5. Forbiden Love

165 20 17
                                    

Cuitan Author
Apa yang kalian bayangkan saat baca judul chapter kali ini?

Sebelumnya aku mau minta maaf karena lama updatenya, tapi di sisi lain aku juga berharap para pembaca bisa lebih menghargai dengan vote n comment.
Terima kasih

***

Minju memang dipaksa masuk ke dalam mobil hitam itu. Tapi anehnya, ia tidak merasa seperti sedang diculik. Karena ia tidak dibius, dibekap, ataupun diikat seperti yang biasa ia lihat di film-film.

Minju mengeluarkan ponselnya dari saku roknya secara perlahan. Sesekali ia melirik pada orang yang duduk di sebelahnya mengamati situasi agar tidak ketahuan. Ia dengan hati-hati membuka kontaknya, disaat yang bersamaan ponsel Minju bergetar dan menunjukkan nama yang menelponnya, Yunseong.

Saat Minju melirik ke samping lagi, ternyata orang itu sudah menyadarinya dan tangannya sudah siap merampas ponsel Minju. Karena berpikir ia mungkin sudah tak memiliki kesempatan lain, Minju segera menerima panggilan itu, "Yunseong--,"

Tepat setelah itu Minju sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia hanya berharap pada Yunseong.

Setelah kurang lebih 30 menit berkendara, mobil tersebut berhenti di depan sebuah rumah besar yang mirip dengan istana.

Minju keluar dan di arahkan langsung menuju sebuah ruangan yang terlihat seperti ruang tamu. Ia melihat ada seorang laki-laki muda yang duduk di sofa.

Setelah sampai di depan laki-laki itu, ia dipersilahkan duduk dan disuguhi minum oleh seorang pelayan.

Laki-laki itu memperhatikan Minju dengan sangat amat lekat, dari ujung kaki sampai ujung kepala dan terhenti pada pergelangan tangannya yang memerah. Ia kini berpaling ke arah orang suruhannya tadi, "Bukankah tadi aku menyuruhmu menjemputnya dengan baik-baik?"

"Ah maaf tuan muda, tadi--," bela orang itu, tapi dipotong dengan tidak sopannya oleh laki-laki muda tadi yang mungkin seumuran dengan anaknya.

"Cukup, aku tidak ingin mendengar alasanmu. Kau dipecat!" selanya. Laki-laki itu lalu mengibas-ngibaskan tangannya, memberi tanda untuk keluar.

"Ah maaf atas ketidaknyamanannya, selamat datang dan senang bertemu dengan anda!" ucap laki-laki itu seraya membungkuk.

Minju mengerutkan keningnya, merasa tak enak hati dan gelisah. Ia ingin pergi dari tempat itu, tapi laki-laki itu menghalangi jalan Minju dengan tubuhnya. Kini mereka hanya berjarak satu jengkal dan Minju dapat dengan jelas melihat wajah laki-laki itu yang lumayan tampan.

Setelah diperhatikan, Minju merasa tidak asing dengan wajah itu. Ia seperti pernah melihatnya, tapi tidak ingat kapan dan dimana.

"Oh sepertinya aku pernah melihatmu," pekik Minju seraya memaksa otaknya berpikir.

Laki-laki itu tersenyum.

"Sepertinya aku pernah melihatmu di kelasnya Minhee, benarkan?" tanya Minju untuk memastikan. Ia ingat, karena setiap datang ke kelas Minhee, laki-laki ini tak bisa luput dari pandangannya karena keberadaannya yang begitu mencolok. Ia selalu melihat keluar jendela dengan pandangan kosong dan terlihat sendu.

"Benar, namaku Junho, Cha Junho. Ternyata ingatanmu bagus juga. Jadi aku harap kau juga mengingat apa yang akan ku katakan," ucap laki-laki yang mengaku bernama Junho itu, yang mungkin lebih terdengar seperti perintah yang harus Minju taati.

Minju kembali ke tempat duduknya semula, "Silahkan, aku juga ingin dengar apa yang ingin kau katakan. Sampai-sampai kau harus berbuat sejauh ini," tegas Minju seraya menyilangkan kakinya dengan angkuh.

▶ Dibajak | YunseongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang