SAYANG SAUDARA

314 31 3
                                    


Aku menyayangi kakakku tapi aku sadar diri telah membuat kakakku menderita karenaku.
-A-

***

"kakek?!"

Wajah Ali penuh binar kala mendapati sosok pria tua namun tetap gagah diambang pintu kontrakkannya dengan memandangnya datar. Karena kesenangan ia memeluk kakeknya erat namun kakeknya langsung mendorongnya dan menatapnya jijik, untung saja Ali bisa menahan keseimbangannya.

Ali tersenyum menyamarkan rasa kesedihannya, ia sadar kakeknya tak sudi mengakuinya. "maaf, kek.." ucap Ali menunduk.

"mana kakakmu?" tanya sang kakek datar dan menatap benci pemuda yamg merupakan cucunya, ah cucu? sungguh ia tak sudi menganggap Ali cucunya apalagi menganggap ali adalah bagian keluarganya sama sekali ia tak sudi.

"Kak Idhan, dikampus katanya kakak ada ujian kek..." jawab Ali tersenyum meski hatinya menjerit dan menjerit sakit. "... ohya, kek. Kalo mau nunggu Kak Idhan pulang masuk dulu.." tawar Ali. Sang kakek hanya mengangguk dan menyelenong masuk kekontrakan Ali dan Fildan dan juga sengaja menabrak bahu pemuda itu kasar.

Merasakan sikap kakeknya yang terkesan membencinya pun tersenyum miris, sampai kapanpun ia hanyalah anak yang dibuang dan dianggap sampah oleh keluarganya sendiri. Ia paham kebencian keluarganya itu bersumber dari kekurangannya. Ali pun menghela napas dan memasuki kontrakkannya gunanya untuk melayani kakeknya yang datang setelah berpisah enam tahun lamanya.

"kakek mau minum apa? biar ali buatin." tawar Ali.

Sang kakek melirik Ali dan menatap datar pemuda bertubuh semampai itu. "terserah!" sahutnya ketus. Ali tersenyum dan berlari kecil menuju kedapur untuk membuatkan minuman untuk kakeknya, ia harus memperlakukan kakeknya seistimewa mungkin walaupun ia tahu pembalasannya akan membuatnya sakit. Ali mengambil sebotol minuman dikulkas yang tersedia lalu menuangkan minuman itu kedalam gelas setelahnya ia mengambil gula namun entah kenapa ia tak fokus karena kepikiran terus dengan semua yang ia alami pun salah mengambil.

Ali pun mengaduknya dan mengambil nampan lalu memindahkan gelas berisikan minuman tersebut, pemuda itu mengambil cemilan di lemari tempat makanan setelah cemilan dan minuman sudah tertata rapih di atas nampan Ali pun keluar dari dapur menuju tempat dimana kakeknya menunggu dengan membawa nampan berisikan camilan dan minuman.

Ali tersenyum melihat kakeknya masih menunggui kakaknya pulang dari kampus, iapun memindahkan gelas minuman itu ke meja beserta camilannya.

"Kek, diminum dulua minumannya." Jika bukan karena haus pria tua itu tak akan meminum minuman buatan Ali, sosok yang ia benci. Pria itu meminum minuman itu dan menyecap rasanya namun saat minuman itu masuk kemulutnya membuat ia menyeburkan minuman yang ia minum keluar dari mulutnya lalu membanting gelas yang masih berisikan minuman itu hingga gelas itu pecah. Melihat tingkah kakeknya tersebut membuat ia menunduk sepertinya ia melakukan kesalahan lagi, ia  bisa lihat dari tatapan tajam kakeknya.

PLAK!

Tamparan itu kembali ia rasakan setelah enam tahun ia tak merasakannya. Ali meringis merasakan rasa perih di pipinya.

"Kamu mau bikin saya mati, hah?!"

Ali menggeleng ia bingung maksud ucapan kakeknya dan menamparnya tanpa sebab, ia tak berani membuka suara saat kakeknya marah.

"Kamu ini bodoh atau pura pura bodoh sih, hah?! kamu mau racunin saya dengan minuman yang kamu buat? emang kamu itu ga becus hidup, ga guna lagi. bikin minuman asin banget! dasar tolol!!" hardik sang kakek membuat Ali tertunduk takut, jadi ini penyebabnya membuat kakeknya marah. pikirnya.

Saat hendak menampar Ali lagi tiba tiba suara mesin motor terdengar dari luar dan Ali bisa yakini bahwa fildan sudah pulang dari kampusnya. Sang kakek melirik pada jendela yang terbuka sontak membuat ia kaget takut Fildan tau atas perbuatannya, sang kakek beralih menatap tajam Ali dengan tatapan mengancam.

"Denger ya, jangan sampai kamu mengadu soal tadi kalo tidak saya gak akan segan segan membuat kamu mati, sialan!" bisiknya tajam. Ali mengangguk takut, lagipula ia tak mau fildan tahu soal tadi.

"Loh kakek, kok ada disini?" tanya fildan kala berada diambang pintu sembari menghampiri sang kakek yang tengah merangkul Ali.

Sang kakek melepaskan rangkulannya dan menghampiri fildan lalu memeluknya erat dan dibalas oleh fildan. Ali yang melihat itu hanya tersenyum pedih, ia benar benar tak dianggap sama sekali terkecuali fildan yang memperdulikan dirinya.

sepahit inikah kehidupanku? sampai keluarga ku pun tak sudi mengakuiku??

A

li menghela napas dan tersenyum ia harus terlihat kuat demi melihat senyuman kakaknya.

Fildan tak membalas pelukkan kakeknya rasa benci terhadap kakeknya masih ada, merasakan pelukkannya tak terbalas pun sang kakek melepaskan pelukkannya.

"Sedang apa kakek kesini?" tanya fildan datar.

Sang kakek tersenyum. "kakek mau ajak kalian pulang, kalian mau?" tawar sang kakek menjawab maksud kedatangannya.

"Nggak!"

mendengar penolakkan fildan untuk ikut bersamanya membuat sang kakek menghela napas lalu mengisyaatkan ali untuk bicara agar fildan mau ikut dengannya, Ali menurut saja.

"Kak, Apa kak Idhan gak kasian sama kakek? dia jauh jauh loh kesini hanya demi mengajak kita pulang kak. Lagipula, kak Idhan gausah khawatir kata kakek Ali udah diterima kok sama semua keluarga, kok..." ujar Ali tersenyum melihat fildan khawatir. maafin Ali,,kak. Ali terpaksa bohong agar kak Idhan gak menyimpan rasa benci sama keluarga kita karena hanya mereka ga sudi mengakui keberadaan Ali. Ali gak mau kakak menderita, cukup ali yang merasakan menderita.. lanjut ali membatin.

"Apa kakek memaksamu bicara begini li?" selidik fildan membuat Ali diam, ia bingung harus menjawab apa. Fildan tak gampang untuk dibohongi.

"Demi tuhan, Dan.. keluarga kita udah menerima Ali sebagai keluarga, lagipula kakek selama ini sadar kakek banyak salah sama adikmu. Mendiang orang tuamu pasti menyesal karena mengusir adikmu dan kakek sangat menyesal atas perbuatan kakek dulu, kakek mohon, Dan. Ikut sama kakek, ya.." ucap sang kakek memohon berharap fildan luluh bahkan beliau pun berlutut membuat fildan tersentak dan merasa bersalah.

"Kek, jangan gini Idhan gak suka.." kata fildan membantu kakeknya berdiri.

"Baik, Fildan dan Ali akan ikut tapi dengan satu syarat jangan menyiksa Ali..." lanjut fildan membuat sang kakek senang pun memeluk fildan erat.

"makasih, nak.."

***

MY BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang