Semua anak membubarkan diri dari kelas masing-masing. Fazeela berjalan terburu-buru meninggalkan kelas. Aku segera mengejarnya. Namun Emmar berusaha menghentikanku,
“Kita ikuti Fazeela!” kataku sebelum Emmar mengatakan apapun. Karena jika hal itu terjadi, maka aku kehilangan jejak Fazeela. Emmar malah memicingkan kedua matanya. Aku tidak memiliki waktu untuk menjawab rasa penasarannya itu. Aku segera menarik lengan tangan Emmar menuju arah Fazeela berada.
“Ada apa?” aku menyuruh Emmar untuk tetap diam. Fazeela sepertinya sengaja memilih tempat yang sepi.
“Aku benar-benar ingin tahu apa yang dilakukan Fazeela. dia kayaknya sengaja menghindar ketika kita bertanya sesuatu padanya.” Kataku.
“Aku juga sangat penasaran. Kalau begitu kita harus ikuti Fazeela!” kataku. Kemudian kami berdua berlari ke arah Fazeela, namun ketika kami sudah agak dekat dengan keberadaan Fazeela, tiba-tiba kami terpeleset ke lantai yang agak licin tepat Fazeela berdiri. Dan hal itu membuat kami berdua menabrak punggung Fazeela yang menggendong tas ranselnya. Refleks aku memegang tas ransel Fazeela.
Aku juga masih memegang lengan tangan Emmar. Beberapa detik kemudian aku merasa seperti berjalan lebih cepat seperti lintasan angin. Kemudian kami berhenti. Entah di mana tempat ini?
“Kenapa tiba-tiba kita bisa ada di hutan? Bukannya tadi kita berada di koridor kelas?” tanya Emmar sambil melihat sekeliling kami dengan panik.
“Kalian?” Fazeela berbalik badan ke arah kami. Ia menghela nafas kasar.
"Kenapa kalian bisa ada di sini?" tanya Fazeela, aku dan Emmar hanya menggeleng kepala tanda tahu apa yang terjadi.
“Kita masih ada di dalam alam nyata, bukan? Atau kita berada di alam gaib?” tanya Emmar semakin menjadi karena panik.
“Entahlah.” Kataku yang tidak tahu-menahu. Aku berjalan beberapa langkah memastikan jika kami masih berada di dunia nyata. Seperti kata orang-orang yang pernah tersesat di dunia gaib, waktu antara dunia nyata dan gaib sangat berbeda. Aku mengambil handphone dari tas ranselku. Saat aku membuka layar kunci handphone, sinyalnya hanya satu. Kemudian aku mencoba melacak tempat ini dengan GPS.
“Kita masih berada di dunia nyata. Sebelumnya aku pernah ke sini. Hutan ini masuk dalam wilayah Desa Sangkan Jaya. tepatnya masih di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah." Jelasku setelah melihat arah GPS di handphone bekerja dengan baik. Untungnya sinyal ada, sekalipun tidak sebaik sinyal di kota.
“Syukurlah.” Kata Fazeela dengan tenang.
“Sangkanjaya? Bagaimana bisa sampai sini? Apa ada harimau yang berkeliaran di sekitar sini?” tanya Emmar lagi.
“Populasi harimau di Jawa itu sudah sangat sedikit. Jadi mana mungkin di hutan seperti ini ada harimau. Kalau babi hutan pasti ada. Apalagi musim jagung gini.” Jawab Fazeela agak kasar. “Ayo kita harus telusuri hutan ini!” Fazeela berjalan lebih dahulu, mendahului langkah aku dan Emmar. Suara jangkrik ataupun itu terdengar jelas di telinga kami. Padahal hari belum sepenuhnya sore.
Setelah berjalan sekitar seratus meter, kami tiba di perumahan warga lokal. Pemandangan yang pertama kami lihat adalah rumah-rumah mewah yang berjajar sepanjang mata kami memandang. Bangunan-bangunan rumah di sini benar-benar seperti di perumahan elite kota. Bedanya di sini rumah elite berada di tengah-tengah hutan.
“Ya ampun, bagus banget. Ini beneran di desa dikelilingi hutan?” tanya Fazeela dengan rasa ketidakpercayaannya.
“Kamu mau tinggal di sini, Fazeela?” tanya Emmar sangat serius, seketika membuat aku terkekeh. Kami mulai menyusuri jalanan yang begitu rapi di desa Sangkan Jaya. Desanya sangat rapi, apalagi rumah-rumahnya begitu mewah. Sayangnya desanya sangat sepi. Hanya beberapa orang yang berlalu lalang.
YOU ARE READING
Athar Dan Anila Candrasa (Fantasi Remaja) [Pindah Kwikku Dan Karyakarsa]
RomansaPetualangan epik tiga remaja SMA: Athar, Emmar, dan Fazeela ke dalam dunia Anila Candrasa karena sebuah pedang. Athar, dihantui mimpi misterius, menemukan takdirnya terkait dengan teman-teman barunya. Saat mereka bersatu, kecerdasan Fazeela, humor E...