1.Satu Untuk Semua

196 13 1
                                    

Kamu berjalan memasuki kelas dengan langkah yang malas, ditambah juga kamu masih mengantuk.

Kamu lalu menuju kursi depan paling kanan, karena itu tempat dudukmu. Kamu menarik kursimu dan segera menduduki nya. Lalu kamu menenggelamkan kepalamu dilipatan tangan.

Baru saja kamu memejamkan matamu segerombolan temanmu masuk kelas dengan rusuh. "Ck, berisik" Kamu berdecak sebal.

Gadis berponi rata dengan tubuh jangkung berjalan menjauh dari segerombolan itu dan menghampirimu, "Santai rel, galak amat. Kenapa sih lo abis diputusin?" Katanya lalu nyengir lebar.

Itu Nalisha, biasanya dipanggil Icha. Rambutnya panjang terus poninya rata kayak barbie barbie gitu loh.

Kamu lalu memelototinya yang dibalas kekehan dengannya "Ampun rel ampun, becanda suer" Katanya tersenyum memperlihatkan jajaran giginya sembari mengangkat jari tengah dan telunjuk bersamaan.

Kamu yang ingin kembali melanjutkan tidurmu harus mengurungkan nya lagi saat gadis itu menyolek lenganmu.

Kamu mendongak dengan malas melihatnya yang berdiri disampingmu "Apa lagi?"

Ia lalu kembali tersenyum lebar, "Hehe, rel matematika kemarin udah belum?"

Kamu lagi lagi berdecak, lalu segera mengeluarkan buku matematikamu dari laci dan memberikan padanya, "Nih ambil, jangan ganggu lagi awas lo" Ancammu kecil.

Temanmu lalu hormat, kemudian berlari kembali menuju segerombolan temannya tadi, "Aye aye captain, love you rel muah"

Kamu menatapnya jijik, lalu melanjutkan aktivitasmu. Samar samar kamu mendengar teriakkannya, "Woy woy yang belum matematika sini ngumpul" Kamu juga mendengar langkah kaki berlarian setelah itu.

Lima menit kamu terlelap, tiba-tiba ada yang menggebrak mejamu membuatmu terlonjak kaget.

Kamu mendongak dan menatap tajam si pelaku yang malah nyengir seakan tak berbuat apa apa.

Kamu lalu berdiri tanpa mengalihkan pandanganmu sedikitpun membuat pria dihadapanmu itu bergidik ngeri, "Rel--" Pria itu tidak bisa melanjutkan perkataannya karena kamu langsung menarik rambutnya sekuat tenagamu.

"Abin sialan mati lo setaaaaan!" Amukmu kesetanan.

"Aduh rel ampun," Ringisnya kesakitan.

Bukannya menyudahi kamu menarik rambutnya semakin kuat, "Mati gak lo mati, huaaa gue kaget" Teriakmu lagi.

Tak ada yang melerai, teman temanmu masih sibuk menyalin tugas.

Abin itu ketua kelas kamu. Dia suka banget gangguin kamu. Padahal kata wali kelas kamu, ketua kelas itu panutan. Panutan apanya modelan begini?

Kamu terus menarik rambutnya, menumpahkan semua kekesalanmu. Setelah puas, barulah kamu lepaskan.

Nalisha kembali dengan bukumu yang digenggamnya, "Nih rel, makasih ya. Arel cantik banget deh hari ini." Pujinya sembari memberikan bukumu.

Kamu memutar bola mata malas, "Gitu terus pujian lo, basi" Ucapmu tajam membuatnya terkekeh, "Lain kali kerja sendiri kenapa sih, susah amat"

"Kalo kita kerja sendiri, gak ada yang muji lo cantik rel"

Teman temanmu yang mendengar ucapannya mengangguk setuju, "Betul tuh rel, seneng kek lo digituin" Sahut salah satu temanmu.

Kamu lalu menatapnya tajam, "Diam ngana!" Balasmu dengan logat Manado.

Gadis dengan rambut panjang yang dibiarkan terurai, pipinya yang lebar, dan juga tubuh yang jangkung. Namanya Anesa, biasa dipanggil esa. Dia orang Manado. Kamu sering denger dia ngobrol sama temen sekelas kamu waktu kelas 10 yang orang Manado juga. Jadi kamu agak ngerti bahasa mereka, dan sedikit dikit ngikutin.

Freedom | JenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang