dan Jendra yang hanya berdua disini, kuhampiri dia dan duduk disampingnya, bekas dimana Kalila duduk tadi. Aku hanya menatap lurus kedepan tanpa sedikitpun menoleh kearahnya, aku takut untuk melihat Jendra dengan keadaan seperti ini lebih parah daripada yang biasanya hingga aku tak berani untuk melihat Jendra. Aku takut jika air mataku turun tanpa diperintah. Aku terus diam, tanpa satu buah katapun keluar dari mulutku, begitu juga dengan Jendra. Hingga akhirnya aku tak tahan dan mengeluarkan suara kecil isakan tangisku yang membuat Jendra menoleh kearahku

bad liar | na jaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang