Fildan menghampiri adiknya yang tengah menatap pemandangan lewat jendelanya dengan tatapan kosong, ia mengusap pucuk kepala adiknya pelan."adik kecil kamu lagi liatin apa, hem?" Meskipun Fildan tau Ali tak akan pernah meresponsnya ia tetap berusaha agar adiknya bicara kembali dengannya. Tentu Fildan sangat merindukan adiknya apalagi tingkah adiknya ia sangat rindukan tapi karena takdir ia kehilangan keceriaan adiknya, dulu Ali adalah laki laki paling ceria bahkan kelakuannya bisa dibilang menggemaskan bagi Fildan tapi dibalik keceriaan adiknya itu menyimpan sebuah derita terpendam.
Orang tua Fildan membenci putra bungsu mereka dengan alasan logis malu mempunyai seorang anak idiot tapi itu tak membuat Ali membenci orang tuanya dan sangat menyayangi mereka meskipun dia dianggap benalu. Fildan sendiri sedih melihat Ali sering dibentak bahkan tak segan menyakiti fisiknya namun Ali tetap tersenyum menampakkan keceriaan dan mengatakan bahwa ia baik baik saja.
Ali tak merespons Fildan sama sekali, pria itu terus diam menatap datar pemandangan lewat jendela. Melihat tingkah ali membuat Fildan sedih, ia merindukan adik kecil yang selalu bermanja manja dengannya apalagi ia merindukan celotehan adiknya yang selalu mengeluh jika diejek dan yang paling ia rindukan adalah senyuman adiknya. Senyuman yang telah hilang selama 6 tahun silam bahkan saat ini adiknya enggan berbicara bahkan sering histeris jika mengingat masa lampau itu.
Fildan tersenyum miris, ia ingin adik kecilnya kembali dan berharap adiknya bisa bahagia tanpa merasakan derita kembali. Ya Fildan berharap.
***
Fildan melangkahkan kakinya menyelusuri koridor. Banyak mahasiswa menatapnya takut bahkan ada yang sampai lari jika berhadapan dengan Fildan.
Siapa yang tak mengenali seorang Fildan Afgana Langga, seorang mahasiswa yang sikapnya cukup menyeramkan bahkan sangat disegani karena sikapnya cukup garang? semua tau tanpa terkecuali, jika ada yang mengusik kehidupan Fildan ataupun memghina adiknya Fildan maka ia harus berhadapann dengan fildan si pria ketus dan kejam.
"Fildan!" panggilan sang sahabat membuat langkah Fildan terhenti.
"apa?" tanya Fildan datar kala sahabatnya sudah menghampirinya
Ridwan Alvaro Disastra, sahabat Fildan sejak kecil. Ia adalah laki laki dikenal playboy dikampus Star Academy University. Mantannya cukup banyak, pinternya standart, tampan tapi dia sangat playboy bahkan di cap sebagai Raja Gombal oleh seluruh mahasiswa bahkan menjadi langganan omelan pak Nassar---Dosen Matematika.
Ridwan tak menjawab pertanyaan Fildan, napasnya tersengal sengal akibat berlari di sepanjang koridor kampus. Fildan mendengus, ia malas saat ini.
"Oi kambing lo kenapa sih? manggil-manggil gue..?" tanya Fildan tak sabaran dimana lagi kelas akan mulai di jam pertama.
"Hhh.. bantuin gue dan, cewek cewek itu pada ngejer gue gara gara gua ngintipin mereka di wc..." Perkataan Ridwan mampu membuat Fildan menahan tawanya.
"Elo yang salah ngapain ngintipin orang, lagian emang pantas lu di gebukin sama cewe cewek itu bahkan lebih bagus di masukin ke got biar mampus..." ucap Fildan tengah meledek Ridwan, Ridwan menggerutu sebal sedangkan Fildan terbahak.
"RIDWAN GOBLOK BIN NYEBELIN! SINI LO GUA PENGGAL KEPALA LU AMPE PUTUS!!!" teriakkan seorang wanita mungil bertubuh ramping sebut saja namanya Rara dengan muka sangarnya. Ridwan langsung sembunyi di balik tembok sebelum gadis itu siap menerkamnya.
"Eh, es putu si item mana gue mau penggal kepala dia..."
Fildan menatap datar Rara. "mana gue tau, emang gue emaknya.. mungkin dia lagi ngapelin pacarnya, udah ah tipleks gua ada kelas..." ucap Fildan cuek dan meninggalkan Rara di koridor membuat Rara mendengus.
"dasar es putu!" umpat Rara.
Fildan memasuki kelasnya namun sebuah cibiran yang terlontar dari mulut Danang membuat ia menggeram karena cibiran itu mengarah ke adiknya. Fildan melabrak meja dan menatap tajam Danang spontan membuat Danang terkejut namun tersenyum sinis.
"Heh! Lo ngomong apa barusan hah?!"
Danang tertawa sinis. "santai bro jangan marah gitu..." Kata Danang santai. Fildan mencengkram kerah baju Danang dan menatap danang emosi.
"Elo.. hina adek gue kan?" Danang tersenyum sinis. "kalo iya kenapa? emang adek lo ga waras apalagi dia itu i-diot!" Fildan langsung menonjok Danang, semua orang di kelasnya terkejut melihat kemarahan Fildan.
"HEH! JANGAN SESEKALI LO HINA ADEK GUE BANGSAT!!" Beginilah Fildan, ia tak suka jika ada yang mengusik kehidupannya bahkan menghina adiknya ia tak terima sama sekali.
bugh
Tanpa di duga Danang membalas tonjokkan Fildan hingga timbul perkelahian diantara mereka, semua orang dikelasnya berusaha melerainya tapi mereka berdua sama sekali enggan menghentikan perkelahian mereka sampai dosen yang mengajarpun datang terkejut melihat Fildan dan Danang berkelahi pun langsung memarahi mereka.
"FILDAN, DANANG STOP!" Fildan dan Danang menghentikan aksi berkelahi mereka namun mereka saling menatap tajam satu sama lain.
Dosen bernama Beby itu menatap satu persatu mereka. "KALIAN PIKIR INI RING TINJU HAH?! KALIAN MAU JADI SOK JAGOAN DI KAMPUS INI HAH?!" Bentak Beby---guru vokal bagian pop menatap tajam Fildan dan Danang.
"Pak, Danang menghina adik saya pak jadi saya marah lah pak..." tukas Fildan datar.
"Emang adek lo itu idiot, pantaslah di hina..." Sambar Danang santai.
"JAGA OMONGAN LO ANYING!!" Fildan sudah tak peduli dengan dosennya lagi, ia terlanjur emosi dengan Danang yang suka menghina adiknya.
"NYATANYAKAN ADEK LO GILA, IDIOT! NGAPAIN LO MUSTI BELAAIN ADEK LO YANG IDIOT ITU, MALU MALUIN TAU NGGAK!!!"
"DANANG JAGA UCAPANMU! PANTAS FILDAN MENGOROYOKMU KARENA UCAPANMU MENGHINA ORANG HARUSNYA KAMU INTROPEKSI DULU!" kata Beby memihak ke Fildan. Fildan diam saja ia masih menatap tajam Danang.
Danang mendengus dan pergi saja. "lihat aja dan, adek lo bakalan gue buat dia menderita.. " gumam Danang tersenyum licik.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER
FanfictionJudul sebelumnya: WHIY THIS HAPPENED. ___ Fildan Afgana Langga Ali Arkana Langga Lestiyani Diandra Aurora Citrani Aisyah ### "Dia adalah adikku, adikku yang kusayangi dan kulindungi. Memang dia berbeda dari teman temannya yang sudah beranjak dewasa...