ADIK RAJA JULIT

562 49 1
                                    


Fildan menarik napas dalam dalam, pikirannya kacau hari ini dimana lagi kabar adiknya kritis setelah di pukuli beberapa orang asing datang kerumahnya, dimana lagi biaya komite keuangan kampusnya sering di tagih oleh bendaraha administrasi kampus karena menunggak selama 5 bulan lamanya karena membiayai pengobatan adiknya.

Dengan lemas Fildan menghempaskan tubuhnya dikursi taman belakang kampus, ia memijat pelipisnya terasa pening.

"aarghh! kenapa ini terjadi padaku! kenapa!!!" teriak Fildan bercucuran airmata. Fildan menangis pilu, ia meratapi nasibnya yang begitu malang. Adiknya menjadi bahan hujatan para tetangga dan dilingkungan kampusnya dan masih banyak lagi cobaan yang menimpahnya. Fildan menatap foto adiknya yang masih kecil, ia menatap pilu adiknya.

"kamu begitu polos Li, sampai sampai orang orang yang membencimu itu kamu anggap mereka baik. Kamu terlalu baik, saat kamu di siksa sama bunda dan ayah kamu tetap menyayangi mereka dan disaat orang orang menatap kamu jijik kamu tetap menganggap mereka teman. Maafkan kakak li, kakak ga bisa lindungin kamu..." lirih Fildan terisak menatap selembaran foto adiknya yang masih kecil tengah tersenyum menampilkan gigi putih nan rapihnya.

Bayang bayangan kekejaman ayah dan bundanya sebelum mereka meninggal karena kecelakaan masih terngiang di memorinya. Dimana adiknya disiksa, dipukuli bahkan dibentak jika ingin makan bersama bahkan tak segan memaki Ali tanpa ada rasa iba namun adiknya itu selalu tersenyum dan mengatakan bahwa ia baik baik saja

"Ali baik kok, bunda dan ayah mukulin ali supaya ali nggak nakal. Ali sayaaaaangg banget sams ayah dan bunda..." Ucap Ali tersenyum bahagia memandang Fildan meskipun tubuh kecilnya dipenuhi luka memar akibat pukulan dari ayahnya.

Fildan tahu, Ali hanya diam menerima setiap siksaan mendiang kedua orang tuanya dan selalu memaafkan perbuatan kasar orang tuanya. Fildan juga tahu bahwa senyuman Ali itu palsu karena menyembunyikan kesedihannya. Ali memang terlalu baik bahkan saat Fildan berbuat kesalahan malah dia mengaku berbuat salah padahal Fildan selalu ingin menanggung kesalahannya tapi ali selalu saja yang kena imbasnya.

"Kakak sayang banget sama kamu, kakak harap kamu sembuh bisa main sama kakak... " lirih Fildan.

***

brak!

"DANANG LO EMANG BANGSAT YA!!! LO APAIN ADEK GUA AMPE KOMA HAH?!" sentak Fildan menghampiri Danang yang tengah berkumpul dengan gengnya, Ridwan dan Selfi berusaha untuk menenangkannya tapi bukan Fildan namanya jika tak memberontak dan bertindak jika berkaitan dengam adiknya.

Danang beranjak dan menyerangai sembari memadang fildan yang emosi dengan santai tanpa takut. "gue cuma benturin kepalanya ampe berdarah.." kata Danang santai.

bugh!

"DASAR LU EMANG PSIKOPAT! BERANINYA LO LUKAIN ADEK GUA! EMANG ADEK GUE SALAH APA SAMA LO AMPE LO TEGA TEGANYA LUKAIN DIA AMPE KOMA HAH?!!" kini Fildan tak bisa mengontrol emosinya karena ulahnya Danang menyakiti adiknya. Selfi dan Ridwan maupun antek anteknya danang tak berkutik melihat amarah Fildan untung saja kampus sudah sepi.

Danang terbahak sinis. "LO MAU TAU ?! KARENA ADEK LO BIANG MASALAH, DAN DIA LAHIR DI DUNIA INI PUAS?!" balas Danang sinis.

Fildan diam matanya memancarkan amarah. Hatinya sakit mendengar perkataan Danang yang selalu saja memojokkan adiknya, Ya Danang adalah sepupunya namun sayang mereka jarang akut terutama Danang sangat membemci Ali.

"DAN KARENA ADEK LO YANG BIANG SIAL ITU GUE NYARIS JATUH MISKIN! DAN GUE BERSYUKUR ADEK LO ITU GILA DAN KOMA GUE SIH JUGA BERHARAP ADEK LO ITU MATI SECEPATNYA BIAR---" ocehan Danang terpotong kala Fildan menamparnya dan memandangnya tajam.

MY BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang