Emmar mengajakku ke suatu tempat yang belum aku ketahui sebelumnya. Entah aku yang jarang keluar rumah atau memang tempat ini jarang dikunjungi oleh siapapun. Hanya beberapa orang yang berlalu lalang. Udaranya sangat sejuk sekalipun jam sudah menunjukkan 15.15 WIB. Emmar mengajakku ke tempat yang agak lapang. Kami kesini setelah aku pulang ke rumah lebih dahulu.
Emmar ingin menunjukkan sesuatu, entah apa itu. Setelah kami berjalan kurang lebih lima puluh meter dari jalan beraspal, kini langkah kami berhenti di suatu tempat yang cukup memanjakan mata. Pemandangan pegunungan terlihat jelas di mata kami. Udara sejuk semakin menusuk kulit tulang kami.
Sepertinya tempat ini tidak begitu asing bagiku. Tapi entah kenapa aku merasa pernah mengunjungi tempat ini. Aku bertanya pada Emmar untuk memastikan, "Mar, ini namanya tempat apa?"
"Tanah lapang." Jawabnya sangat serius.
"Ya aku juga tau ini tanah lapang. Bisa dijelaskan spesifiknya ndak?" aku sangat meragukan jawabannya. Namun Emmar tidak meladeni pertanyaanku.
"Thar, tolong ajari aku untuk bisa bela diri ya?" katanya sungguh-sungguh. Seketika tawaku meledak.
"Buat apa? Kenapa nggak ikut ekstrakurikuler aja sih?"
"Nggak ada waktu." Katanya, kemudian tiba-tiba Emmar menyerangku dengan gerakan dasar taekwondo. Aku segera menghindar dengan beberapa gerakan dasar pula. Namun beberapa menit kemudian aku berhasil mengalahkan Emmar dengan menendang cukup kuat bagian lengan tangannya membuat anak itu jatuh tersungkur.
"Aku cuman bisa dasarnya doang." Katanya, aku segera mengulurkan tangan kanan supaya Emmar bangkit berdiri. Emmar segera mengambil uluran tanganku, kemudian ia berdiri.
"Baiklah, aku akan ajari yang dasar yang belum kamu ketahui. Baru setelah itu latihan yang agak sedang." Ketika kami baru mau melakukan gerakkan kuda-kuda, tiba-tiba Emmar mengatakan kalau kami harus diam dulu.
"Ndak lagi melawak. Thar, tolong diam dulu!" seketika aku terdiam ketika Emmar berkata seperti itu. "Kamu dengar sesuatu?" tanyanya.
"Ndak." Jawabku singkat. "Aku ndak mendengar apapun." Tiba-tiba seperti gumpalan asap putih menghampiri kami. Kami berdua saling bersiaga memasang kuda-kuda depan dengan kuat. Kami hanya berjaga-jaga jika sesuatu terjadi dengan tiba-tiba. Namun beberapa detik selanjutnya, asap itu semakin jelas terlihat di mata kami dan tiba persis di hadapan kami.
Entah bagaimana hal ini bisa terjadi, Fazeela tiba-tiba mengejutkan kami dengan kedatangannya yang tiba-tiba bertepatan dengan asap putih tadi. Yang pasti Fazeela bukan siluman. Kedua matanya langsung menatap kami dengan tatapan mengintimidasi. Fazeela juga melakukan gerakan kuda-kuda seperti yang aku lakukan dengan Emmar.
"Kalian? Kok kalian bisa ada disini?" tanyanya membuat kami berdua merasa terintimidasi. Fazeela datang secara tiba-tiba dengan membawa buku usangnya. Ia mengenakan jumpsuit warna putih dengan corak abstrak warna hitam, dipadukan dengan pashmina warna hitam. Sepatu boots warna putih sebagai alas kakinya.
"Kamu sendiri kenapa bisa tiba-tiba bisa muncul di sini? Kamu punya kekuatan apa?" tanya Emmar mewakiliku isi kepalaku. Fazeela enggan menjawab pertanyaan Emmar.
"Kekuatan? Apa maksud kalian? Aku juga bingung, kenapa tiba-tiba bisa ada disini." Jelas Fazeela sangat tidak masuk akal. Sepertinya ada banyak hal tersembunyi dari diri Fazeela, entah apa saja hal itu.
Akhirnya perdebatan itu tidak berlangsung lama. Kami memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut dengan berjalan beberapa langkah sampai puluhan meter. Tapi entah kenapa langkah kami semakin jauh meninggalkan tempat lapang tersebut tanah yang kami pijak ini terasa agak empuk tidak seperti sebelumnya. Beberapa detik kemudian kami berhenti karena sedikit demi sedikit sepatu yang kami kenakan tidak sengaja masuk ke dalam tanah tersebut. Seperti terperosok.
YOU ARE READING
Athar Dan Anila Candrasa (Fantasi Remaja) [Pindah Kwikku Dan Karyakarsa]
RomancePetualangan epik tiga remaja SMA: Athar, Emmar, dan Fazeela ke dalam dunia Anila Candrasa karena sebuah pedang. Athar, dihantui mimpi misterius, menemukan takdirnya terkait dengan teman-teman barunya. Saat mereka bersatu, kecerdasan Fazeela, humor E...