6. Anila Candrasa (Pedang angin)

54 7 2
                                    


AUTHOR POV

FAZEELA terlelap dalam tidurnya, hingga ia bertemu dengan alam mimpi. Dalam mimpinya itu, Fazeela mengenakan celana kulot warna putih yang dipadukan dengan kaos lengan panjang warna hitam, dan hijab pashmina senada dengan kaos yang ia pakai. Fazeela berdiri di tempat yang sangat asing.

Fazeela belum pernah sekalipun ke tempat seindah ini. Udara yang sejuk menusuk kulit tulang gadis itu. Langit yang gelap dipenuhi oleh ribuan bintang. Tempat lapang tersebut dipenuhi oleh ribuan bunga dengan jenis yang berbeda. Tempat tersebut merupakan hutan belantara yang ditumbuhi oleh ribuan pepohonan dan ribuan bunga yang bermekaran.

Fazeela berjalan menghampiri seorang wanita asing yang sedang duduk bersila di batu besar yang berhadapan dengan seorang Kakek berjubah putih. Sebelumnya Fazeela pernah bertemu Kakek tersebut dalam mimpinya. Saat ini Fazeela tidak berada di alam sadarnya. Ketika Fazeela menghampiri kedua orang yang fokus duduk bersila di atas batu besar itu, Kakek tersebut membuka mata dan tersenyum pada Fazeela.

"Assalamualaikum, Fazeela." sapa Kakek itu dengan ramah. Fazeela segera menjawab salam Kakek itu.

"Wa'alaikumussalam. Kakek, kenapa tiba-tiba aku berada di sini? Bukannya tadi aku masih di rumahku? Kenapa aku berada di tempat ini? Sebenarnya ini tempat apa? Dan ... siapa wanita itu? Apa Kakek mengenalnya?" tanya Fazeela  ingin tahu. Namun wanita tersebut tersenyum ramah menyambut kedatangan Fazeela. Wanita tersebut diperkirakan usianya sudah memasuki 40 tahun, namun wajahnya terlihat seperti berusia di awal 30 tahun. Wanita itu menatap Fazeela cukup lama, kemudian ia memutuskan menurunkan kakinya lalu menghampiri Fazeela.

"Saya Hanna," ucapnya sambil mengulurkan tangan kanannya. Fazeela segera menjabat tangan wanita itu dengan perasaan cukup ragu.

"Fazeela, Fazeela Syafa." Ucap Fazeela dengan tegas.

"Fazeela, wanita ini merupakan murid Kakek. Dia sangat cerdas, tidak beda jauh seperti kamu." Kata Kakek berjubah putih itu mengenalkan Hanna pada Fazeela. Kakek itu bernama Rukmasara, dalam bahasa Jawa nama Rukmasara berarti orang yang berharga bagaikan emas.

"Bagaimana perasaanmu, Hanna, setelah melihat Fazeela?" tanya Kakek Rukmasara pada Hanna.

"Aku sangat senang bertemu sekaligus bisa berkenalan dengan Fazeela." Jawabnya dengan tulus. Fazeela tidak mengerti apa maksud dari perkataan Hanna.

"Fazeela, malam ini Kakek ingin menguji seberapa besar kamu menguasai saefi angin sekaligus ilmu bela diri yang sudah Kakek ajarkan pada kamu. Sekarang, kamu lawan Hanna!" titahnya tiba-tiba membuat Fazeela enggan menerima perintah Kakek Rukmasara.

"Tapi," belum sempat Fazeela menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Hanna segera menyerang Fazeela dengan gerakan silat yang membuat Fazeela agak kewalahan menghadapinya. Pukulan Hanna mengenai perut dan kaki Fazeela secara berkali-kali. Hal itu membuat Fazeela jatuh terpental dan menyerah begitu saja.

"Cukup." Kata Fazeela dengan mengangkat tangannya ke atas, memberi isyarat jika Fazeela sudah tidak kuat lagi. Hanna segera mengulurkan tangannya dan membantu Fazeela untuk berdiri.

"Terima kasih,"

"Sama-sama."

Fazeela tidak begitu banyak mempelajari ilmu bela diri, karena dia tidak begitu tertarik dengan sesuatu yang berbau tentang bela diri. Menurutnya, ilmu akademik lebih berguna dalam kehidupan nyata daripada ilmu bela diri. Fazeela mengikuti ekstrakurikuler taekwondo di sekolah tapi tidak begitu aktif. Bahkan sudah 4 bulan ini Fazeela telah mengundurkan diri dari ekstrakurikuler tersebut.

Athar Dan Anila Candrasa (Fantasi Remaja) [Pindah Kwikku Dan Karyakarsa]Where stories live. Discover now