Prolog Jackie

6.4K 236 31
                                    

Cinta Jack Frost pada Putri Elsa dimulai ketika Jack memperhatikan tuan putri itu kesepian seperti dirinya. Elsa yang begitu takut pada kekuatan es yang dimilikinya sejak lahir hingga memilih untuk mengurung diri dalam kamarnya, mengabaikan ajakan bermain adiknya tersayang - Putri Anna, berusaha menyembunyikan kekuatannya dari semua orang agar mereka tidak memandang dan menjulukinya monster dalam kesepian.

Sebagai roh musim dingin yang juga memiliki kekuatan es, Jack memahami perasaan Elsa. Demi mengusir rasa sepi di hati gadis yang dicintainya, Jack selalu berada di sisi Elsa, menemaninya, bermain, dan bercerita. Namun Jack harus tergantung pada kekuatan Elsa di pertemuan mereka jika tidak saat musim dingin.

Setiap kali Elsa mengeluarkan kekuatannya, di saat itu pula Jack menyerap kekuatan gadis itu. Membuatnya menjadi roh musim dingin yang mampu bertahan di musim sehangat apapun. Tetapi lama kelamaan Jack sadar bahwa Elsa semakin lemah karena hal tersebut.

Elsa tidak sadar bahwa Jack bisa membuatnya semakin lemah dan mati. Ia terus memupuk rasa sayang dan berubah perlahan menjadi cinta kepada Jack yang mau menerima dirinya apa adanya. Ia tidak peduli jika pemuda itu hanya roh yang tak bisa dilihat atau disentuh orang lain. Justru Elsa merasa bersyukur hanya dia yang mampu menyadari kehadiran Jack meski terkadang ia selalu merasa memonopoli roh musim dingin itu hanya untuk dirinya.

Mereka menjalani hari-hari yang indah bersama, tanpa Elsa sadari sama sekali bahwa Jack sedang membunuhnya perlahan-lahan.

Jack tidak mengerti. Mengapa paragraf-paragraf itu muncul di benaknya ketika ia menatap pemandangan mengerikan di hadapannya?

Gadis berambut pirang keperakan itu sedang menjerit kesakitan seiring dengan katana menghujam perutnya. Pria bengis yang menancapkan katana itu terus mendorongnya hingga tubuh si gadis tertahan di dinding seakan berniat menancapkan katananya menembus tubuh gadis itu. Namun gadis itu tetap menahan katana itu dengan mencengkramnya, membuat darah membasahi kedua telapak tangannya.

"Apa hanya sebatas ini kemampuanmu, Snow? Sangat mengecewakan. Ibumu, Lotus, bahkan masih lebih hebat," ujar pria itu seraya memutar-mutar katananya, membuat gadis itu menjerit lebih keras.

Jack merutuki ketidakberdayaannya. Racun dalam tubuhnya membuat ia hanya bisa menyaksikan gadis yang dicintainya berjuang sendirian. Dan yang lebih memalukan lagi, gadis itulah yang melindunginya. Bukan sebaliknya!

Jack melihat gadis bermata biru itu pasrah ketika si pria menggiringnya ke jendela. Ia tahu apa yang akan dilakukan pria itu pada gadisnya.

"Selamat tinggal, Snow. Sekarang rasakanlah bagaimana menjadi serpihan salju yang melayang turun dari angkasa dan jatuh ke tanah!" seru pria itu. Ia melepas pegangan pada katana itu dan dengan tenaga terakhirnya, ia menyarangkan pukulan untuk mendorong tubuh gadis itu jatuh dari pesawat.

Jack ingin berteriak, namun tidak mampu. Tenggorokannya tercekat, lidahnya kelu, ia bahkan tak bisa mengulurkan tangannya untuk meraih gadis itu. Pemuda itu hanya mampu menatap nanar sosok gadis yang dicintainya, rambut pirang keperakan yang biasa dikepang rapi kini terurai dan melambai dimainkan angin, mata biru jernih mulai tertutup perlahan oleh kelopak matanya, tubuh itu pun terdorong keluar dan lenyap ditarik gravitasi bumi.

Rasa sakit di tubuhnya tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya, yang kemudian menyeruak keluar dan mengoyak kewarasannya. Ini semua adalah hukuman karena keegoisannya. Seandainya saja ia membaca buku itu lebih cepat – Ah, tidak, seandainya saja ia tidak memilih untuk berpisah dengan gadis itu, kejadian ini tidak seharusnya terjadi!

Mata abu-abu cemerlangnya menutup rapat. Segala sesuatu yang dilihatnya mulai kabur dan gelap. Pikiran Jack melayang jauh pada saat semua ini belum terjadi. Saat ia bertemu dengan gadis itu.

SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang