6. Dongeng dan Takdir

1.9K 128 22
                                    

Matahari terbenam saat mereka memutuskan untuk kembali ke Academy. Aurel menyuruh Jackie untuk berjalan lebih cepat, tapi belum sampai mereka di jalan besar, Aurel malah tersandung akar pohon yang membuatnya tersungkur jatuh. Kaki mekaniknya terasa longgar dan tiba-tiba saja ucapan Tadashi sebelum ia meninggalkan Arendelle College terngiang kembali di telinganya.

"Sepertinya ba-chan belum sempat melakukan perbaikan beberapa bulan ini. Ada sparepart yang harus diganti. Kebetulan aku memilikinya kecuali sparepart khususnya. Ba-chan tidak lupa bawa cadangannya, kan?"

Ya, Aurel tidak lupa. Tapi sayangnya dia terlalu asyik bersama Jackie hingga lupa untuk kembali ke Academy secepatnya. Sekarang, karena mengabaikan peringatan Tadashi, kaki mekaniknya terancam lepas dan Jackie pasti akan melihatnya.

"Mau sampai kapan kau duduk di situ? Kita bisa kemalaman." Dahi Jackie mengerut saat Aurel tak kunjung menyahut karena terlalu sibuk berpikir. "Elsa?"

Panggilan itulah yang berhasil menyadarkan Aurel dari lamunannya. Rasanya Aurel seperti mendapat mesin pompa tambahan di jantungnya. Pun ketika Jackie berjongkok di hadapannya sambil menatap kaki Aurel.

"Keseleo?" Jackie mendecakkan lidahnya saat Aurel tersenyum kecil. Pemuda itu berbalik membelakanginya. "Naiklah."

"Huh? Kau mau menggendongku? Aku berat, lho."

"Kau meremehkan ketua berandalan sepertiku?"

"Ketua berandalan yang cute."

"Cepat naik sebelum aku berubah pikiran."

Sambil terkekeh, Aurel langsung memposisikan dirinya di punggung Jackie. Aurel mencium aroma manis blueberry dari rambut Jackie. Tanpa sadar Aurel merengkuh leher Jackie lebih erat sambil menghirup aroma rambut Jackie dalam-dalam.

"Baumu enak."

Jackie tidak merespon, tapi dilihat telinga dan lehernya yang memerah, Aurel tersenyum geli.

"Kau bilang... tujuan utamamu kemari adalah untuk misi dari ayahku. Misi apa?"

"Kalau kau ingin tahu, aku terpaksa harus membunuhmu."

"Huh? Kalau memang tidak mau bilang, kau tidak perlu mengancamku."

"Hehehe. Memang kenapa kau ingin tahu?"

"Penasaran saja."

"Hum, sebagai pacar yang baik, aku tidak akan menyimpan rahasia. Jadi aku akan memberitahumu."

Bibir Aurel mendekati telinga Jackie untuk berbisik. Hembusan nafas Aurel yang membelai telinganya membuat Jackie panas dingin. Pemuda itu berusaha untuk memfokuskan diri pada jalanan agar dia tidak tersandung oleh akar-akar pohon. Tapi saat bibir lembut Aurel menyentuh ujung telinganya, Jackie merasakan sengatan listrik menjalari tubuhnya. Jackie merasakan bibir itu terbuka, telinganya memasuki mulut gadis itu, dan...

"AAARGH!"

Jeritan Jackie pun menggema karena Aurel menggigit telinganya.

*_*_*

Aurel mencoba menggerakkan kaki mekaniknya dan tersenyum puas saat kakinya bisa bergerak normal. Gadis itu segera meninggalkan robotic lab Academy dengan mengendap-endap lalu melangkah menuju asrama Violet Wolf. Senyum menyilaukan bak cahaya matahari milik Rachel menyambut kedatangan Aurel. Saking silaunya, Aurel sampai butuh kacamata hitam untuk melindungi indra penglihatannya.

"Wah, wah. Rachel. Sepertinya kau sedang bahagia."

"Kelihatan, ya? Hehehe. Coba tebak."

Aurel melihat selembar kertas berjudul See The Light di atas ranjang Rachel dam earphone yang terlepas sebelah dari telinga Rachel yang terdengar samar-samar mendengungkan lagu serupa. Itu cukup untuk membuat Aurel menyimpulkan.

SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang