1. Awal dari pertemuan

119 8 2
                                    

GARA-GARA mimpi semalam aku jadi kesiangan bangun. Untung saja hari ini baru pertama memasuki semester awal. Aku hanya sarapan kopi. Ketika aku keluar ke halaman depan, Alizha sudah bersiap dengan tas ranselnya yang sedang berdiri tegak di depan garasi.

Alizha-kakak perempuanku yang usianya hanya berjarak 13 bulan denganku. Orang-orang berpikir jika Alizha itu adikku. Wajahnya yang terlalu hemat, membuat penipuan besar bagi orang asing yang tidak mengenalnya. Dan selalu disangka lebih muda dari usianya. Sementara aku kebalikannya, memiliki wajah dan badan yang agak dewasa. Kalian bisa membayangkan jika aku berdiri dengan Alizha. Tinggiku yang 175 senti akan lelah menunduk menatapnya karena tinggi Alizha 152 senti. Kata Alizha, ketika menatapku seperti menatap CCTV.

"Bisa kita berangkat sekarang nggak?" Alizha mulai tidak sabar. Sampai sekarang dia belum berani mengendarai motor sendiri ke arah sekolah kami, hanya dikarenakan pernah jatuh di depan sekolah kami saat mengendarai motor dan mengakibatkan lututnya lecet hebat.

"Ayo!" aku segera mengeluarkan motor dari garasi. Alizha segera menaiki motor dengan membonceng di belakangku setelah motor keluar dari garasi kami. Aku sengaja melajukan motor dengan kecepatan tinggi.

"Ihu hemana henaha ha hi humah?" aku sengaja bertanya dengan berteriak dengan nada yang jelas.

"Apa? Nggak kedengeran?" tanya Alizha ikut berteriak.

"Ibu kenapa nggak di rumah?"

"Jenguk Radit di rumah sakit. Katanya tadi habis keserempet mobil." Kami berbicara sambil berteriak. Membuat orang-orang yang berlalu lalang menggunakan kendaraannya mengira bahwa kami agak kurang waras.

"Hobi banget jatuh dari motor? Tapi motornya nggak pa-pa?" tanyaku masih berteriak agar Alizha tidak salah dengar. Namun aku malah mendapat pukulan agak keras dari belakang helm yang aku pakai. Tenaga Alizha memang setara dengan laki-laki, mengingat dia selalu aktif latihan taekwondo.

"Kalau ada korban kecelakaan yang dicemaskan orangnya, bukan motornya." Jelasnya.

"Servis motor lebih mahal daripada orang masuk ke rumah sakit." Kataku.

"Ya iyalah, dimana-mana masuk rumah sakit gratis. Kalau niat mau periksa, pasti mahal. Karena ada biaya pemeriksaan, konsultasi, Admin dan obatnya." Jelasnya. Alizha memang anaknya mudah terpancing emosi.

Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit kami sampai di sekolah. Gerbang sudah ditutup. Alizha turun dari motor melepaskan helmnya. Hijab putih yang dipakai agak acak-acakan. Dia merapikannya lebih dulu. Kepalanya celingukan kesana-kemari.

"Cari apa sih?" tanyaku.

"Disana kayaknya nggak ada yang jaga. Aku nggak punya ide kabur dari ruang BK lagi." Jelas Alizha ketika mendapati gerbang samping sekolah.

"Memangnya kamu pakai celana?" tanyaku. Alizha mengangkat sedikit roknya abu-abu panjang untuk memperlihatkan celana legging warna putih yang di pakainya. Tanpa menunggu lama Alizha berlari ke arah gerbang samping. Sambil melepas cardigan yang dipakainya. Anak SMA Bojong selalu menggunakan cardigan karena suhu udara disini sangat sejuk. Dengan hati-hati Alizha menaiki gerbang tersebut sampai ke atas, setelah itu di menuruni pelan-pelan gerbang tersebut sampai ke permukaan rumput.

Setelah berhasil, Alizha mengedikan bahunya bermaksud meremehkanku. Aku segera mengunci motor dan melakukan hal yang sama dengannya. Saat aku menaiki gerbang, Alizha terlihat berlari masuk ke lantai dua. Padahal kelas belum dibagi.

Athar Dan Anila Candrasa (Fantasi Remaja) [Pindah Kwikku Dan Karyakarsa]Where stories live. Discover now