2. Polygon

277 33 8
                                    

Sebelumnya
Minju tanpa sadar sendawa di depan laki-laki itu. Wajah Minju panas seperti terbakar, ia menenggelamkan wajahnya menahan malu, sedangkan Minkyu hanya tertawa.

***

Sepasang manik mata, melihat dari kejauhan. Tak berselang lama, karena tak ingin menginterupsi, ia pun pergi.

***

Setelah insiden sendawa di depan Minkyu, Minju langsung kabur sambil menutupi wajahnya dengan tas, ya walau tak jelas maksudnya apa.

Malamnya, setelah minun obat, Minju tertidur.

.
.
.

Bangun-bangun, Minju panik saat melihat jamnya telah menunjukkan pukul 07.00.

"Maaaa!! Kenapa gak bangunin aku sih?" Gerutu Minju pada Mamanya yang sedang mencuci piring.

"Bukannya kamu lagi sakit? Di rumah aja, nanti mama kirimin surat izin ke sekolah."
Ucap Mama Minju dengan penuh pengertian.

"Aku udah mendingan kok. Hari ini tuh ada ulangan matematika, jadi Minju berangkat dulu ya Ma~." Minju langsung melesat keluar dengan beberapa lembar roti di tangannya.

Matanya melirik ke kanan dan ke kiri dengan cepat. Ia sedang mencari kendaraan yang dapat membawanya dengan cepat ke sekolah.

TIN!

Dari arah yang berlawanan, ada sebuah motor yang berhenti tepat di depan Minju. Pengendara itu menggunakan helm, jadi Minju tidak bisa melihat jelas siapa laki-laki di depannya.

"Cepet naik, udah mau telat nih."
Ucap laki-laki itu seraya menaikan kaca helmnya.

Tiba-tiba untuk sesaat otak Minju berhenti bekerja. Saraf-saraf sensorynya pun ikut mati. Ya alasannya karena yang berada di hadapannya saat ini, tak lain dan tak bukan adalah Yunseong.

Begitu Minju kembali tersadar, ia mundur beberapa langkah, tapi ia tertahan oleh tangan laki-laki itu yang segera mencengkram pergelangan tangannya.
Minju berusaha melepaskan, tapi apalah dayanya yang lebih lemah dibanding Yunseong.

Minju mau tak mau, dengan perasaan marah tapi juga takut, naik ke atas motor Yunseong. Tak lama, motor itu langsung melesat tanpa basa basi.

Minju yang sejak awal menahan beban tubuhnya dengan berpegangan pada jok belakang, mulai merasa kram.

Saat itu Minju melihat punggung yang cukup lebar di depannya, sesaat ia ingin meminjamnya tapi takut.

Yunseong melihat kegelisahan Minju dari kaca spionnya. Ia menepuk bahunya, memberi isyarat bahwa Minju bisa berpegangan pada bahunya.

Minju dengan takut-takut mulai memindahkan kedua tangannya ke bahu Yunseong.

Setelah sampai di parkiran belakang sekolah, Minju memutuskan untuk bicara dengan Yunseong mengenai Hpnya yang dibajak tempo hari.

"Yu-Yunseong!" Panggil Minju agak tergagap. Sedangkan si pemilik nama hanya membalikkan badan ke arah Minju sebagai responnya. Tanpa ada kata-kata yang keluar, Yunseong menunggu kelanjutan dari perkataan Minju.

"Hmm..." Minju menundukkan kepalanya. Keringat dinginpun mulai mengucur di kening Minju. Ia tak tahu harus menjelaskannya dari mana.

Yunseong menyejajarkan kepalanya sampai ia bisa melihat mata kedua gadis itu. Sedangkan Minju menahan napasnya selama beberapa detik ia bertatapan dengan Yunseong.

Setelah berpikir keras apa yang akan dikatakannya pada Yunseong, akhirnya hanya kata-kata tak berarti yang keluar dari mulutnya, "Hmm makasih ya buat tumpangannya."

▶ Dibajak | YunseongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang