Setelah kejadian itu, atmosfer di kantin berubah semakin menjadi tak enak. Anak-anak lain mulai berbisik, diikuti dengan lirikan mata yang menusuk, mengiringi kepergian Minju. Walaupun tak melihatnya, ia tau bahwa hidupnya tak akan tenang setelah ini.
Sesampainya di kelas, Minju langsung mendudukan diri dan menenggelamkan kepalanya di atas meja. Beberapa anak yang berada di sana pun mulai membicarakannya.
"Noona!" panggil seseorang laki-laki berkulit putih dari arah pintu.
Merasa tak digubris, laki-laki itu memberanikan diri untuk melangkah masuk.
"Minju Noona!" panggil laki-laki itu lagi, tapi dengan suara yang lebih lembut.
"Oh Min, wae?" balas Minju seraya menghapus air matanya dengan cepat.
"Gwenchana?" Laki-laki yang dipanggil Min itu mendudukan diri di depan Minju. Ia adalah Minhee, adik kelas Minju dari sekolah dasar.
Setelah melihat wajah perempuan di depannya dari dekat, barulah ia menyadari.
"Kau... menangis?" Minhee mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan refleks ingin mengusapkannya ke pipi Minju karena sudah menjadi kebiasaannya.
Sebenarnya ada sebuah rahasia yang hanya Minhee dan Tuhan yang tahu. Rahasia bahwa kenyataannya selama ini Minhee menyimpan perasaan pada perempuan itu. Tapi karena takut kehilangan, Minhee tak pernah mengungkapkannya dan Minju tak pernah tahu. Alhasil disinilah ia sekarang, sebagai teman yang selalu ada di saat senang maupun susah.
Begitu Minhee mendekatkan tangannya ke wajah Minju, sebuah tangan menghentikannya.
"Maaf, bisa pinjam Minju sebentar?" tanya Yunseong yang tangannya kini beralih mencengkram tangan Minju.
"Gak! Gak boleh!" Minhee mencoba melepaskan tangan Minju dari cengkraman Yunseong, tapi apa daya ia kalah kuat.
'Sakit' batin Minju.
Dengan sisa tenaganya, Minju berdiri.
"Cukup Minhee! Gak apa-apa, aku juga harus bicara dengan Yunseong." ucap Minju seraya berjalan keluar kelas, diikuti dengan Yunseong.Sesampainya di halaman belakang sekolah yang sepi, Minju memejamkan matanya rapat-rapat.
"Minju-ssi mianhae," ucap Yunseong dengan posisi Minju membelakanginya.
"Enggak Yunseong-ssi, aku yang seharusnya minta maaf..."
Belum sempat Minju melanjutkan kata-katanya, Yunseong memotong.
"Apa kau terluka?" tanya Yunseong seraya berjalan kehadapan Minju. Ia memeriksa dari wajah, leher, pergelangan tangan, dan area-area lain yang dapat terlihat.
"Aku tidak apa-apa, tolong jangan ubah topik pembicaraan kita," tegas Minju seraya menjauhkan tangan Yunseong darinya.
Yunseong tertergun sejenak, ia akhirnya sadar mendapati dirinya sedang berbuat hal yang membuat perempuan di depannya tidak nyaman.
"Sebenarnya aku buat kesalahan malam itu, maksudku personal chat itu." Minju mulai menceritakan kebenarannya pada Yunseong.
"Tahu kok, mana mungkin suka. Tapi, apa itu untuk orang lain?" tanya Yunseong dengan air muka yang tidak berubah.
"Tidak jug...."
Lagi-lagi Yunseong memotong ucapan Minju.
"Kalau begitu, syukur deh."
"Hah? Apa maksudmu?" tanya Minju menginginkan kejelasan dari perkataan Yunseong.
"Gak apa-apa," balas Yunseong seraya berbalik dan tersenyum. Ia berjalan kembali ke kelas meninggalkan Minju yang masih tidak percaya dengan sikap Yunseong.
KAMU SEDANG MEMBACA
▶ Dibajak | Yunseong
FanfictionCerita ini bermula dari HP Minju yang dibajak adiknya. "Berkencanlah denganku!" Isi pesannya. Masalahnya, yang dichat sama adiknya itu Yunseong, temen sekelas Minju yang dingin, misterius, kontroversial gitu deh kayak lukisan Monalisa. Kira-kira gi...